Sukses

Sebelum Bombardir, Israel Peringatkan Warga Gaza Lewat Telepon

"Ada telepon ke ponsel saudara laki-laki istriku," kata Salah Kaware. Namun korban nyawa tetap berjatuhan.

Liputan6.com, Yerussalem - Sebelum serangan udara jet Israel di Jalur Gaza, sebagai balasan puluhan gempuran roket oleh kelompok Palestina Hamas, sejumlah warga mengaku mendapatkan peringatan untuk mencari tempat aman.

Seperti dikutip dari New York Times, Rabu (9/7/2014), warga di Gaza ternyata sudah diberitahu melalui sambungan telepon bahwa akan ada gempuran bom.

"Ada telepon ke ponsel saudara laki-laki istriku,"  penduduk Gaza bernama Salah Kaware.

Kaware yang tinggal di Khan Younis, di Gaza tenggara menuturkan, si penelepon mengatakan bahwa semua orang harus meninggalkan rumah dalam waktu lima menit. Karena hunian itu akan dibom.

Agar para penghuni pergi, kata Kaware dalam sebuah wawancara telepon, sebuah pesawat tak berawak Israel kemudian menembakkan drone di atap rumah bertingkat tiga.

"Tetangga kami datang untuk berlindung membentuk perisai manusia," kata Kaware.

Tujuh orang tewas, beber Kaware, yang persis dengan pernyataan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza soal korban jiwa di area itu. Sementara 25 lainnya dilaporkan terluka.

Sementara itu, militer Israel mengatakan, rumah-rumah yang ditargetkan untuk dibom adalah milik anggota Hamas yang diduga terlibat dalam peluncuran roket atau kegiatan militer lainnya. Rumah yang diyakini sebagai ruang operasional.

Informasi singkat dalam bahasa Arab berisi peringatan untuk mengungsi kepada penghuni bangunan yang hendak dibom, adalah salah satu contoh kebijakan kontroversial Israel.

Selain itu, Israel juga telah menggunakan selebaran, dalam upaya mengurangi korban sipil dan menghindari tuduhan pembunuhan tanpa pandang bulu atau bahkan kejahatan terhadap aturan perang.

Sebelumnya, selama operasi militer di Gaza pada akhir 2008, Israel juga sering menggunakan panggilan telepon dan selebaran untuk memberitahu penghuni untuk meninggalkan sebelum diserang.

Dalam beberapa kasus, orang-orang Israel juga menembakkan misil ke udara agar masyarakat Palestina yang telah berkumpul bubar. Israel menyebutnya "ketukan di atap". Tapi peringatan seperti terkadang juga menelan korban, karena warga mengabaikannya atau terlambat menghindar.

Jatuhnya korban juga akibat bom atau rudal yang ditembakkan jatuh di tempat tak sesuai terget.

Selain meluncurkan selebaran berisi peringatan untuk warga Gaza yang akan digempur bom, Israel juga secara teratur membagikan kertas-kertas berisi tulisan agar tak bekerja sama dengan 'terorisme' serta menjauh dari zona perbatasan.

Perintah itu menuai kritik para pendukung hak asasi manusia, seperti organisasi Palestina Al-Haq, yang berpendapat bahwa selebaran tersebut tidak melindungi Israel dari tuduhan pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil.

Kelompok-kelompok seperti Human Rights Watch mengatakan, upaya Israel untuk memperingatkan warga sipil dengan panggilan telepon dan selebaran tidak membebaskan angkatan bersenjata yang agar tak menyerang seperti dinyatakan dalam hukum internasional.

Israel juga menggunakan selebaran dalam bahasa Arab sebagai peringatan propaganda. Tulisan dalam lembaran kertas yang dibagi-bagikan itu, berisi desakan kepada penduduk untuk tidak membiarkan rumah mereka digunakan sebagai penutup untuk menggali terowongan atau penyelundupan senjata. Serta memberikan alamat email dan nomor telepon bagi orang untuk melaporkan kegiatan-kegiatan tersebut di sekitar mereka.

"Jangan diam saja ketika teroris memanfaatkan Anda," begitu salah satu bunyi tulisan Israel dalam selebarannya.

Akibat saling gempur Israel-Gaza itu, dilansir dari Reuters, 23 orang meninggal. Israel sendiri menyatakan akan memanggil 40 ribu tentara bantuan. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.