Sukses

Jadi 'Pesawat Hantu', MH370 Menuju ke 4 Target Ini?

Diduga, 239 orang, termasuk awak pesawat tak sadarkan diri akibat kekurangan oksigen. Lantas mengapa MH370 bisa melenceng jauh?

Liputan6.com, Perth - Teori baru muncul terkait detik-detik terakhir Malaysia Airlines Penerbangan MH370 sebelum terhempas dan tenggelam di Samudera Hindia. Ia diduga menjadi 'pesawat hantu', terbang dalam kondisi autopilot, sementara 239 orang di dalamnya, termasuk awak pesawat tak sadarkan diri -- atau bahkan tewas -- akibat kekurangan oksigen atau hipoksia yang disebabkan hilangnya tekanan udara.

Hipotesis ini muncul dari keterangan tim ahli internasional yang digunakan Biro Keselamatan Transportasi Australia (ATSB) untuk menentukan zona pencarian baru kapal terbang milik maskapai pelat merah negeri jiran itu.

"Berdasarkan pengamatan, kru yang tak responsif terkait terjadinya hipoksia diduga menjadi gambaran yang paling sesuai berdasarkan bukti yang ada terkait saat-saat terakhir MH370 saat ia menuju ke arah selatan," demikian berdasarkan laporan ATSB seperti Liputan6.com kutip dari New Zealand Herald, Sabtu (28/6/2014).

Juga diyakini bahwa  pada tahap tertentu, sistem autopilot (pilot otomatis) dinyalakan yang memungkinkan MH370 tetap terbang hingga bahan bakarnya habis.

"Sangat, sangat mungkin MH370 dalam kondisi autopilot sebelum tenggelam ke laut. Biasanya jika autopilot beroperasi ... itu karena ia telah diaktifkan," kata Kepala ATSB Martin Dolan.

Berdasarkan skenario hipoksia, pesawat mungkin terbang selama 7 jam, 38 menit sebelum bahan bakar habis. Awalnya satu mesin yang mati, lantas beberapa menit kemudian giliran mesin kedua yang tak bisa berfungsi. Sistem listrik pesawat kemudian padam, membuat MH370 bergerak spiral sebelum membentur permukaan samudera.

Skenario ini tidak diterima secara universal. Apalagi, tak lama setelah MH370 lenyap penyelidik Malaysia mengatakan, mereka percaya seseorang telah sengaja mematikan sistem komunikasi dan berniat membuat jalur penerbangan melenceng dari rute awal.



Mengapa hal itu terjadi dan di mana MH370 kini berada menjadi salah satu misteri terbesar dalam sejarah penerbangan.

Martin Dolan menolak untuk berspekulasi tentang kemungkinan bahwa pengaturan sistem autopilot menunjuk pada rencana yang disengaja untuk menyebabkan kecelakaan pesawat. Ia mengaku tak tahu apa yang terjadi sesungguhnya di kokpit MH370.

Dolan mengatakan, pihaknya kini fokus untuk mencari tahu di mana MH370 berakhir --menyusul kegagalan pencarian udara besar-besaran yang dilakukan tim internasional.

Titik awal yang jadi pegangan tim adalah waktu ketika pesawat hilang dari layar radar sekitar 1 jam setelah meninggalkan Kuala Lumpur, sekitar 220 km dari Kota Bharu di pantai timur Malaysia. Komunikasi akhir diterima hampir 7 jam kemudian.

Baca selanjutnya ... Misteri Tujuan MH370

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Misteri Tujuan MH370

Misteri Tujuan MH370

Dari rute awal Kuala Lumpur-Beijing dan berakhir di Samudera Hindia bagian selatan, para penyelidik yakin, seseorang di kokpit merencanakan setidaknya 4 jalur penerbangan. Tiga di antaranya menuju Australia.

Rute penerbangan yang berakhir di Port Hedland, Adelaide dan Perth bisa saja diprogram ke dalam Sistem Manajemen Penerbangan (FMS) dari penerbangan Malaysia Airlines yang hilang pada 8 Maret 2014 setelah lepas landas dari Kuala Lumpur itu. Yang keempat, bisa jadi MH370 mengarah ke Cocos Island yang berjarak 2.750 km barat laut Perth.

Setelah kemarin mengumumkan bahwa perburuan MH370 akan bergeser lebih jauh ke selatan, Biro Keselamatan Transportasi Australia merilis sebuah laporan 64 halaman yang komprehensif menguraikan dasar penentuan area pencarian baru itu.



"Rute penerbangan dan titik tujuan ditelaah untuk mengetahui apakah ada korelasi antara dugaan tujuan MH370 di selatan dengan analisis data SATCOM (Satellite Communications)," demikian isi laporan itu seperti dimuat New.com.au, Sabtu (28/6/2014).

"Rute udara ke selatan yang mungkin telah dipotong atau dilalui MH370N509, N640, L894 dan M641."

Bandara di Port Hedland, Adelaide dan Perth diketahui bisa menampung pendaratan Boeing 777.

Sementara, landasan pacu di Pulau Cocos adalah terpendek -- hanya  2.440 m x 45 m. Namun, menurut sumber ahli penerbangan, Boeing 777 bisa "dengan mudah" mendarat di sana. (Ado)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.