Sukses

Bangkai Pesawat MH370 Terbaring di Koordinat Baru Ini?

Tim ahli independen menawarkan koordinat baru yang diduga menjadi tempat peristirahatan terakhir MH370. Masih di Samudra Hindia.

Liputan6.com, Jakarta - Sudah 100 hari berlalu, pencarian besar-besaran telah dilakukan, namun pesawat Malaysia Airlines MH370 belum juga diketahui keberadaannya. Kini jaringan pakar independen dari seluruh dunia mengusulkan serangkaian koordinat baru yang mungkin menjadi peristirahatan terakhir Boeing 777-200 ER itu.

Sebelumnya, Badan Keselamatan Transportasi Australia atau  Australian Transport Safety Bureau (ATSB) bulan lalu mengonfirmasi pencarian yang telah dilakukan, di area di mana sinyal akustik dideteksi pada 6 April 2014, bisa diabaikan. Belakangan terkonfirmasi, 'ping' yang ditemukan di Samudera Hindia itu tak berasal dari MH370 yang raib pada 8 Maret 2014.

Pencarian saat ini dihentikan sementara. Pihak Australia mengaku masih mengkaji 'semua informasi dan analisis yang ada' untuk menentukan zona pencarian baru, yang luasnya hingga 60 ribu km persegi di sepanjang busur pencarian yang telah ditentukan di Samudra Hindia selatan.

Sementara, tim ahli informal telah menghabiskan waktu berminggu-minggu melakukan berbagai perhitungan kompleks dan analisis satelit dan data lainnya hingga menghasilkan kesimpulan.

Tak lama setelah lenyapnya MH370, kelompok yang anggotanya memiliki latar belakang teknis yang sangat beragam berkumpul di dunia maya, menganalisis informasi teknis tertentu yang dirilis, digabungkan dengan referensi serta pengalaman mereka terkait pesawat dan sistem satelit.

"Meskipun masih ada sejumlah ketidakpastian dan beberapa perbedaan pendapat mengenai interpretasi aspek data, perkiraan terbaik dari lokasi pesawat jam 00.11 UT (Universal Time) --yang menjadi lingkarang 'ping' terakhir-- adalah pada klaster di Samudera Hindia dekat 36.02S, 88,57 E," demikian kesimpulan tim, seperti Liputan6.com kutip dari situs Air Traffict Management, Kamis (19/6/2014).

Mereka menambahkan, lokasi tersebut konsisten dengan groundspeed atau kecepatan horisontal relatif pesawat terhadap permukaan tanah yang rata-rata sekitar 470 kts (knot), serta mempertimbangkan kondisi angin pada saat itu.

"Kami merekomendasikan pencarian MH370 difokuskan di area tersebut," tambah kelompok ahli.

Tim menambahkan, mereka siap menerima tambahan dari tim resmi yang menyelidiki kecelakaan MH370, yang mungkin akan mengubah model dan prediksi mereka. "Kami menawarkan diri untuk bekerja sama dengan tim investigasi, untuk membagi apa yang kami dapatkan, berkolaborasi, dan berkontribusi dengan segala cara untuk bisa membantu penyelidikan."

Sementara itu, tim pencari internasional yang dipimpin Australia mengatakan, butuh waktu setidaknya 3 bulan untuk menyelesaikan survei batimetri dari 60 ribu kilometer persegi zona pencarian.

Sebelumnya, pejabat Inmarsat, Chris Ashton mengatakan pihaknya meyakini MH370 memang jatuh di Samudra Hindia. Menurut dia, saat mencari MH370 beberapa waktu lalu, para tim pencari belum menuju area 'hotspot' Samudera Hindia yang dimaksud. Tapi hanya berfokus mengeksplorasi sumber sinyal 'ping' yang diyakini merupakan Boeing 777-200ER itu.

"Tak berarti mereka tak realistis dalam upaya pencarian, tapi lokasi yang mereka tuju masih jauh dari area yang menurut kami sangat mungkin sebagai lokasi (jatuhnya pesawat)," ujar Chris kepada BBC. (Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.