Sukses

Kisah Gadis Muslim Jadi Mata-mata Inggris dan Melawan Nazi

Noor Inayat Khan adalah seorang muslimah, berusia akhir 20-an tahun, yang mengorbankan nyawanya menjadi agen mata-mata Inggris melawan Nazi

Liputan6.com, London - Ini adalah kisah nyata dan luar biasa tentang pahlawan Perang Dunia II, dari latar belakang yang tak dikira: seorang muslimah, berusia akhir 20-an tahun, yang mengorbankan nyawanya menjadi agen mata-mata Inggris melawan Nazi Jerman. Namanya, Noor Inayat Khan.

Tak hanya diakui sebagai pahlawan oleh Inggris dan Prancis, baru-baru ini ia menarik perhatian produser eksekutif  Alex Kronemer dan Michael Wolfe. Kisahnya diangkat dalam drama dokumenter berdurasi 60 menit yang dibuat Unity Productions Foundation (UPF).

Film berjudul Enemy of the Reich: The Noor Inayet Khan Story telah diputar di sejumlah kota di Amerika Serikat, dan lalu menyeberangi Atlantik, ke London. Pada 9 September 2014, dokumenter itu akan ditayangkan secara luas kepada publik AS di stasiun televisi Public Broadcasting Service (PBS).

Perjuangan Noor Inayat Khan diangkat kembali dalam narasi yang disampaikan artis pemenang Academy Award, Helen Mirren, yang menyertakan sejumlah wawancara ahli dan sejarawan. Sang pahlawan diperankan oleh Grace Srinivasan.

Kepada Al Arabiya, sang produser, Alex Kronemer menjelaskan, ada ribuan film dan dokumenter tentang Perang Dunia II. "Tapi kita jarang melihat penggambaran seorang Muslim," kata dia, seperti Liputan6.com kutip dari Al Arabiya, Jumat (13/6/2014). "Padahal ada banyak Muslim yang menyediakan perlindungan untuk kaum Yahudi yang dibantai dan mendukung pasukan Sekutu."

Menurut Kronemer, kisah tentang operator radio India pertama, yang punya darah Amerika, dikirim ke Prancis yang dikuasai Nazi, sangat mengesankan. "Karena ia (Noor Inayat Khan) mewakili kemanusiaan yang inklusif".

Agar tetap otentik dalam penggambaran karakter Noor Inayat Khan, Kronemer dan timnya mengkaji buku-buku, mengakses surat-surat pribadi, jurnal, dan dokumen-dokumen lain.

"Kami melibatkan sejumlah ahli dan 2 anggota keluarga untuk meriset tentang hidup Noor Inayat Khan dan kisahnya. Kami berfokus pada kehidupan spiritualnya dan mencari tahu seberapa berpengaruh ajaran dan teladan agama dari sang ayah."

Namun dalam mengakses catatan dari pihak berwenang Prancis, tim menemui kesulitan. Sebab, aktivitas negeri itu selama Perang Dunia II adalah hal memalukan untuk diungkit.

Sebab, kata Kronemer, "Secara esensial, pemerintah Prancis para dasarnya berkolaborasi dengan Jerman," kata produser lainnya, Michael Wolfe.

Keterlibatan Noor dalam perang sangat menarik, sebab, ia dibesarkan dalam rumah tangga Sufi yang cinta damai. Medan peranglah yang mengubah seorang perempuan lembut, penulis cerita anak-anak sekaligus musisi, menjadi "harimau betina" yang tak kenal rasa takut.

Di sisi lain, Noor, yang memiliki kode Madeline dan Nora Baker, adalah cicit dari seorang penguasa yang menentang Inggris. Keturunan Tipu Sultan, penguasa abad ke-18 dari Mysore yang wafat dengan gagah di medan pertempuran pada 1799.

Kata Terakhir: 'Liberte'



Noor adalah jaringan penting terakhir Inggris setelah penahanan besar-besaran Gestapo yang merusak misi mata-mata Special Operations Executive (SOE) di Paris.

Komandannya memintanya untuk secepatnya pulang, namun ia menolak untuk mengabaikan rekan-rekannya di Prancis.

Selama tiga bulan, seorang diri, ia mendirikan sel mata-mata di Paris, sembari secara berkala mengubah penampilan dan namanya. Namun, Noor dikhianati dan ditangkap.

Dia dikirim ke penjara Pforzheim di Jerman di mana ia terus dibelenggu dalam sel isolasi. Selama 10 bulan dalam siksaan, dalam kondisi kelaparan, dipukul, disiksa, Noor tetap bungkam. Ia tetap pada pendiriannya, menolak untuk mengungkapkan informasi apapun.

Pada  September 1944, ia dan tiga agen lainnya dipindahkan ke kamp konsentrasi Dachau.  Dan tibalah hari itu, tanggal 13 September. Eksekusi mati dilakukan.

Saat regu tembak mengangkat senapannya, siap memuntahkan peluru, Khan sempat mengucapkan kata terakhirnya, hanya satu kata: "Liberte".  Kemerdekaan. Noor Inayat Khan meninggal dunia pada usia 30 tahun.

Untuk keberaniannya, ia secara anumerta dianugerahi George Cross oleh Pemerintah Inggris. Di Prancis dia diganjar penghargaan Croix de Guerre.

Film dokumenter Noor diharap akan mengikis sentimen negatif terhadap umat Islam atau Islamophobia, khususnya di AS.  Setelah disiarkan secara nasional, film ini digunakan dalam dialog akar rumput yang mempromosikan pemahaman antar agama. (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini