Sukses

Mendikbud: Belajar Jangan Selalu di Kelas

Kegiatan belajar mengajar yang tidak selalu di dalam kelas diharapkan membuat anak lebih peka terhadap alam.

Liputan6.com, Jakarta Selama ini proses belajar mengajar pada anak didik selalu terjadi di dalam kelas. Ingin adanya suatu perubahan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, Mohammad Nuh meminta agar para guru mengubah kebiasaannya itu pada kurikulum baru mendatang.

"Di dalam kurikulum baru, objeknya itu ada fenomena alam, fenomena sosial, serta seni dan budaya. Untuk itu ajaklah murid-murid ini untuk sesekali waktu belajar di luar ruangan," kata M Nuh dalam acara `Gerakan Nusantara 2014: Program Edukasi Gizi Anak Usia Sekolah` di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jl. Sudirman, Jakarta, Kamis (5/6/2014)

Dengan kegiatan belajar mengajar yang tidak selalu di dalam kelas, Nuh berharap para anak didik ini lebih peka terhadap alam dan lebih menyayangi tempat di mana mereka hidup dan bernapas. Dengan begitu, anak-anak akan berpikir dua kali buang sampah sembarangan yang akan memperburuk kondisi bumi ini.

Selain itu, ketika guru mengajak anak didiknya melakukan aktivitas di luar ruangan, secara tidak langsung para guru tersebut memberikan vitamin D yang jarang mereka dapatkan selama berada di dalam kelas.

"Kekurangan vitamin D pada anak, bisa teratasi dengan cara sederhana seperti ini," kata Nuh menambahkan.

Lebih lanjut Nuh mengatakan, aktivitas di luar juga dapat digunakan para guru untuk menambahkan ilmu-ilmu yang mungkin tidak didapatkan anak didik dari dalam buku pelajaran yang ada.

"Guru juga bisa bertanya kenapa matahari terbitnya di Timur? Atau apa fungsinya matahari? Selain sehat, guru juga bisa ngetes ilmu anak-anak ini," kata Nuh menerangkan.

Ahli Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Ahmad Syafiq, PhD menjelaskan bahwa aktivitas di luar ruangan dapat membantu anak didik mencapai potensi optimal tinggi badannya.

"Olahraga yang memiliki komponen melompat dapat membantu anak tumbuh optimal karena aktivitas titik-titik sensor untuk memicu pertumbuhan tulang dan tinggi badan," kata Ahmad.

Aktivitas yang cukup pula, tambah Ahad, cukup membantu anak membakar energi sehingga mengurangi timbunan lemak dan mencegah terjadinya obesitas atau kegemukan berlebih pada anak yang saat ini merupakan ancaman masalah gizi di Indonesia, selain stanting (pendek).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.