Sukses

Pilpres Suriah, Capres Lain `Puji` sang Incumbent Presiden Assad

Namun ada yang tidak biasa. Calon presiden yang maju melawan Presiden Assad malah terdengar menyetujui Assad dalam banyak kebijakan.

Liputan6.com, Damaskus - Walaupun dianggap sebagai pemilu pura-pura, pemilu Suriah pun tetap digelar. Namun ada yang tidak biasa. Calon presiden (capres) yang maju melawan Presiden Assad malah terdengar menyetujui Assad dalam banyak kebijakan seperti dilansir dari The Telegraph, 3 Juni 2014.

Hassan al-Nouri meluangkan beberapa jam sebelum pemilu untuk berkampanye mendukung lawannya, Bashar al-Assad.

Pengusaha berusia 54 tahun yang pernah mendapatkan pendidikan di Amerika Serikat ini tadinya bukan siapa-siapa dalam percaturan politik Suriah, hingga bulan lalu ketika ia menjadi salah satu dari dua calon presiden melawan Presiden Assad.

Sebagai seseorang yang mengincar untuk menjadi pemimpin suatu negara, ucapannya bernada pasrah, namun ia memahami bahwa rakyat Suriah menginginkan kestabilan dan keamanan dan perang melawan terorisme yang memerlukan kepemimpinan militer yang dijalankan dengan baik oleh Assad.

Walaupun dicurigai secara internasional sebagai pemilu pura-pura sebagai siasat Presiden Assad untuk terpilih lagi, pemerintah Suriah sudah bersiap untuk pemilu, dan menempatkan diri mereka sebagai jalan keluar dari perang sipil di negara itu.

Para pengamat dikumpulkan dari negara-negara sahabat rezim Suriah: Korea Utara, Rusia, dan Iran. Stasiun televisi pemerintah juga menyiarkan berita tentang bagaimana penduduk Suriah memberikan hak suara memilih tokoh yang mereka yakini bisa membawa masa depan bangsa lebih baik.

Para calon presiden ini terlalu tenang-tenang saja sebagai lawan. Ia menghindari bahasan tentang perang sipil yang sedang berlangsung yang telah meyebabkan setengah dari jumlah penduduk mengungsi dan terbunuhnya lebih dari 160.000 orang. Belum lagi api perseteruan antar golongan yang memecah belah bangsa itu.

Dalam satu hal, Nouri mengulang apa yang dikatakan rezim Suriah yaitu bahwa perang sekarang ini bukanlah perang sipil, tapi perang melawan terorisme (suatu istilah yang dipergunakan pemerintah untuk menunjuk kepada oposisi Suriah).

Calon presiden ini memilih untuk berseberangan dengan pemerintah, bukannya kepada Presiden Assad secara langsung, ketika membahas ekonomi negara. Ia menjelaskan bahwa ia tidak menyetujui model ekonomi Suriah dan mengharapkan negeri itu lebih fokus kepada penciptaan ekonomi pasar bebas.

Lawan lain Presiden Assad, Maher Hajjar, seorang anggota dewan dari kota Aleppo di utara, juga mengatakan bahwa ia tidak mempertanyakan strategi Presiden Assad untuk "memerangi terorisme".

Nouri menolak klaim oposisi Suriah dan Barat bahwa pemilu ini hanya main-main atau bahwa ia dipilih oleh rezim Suriah untuk menjadi calon oposisi boneka dalam pemilu yang pasti memenangkan Presiden Assad.

Kelompok oposisi di pengasingan, Koalisi Nasional, memiliki anggota-anggota yang dilarang ikut pemilu menurut undang-undang yang mensyaratkan para calon untuk tinggal selama setidaknya 10 tahun di Suriah.

Menurut Nouri, Koalisi Nasional tidak dikenal di masyarakat dan Ahmed Jarba, pemimpin Koalisi Nasional, bisa saja dikeroyok di jalanan jika pergi ke Damaskus.

Nouri tinggal di AS serlama 10 tahun dan meraih gelar PhD dari Wisconsin University sebelum kembali ke Suriah di tahun 1992. Ia menjadi pengusaha terkenal sekaligus anggota parlemen. Secara singkat, ia pernah menjadi menteri di pemerintahan di tahun 2002.

Sekarang ini ia menyalahkan AS, Inggris, dan negara-negara Barat lainnya dalam peperangan di Suriah karena mereka mengirim para teroris ke Suriah. Maksudnya ialah gerombolan pejuang jihad asing yang sekarang bergabung dengan pemberontak dalam negeri Suriah.

Setelah konlfik yang berlangsung hampir 3 tahun ini, banyak kantong-kantong wilayah Suriah yang bukan di bawah kendali pemerintah. Sebagian besar wilayah di utara dan kawasan-kawasan yang berdekatan dengan batas selatan negeri itu berada dalam cengkeraman pemberontak.

Jutaan warga Suriah tinggal di wilayah-wilayah tersebut dan tidak bisa bersuara dalam pemilu presiden tingkat nasional.

Rezim Suriah menggunakan kekuatan besar yang seringkali tidak pandang bulu untuk memerangi oposisi, misalnya dengan menjatuhkan gentong-gentong berisi bahan peledak TNT dan bom-bom bahan kimia klorin dari udara secara semena-mena di daerah-daerah kekuasaan para pemberontak.

Jutaan warga Suriah menyaksikan sendiri ketika rumah-rumah mereka luluh lantak karena serangan udara. Ribuan orang lagi menyaksikan sendiri bagaimana ayah, putra, dan putri mereka terbunuh dalam serangan-serangan itu.

Ketika ia ditanya bagaimana ia bisa-bisanya membela kebijakan yang dijalankan rezim Suriah untuk memerangi para teroris, dan bagaimana pemerintah bisa mengaku sebagai wakil rakyat yang menderita karena serangan-serangan itu, Nouri malah terdengar seperti seorang jurubicara pemerintah daripada seorang lawan:

"Kebanyakan dari orang-orang ini tidak menyalahkan Presiden Assad untuk penderitaan yang mereka alami," ujarnya. "Mereka percaya bahwa angkatan bersenjata terpaksa melakukan ini untuk mengusir para teroris." (Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini