Sukses

Celana 3.300 Tahun di Kuburan Kuno China, Tertua di Dunia?

Temuan itu menandakan suatu periode ketika orang membutuhkan pakaian baru untuk berkuda. Repot pakai toga atau jubah.

Liputan6.com, Berlin - Dua celana panjang tua ditemukan di dua kuburan kuno di China. Usianya diduga lebih dari 3.000 tahun. Uniknya, benda itu relatif utuh, meski kebanyakan kain tua lain ditemukan dalam kondisi robek dan rapuh.

Celana panjang itu dibuat dari 3 lembar kain, satu untuk masing-masing kaki, lainnya untuk bagian selangkangan, yang dijahit menjadi satu. Dihias dengan tenunan dan sabuk dari tali. Benda itu ditemukan bersama sejumlah item pakaian lain di pemakaman Yanghai di Tarim Basin.

Sebuah makalah baru yang ditulis oleh Ulrike Beck dan para koleganya dari German Archaeological Institute, Berlin, Jerman menduga, celana itu dipakai untuk berkuda pada masa lalu.

Berdasarkan karbon dating atau penentuan usia artefak menggunakan carbon-14 diketahui, penutup tubuh bagian bawah itu berusia 3.300 tahun. Mungkin menjadi yang tertua yang pernah ditemukan utuh sepanjang sejarah.

Usia celana tersebut terkait dengan permulaan era para penunggang kuda di Tiongkok, yang diperkirakan berawal sejak 4.000 tahun lalu. Apalagi juga ditemukan pelana dan senjata dalam liang yang sama.

"Celana panjang adalah bagian penting dari peralatan yang meningkatkan kualitas fisik manusia," kata Ulrike Beck, seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, Selasa (3/6/2014).

Temuan itu menandakan suatu periode ketika orang membutuhkan pakaian baru untuk berkuda. Pakaian yang sudah lebih dulu ada, seperti jubah dan toga tidak cocok untuk menunggang kuda.



Temuan tersebut dilaporkan dalam makalah untuk Quaternary International. "Makalah ini mendukung gagasan bahwa celana panjang ditemukan untuk menunggang kuda, oleh para penggembala yang berpindah. Dan celana dibawa ke Tamrin Basin oleh para penunggang kuda," kata ahli bahasa, Victor Mair dari University of Pennsylvania kepada ScienceNews.

Celana panjang yang ditemukan di Yanghai dipakai 2 jasad pria yang diduga berusia 40 tahun. Berdasarkan pakaian yang mereka kenakan, diduga keduanya adalah penggembala, atau bisa juga prajurit.

Pemakaman Yanghai adalah kuburan kuno yang luasnya  54.000 meter persegi. Iklim panas dan kering di area yang dikenal sebagai Tarim Basin diyakini membantu mengawetkan jasad, pakaian, dan sejumlah artefak yang terkubur selama ribuan tahun.

Sejak diekskavasi pada tahun 1970-an, lebih dari 500 makam digali. Menghasilkan demikian banyak 'harta karun'.

Sepatu Hak Tinggi untuk Berkuda

Bahwa apa yang dikenakan di tubuh manusia mengikuti kebutuhan zaman juga berlaku untuk sepatu hak tinggi, yang dulu dipakai kaum pria -- sebelum akhirnya 'direbut' perempuan.  

"Sepatu berhak dipakai selama berabad-abad di Timur Dekat (daerah sekitar timur Mediterania) sebagai alas kaki saat berkuda," kata Elizabeth Semmelhack, dari Museum Sepatu Bata, Toronto, Kanada.

Menunggang kuda dengan baik amat penting dalam pertarungan di Persia -- nama Iran pada masa lalu. "Saat tentara berdiri di sanggurdi atau pijakan menunggang kuda, alas kaki itu membantunya mengamankan posisi, sehingga ia bisa memanah dengan lebih efektif."

Pada akhir abad ke-16, Raja Persia, Syah Abbas, memiliki pasukan kavaleri terbesar di dunia. Ia tertarik untuk menjalin hubungan dengan penguasa di Eropa Barat. Untuk membantunya mengalahkan musuh besar: Kekaisaran Ottoman (Turki).

Jadi pada 1599, ia mengirimkan misi diplomatik ke Eropa, ke Rusia, Jerman, dan Spanyol. Sejak saat itulah "demam" Persia berlangsung di Negara Barat. Termasuk soal gaya. Para aristokrat yang latah saat itu merasa, sepasang sepatu berhak bisa meningkatkan penampilan mereka. Lebih maskulin dan jantan. (Baca selengkapnya tautan ini) (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.