Sukses

Suami Korban Rajam Pakistan Pernah Bunuh Istri Pertama

Dari penyelidikan lanjutan, diketahui bahwa suami dari wanita malang ini juga pernah membunuh istri pertamanya.

Liputan6.com, Lahore Hari Selasa lalu seorang wanita hamil dirajam hingga tewas di Pakistan. Dari penyelidikan lanjutan, diketahui bahwa suami dari wanita malang ini pernah membunuh juga, sebagaimana dilansir dari South China Morning Post, 30 Mei 2014.

Suami dari wanita yang dirajam hingga tewas di Pakistan telah membunuh istri pertamanya empat tahun lalu, kata polisi dan saudara-saudaranya hari Kamis lalu. 

Suatu kerumunan yang terdiri dari anggota keluarga, termasuk ayah dan saudara-saudara kandung lelakinya, merajam Farzana Parveen hingga tewas di hari Selasa dengan batu bata yang dicuri dari suatu lokasi pembangunan di sisi timur kota Lahore. Orang-orang di sekitarnya hanya menonton.

Pada awalnya, banyak kalangan di Pakistan yang turut menyampaikan belasungkawa kepada sang suami, Mohammed Iqbal, setelah peristiwa pembunuhan itu karena keluarganya jelas-jelas tidak menginginkan wanita itu untuk menikahinya.

Tapi pada hari Kamis, Zulfiqar Hameed, wakil inspektur jenderal di kepolisian Punjab mengatakan bahwa pihak berwajib pernah menangkap Iqbal di bulan Oktober 2009 karena membunuh istri pertamanya, Ayesha Bibi. Hameed tidak dapat memberikan perincian tentang pembunuhan itu, tapi mengatakan bahwa kasus itu dibatalkan setelah seorang anggota keluarga korban memaafkan pria itu.

Berdasarkan undang-undang Pakistan, seseorang yang didakwa membunuh dapat dibatalkan kasus pidananya jika anggota-anggota keluarga korban memaafkan mereka atau menerima “uang darah” terkait dengan tindakan pidana itu.

Ketika dihubungi di desanya di dekat kota Jaranwala, Iqbal mengatakan bahwa ia tidak boleh berbicara karena sedang sembahyang di makam istri keduanya. Ia tidak menanggapi pertanyaan-pertanyaan lain sesudah itu.

Salah seorang dari lima anak Iqbal, yaitu Aurang Zeb, mengatakan bahwa ayahnya membunuh sang ibu di tahun 2009 karena suatu perselisihan. Ia mengatakan bahwa ayahnya ditangkap, tapi kemudian anak-anak memaafkannya dan kasusnya dicabut.

“Kami tidak ingin membahas apa yang sudah terjadi di masa lalu, tapi saya bisa menegaskan bahwa kami sudah memaafkan ayah kami,” kata Zeb. Pria ini menambahkan bahwa ayahnya masih teguncang sesudah kematian istri yang ke dua itu.

Dua sepupu Iqbal juga mengatakan bahwa Iqbal membunuh istri pertamanya namun mengatakan bahwa ia telah dimaafkan oleh salah satu puteranya.

Pakistan berpenduduk 180 juta orang dan kebanyakan warga negaranya bersikap konservatif. Perjodohan merupakan hal yang biasa di kalangan konservatif dan ratusan wanita tewas setiap tahun karena pembunuhan demi kehormatan oleh suami ataupun saudara-saudara sebagai hukuman untuk tuduhan perzinahan ataupun perilaku syahwat lain yang tidak sah yang dianggap membawa aib bagi diri dan keluarganya.

Para pegiat mengatakan bahwa “uang darah” seringkali berarti kejahatan terhadap wanita oleh pasangan ataupun para anggota keluarga lain jadi diabaikan.

Pakistan memiliki angka tertinggi untuk kekerasan terhadap wanita. Komisi Hak Azasi Manusia (HAM) Pakistan, suatu badan swasta, mengatakan dalam laporan mereka bulan lalu bahwa ada sekitar 869 wanita yang dibunuh dalam pembunuhan demi kehormatan di tahun 2013.

Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, mengutuk pembantaian Farrzana Parveen melalui pernyataannya hari Kamis lalu dan mengatakan bahwa hal itu “tidak dapat diterima”. Ia menyerukan kepada pihak berwenang di Punjab untuk mencari para tersangka lainnya.

Navi Pillay, komisi tinggi PBB untuk HAM, juga mengutuk keras pembantaian itu, dan menurut wanita itu ia tidak mau menyebutnya dengan pembunuhan demi kehormatan, sebab “tidak ada setitikpun kehormatan dalam pembunuhan wanita dengan cara ini.” Ia menyerukan pemerintah Pakistan untuk mengentukan pembunuhan-pembunuhan sejenis ini.

“Kenyataannya, wanita itu dibunuh selagi ia sedang menuju pengadilan. Hal ini menunjukkan kesalahan serius di pihak negara bagian yang seharusnya memeberikan keamanan untuk seseorang yang jelas-jelas memiliki resiko demikian,” kata Pillay di hari Selasa lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini