Sukses

Jokowi-Istri-Anak: Nggak Romantis, Banyak Guyon

Jokowi rupanya suka suara kodok. Sampai-sampai memeliharanya di rumah dinas. "Enak bunyinya, pikiran jadi tenang."

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang kini menjadi calon presiden PDI Perjuangan sudah sangat dikenal masyarakat. Tetapi istri dan anak-anaknya relatif tidak banyak dikenal karena jarang mucul ke publik. Dalam berbagai kesempatan, Jokowi mengatakan memang memisahkan urusan pemerintahan dengan keluarga.

Dari pernikahannya dengan Iriana, Jokowi dikaruniai 3 anak. Gibran Rakabuming, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep.

Anak pertama Jokowi, Gibran Rakabuming merupakan lulusan manajemen lulusan Management Develompmnet Istititut of Singapura, yang kini mejadi pengusaha katering di Solo, Jawa Tengah. Kahiyang Ayu anak kedua Jokowi baru saja lulus dari Universitas Negeri Solo, Jurusan Ilmu Teknologi Pangan. Sedangkan anak ketiga, Kaesang Pangarep, kini masih menimba ilmu di Singapura.

Perkenalan Iriana dengan Jokowi dapat dikatakan terjadi secara tidak sengaja. Iriana adalah teman adik Jokowi, Iit Sriyantini. Saat masih sekolah, Iriana sering berkunjung ke rumahnya diajak Iit. Tanpa sengaja Iriana bertemu Jokowi yang saat itu masih berkuliah di Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Dari pertemuan itulah akhirnya mereka berdua akhirnya menjalin hubungan asmara. 4 Tahun lebih mereka berpacaran, dan pada 1986, akhirnya Jokowi menikahi Iriana. Saat menikah, Jokowi sudah bekerja di PT Kertas Kraft Aceh. Setelah menikah, Jokowi dan Iriana tinggal di Aceh.

Ketika Iriana hamil anak pertama, Jokowi memutuskan kembali ke Solo dan melepas karirnya di PT Kertas Kraft Aceh. 

Seperti apa sosok Jokowi di mata istri dan anak-anaknya? Simak wawancara presenter Indosiar Tina Talisa dalam acara Interupsi Spesial bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Iriana Joko Widodo, dan putri keduanya Kahiyang Ayu di kediaman Jokowi di bawah ini:

Tina Talisa: Bapak dan Ibu terima kasih telah menerima kami di sini. Saya mau tanya bapak terlebih dahulu. Kami kan mengajukan permohonan untuk bisa ngobrol bareng dengan bapak dan ibu kan sudah lama sekali. Perlu waktu berapa lama untuk meyakinkan ibu supaya mau bisa tampil bareng?

Jokowi: Kita kan kadang-kadang, apa itu... saya di sini, kadang istri di Solo, anak pas di Solo, nggak pernah ketemulah. Sekarang ini kan pas ketemu ya baru bisa. Hehehe...

Bu Ana, ini kan sdh semakin dekat dengan waktu pilpres. Ibu itu sudah semakin dicari dan orang semakin ingin tahu sosok Ibu. Tapi saya ingin tahu kebersamaan ibu dan bapak . Menikah kan sudah hampir 30 tahun ya Bu ya. Kilas balik sedikit Bu, kenal pertama kali dengan bapak. Bapak itu sosok yang langsung bisa meluluhkan hati Ibu atau harus melewati jalan panjang sebelum hati Ibu bisa mengatakan iya pada Pak Jokowi?

Iriana: Ya... Berjalan saja.

Jokowi: Ya biasa saja... Saya sendiri nggak ada pesaingnya. Tapi pendekatan perlu beberapa bulan. Mungkin 5-6 bulan. Begitu saya ajak sepedaan mau. Ya udah berarti mau... Hahaha... Meskipun belum ngomong mau, udah diajak sepedaan pesanan mau, berarti mau.

Minggu lalu kami bertanya kepada Bapak, Bapak itu tipe yang romatis atau tidak? Bapak mengaku tidak romatis. Menurut Ibu?

Iriana dan Jokowi: Ya memang tidak hahaha....

Iriana: Biasa aja.

Pernah Ibu merasa ada hal yang tidak biasa Bapak lakukan, dan menurut Ibu itu sudah romantis versinya Pak Jokowi?

Iriana: Enggak ah biasa saja. Pernah toh? Enggak toh?

Jokowi: Kita ini biasa saja. Nggak pernah romantis-romatisan, misalnya saya berikan bunga, ya nggak pernah. Selama 28 tahun nggak pernah.

Apa ulang tahun pernikahan memberikan surprise?

Jokowi: Nggak pernah juga. Saya dan istri nggak punya budaya ulang tahun. Ulang tahun perkawinan ya nggak pernah, ulang tahun kelahiran juga nggak pernah. Ulang tahun ya seperti hari-hari biasa saja, nggak ada yang istimewa.

Bapak ini sebetulnya bukan tipe yang romantis. Tapi kalau sebagai ayah menurut pandangan Ibu, tipe ayah yang tegas, lembut , atau bercampur semua. Ada tegasnya, lembutnya, humoris?

Iriana: Ya campur-campur ya, lihat situasi.

Jokowi: Kalo saya, pada hal-hal yang prinsip, saya harus katakan tidak. Hal-hal prinsip, enggak. Saya tidak bisa ditawar. Itu aja. Lebih banyak guyonannyalah dengan anak-anak hehehe...

Jadi Bapak itu sebenarnya tipe yang banyak guyon ya Bu?

Iriana: Ya santai, nggak pernah tegang, biasa aja.

Tipe yang bawa kerjaan ke rumah nggak Bu? Misalnya pada saat masih menjadi pengusaha, pulang ke rumah terus cerita soal kerjaan. Duh saya stres kerjaan?

Iriana: Hahaha... Ndak pernah. Paling 1 atau 2 tanda tangan, itu aja.

Jokowi: tanda tangan di rumah iya, tapi kalau cerita tentang pekerjaan enggak. Saya selalu pisah-pisah. Jadi mana pekerjaan, mana keluarga, pemerintahan, betul-betul saya pisah. Karena nggak bisa namanya campur-campur kerjaan, nggak bisa. Kalau saya nggak bisa.

Ini soal hobi makan. Bapak sepertinya kurang hobi makan ya Bu ya? Sarapan nggak suka? Yang kami tahu di media biasanya Bapak sukanya makan tempe. Sebetulnya ada nggak makanan favorit lain yang Bapak suka?

Iriana: Apa ya, biasa saja. Semuanya dimakan. Pemakan segala hahaha... Ngak ada yang favorit-favorit.

Jokowi: Kalau tempe senang aja. 

Iriana: Jadi tidak harus ada. Apa yang ada kita makan.

Dari dulu Bapak kan selalu mengatakan, saya dari dulu sekurus ini. Memang dari dulu seperti ini perawakan Bapak ya bu?

Iriana: Enggak... Ini mungkin semakin... Kemarin turun 1 ons ya...

Jokowi: Turun 1 ons, naik 2 ons... Hahaha...

Soal kebiasaan, Bapak juga, makan apa saja. Tapi yang tidak pernah lupa adalah soal jamunya. Bapak mengatakan campurannya itu adalah temulawak, jahe, kacang ijo, dikasih madu...

Jokowi: kadang diberi madu, kadang tidak. Kalau pas ada madu diberi, kalau nggak ada madu ya ndak... Hahaha...

Diminum 16-17 tahun terakhir, berarti bukan dari awal pernikahan...

Iriana: Sudah punya anak ya?

Jokowi: Sudah punya anak ya. Mungkin 17-18 tahunan lebih kira-kira. Orangtua yang memberitahu kemudian dicoba, dan setelah 4-6 bulan merasa enak. Dan sampai sekarang terus kita minum.

Iriana: Ini diminumnya tiap pagi sama sore.

Kalau pergi ke luar kota, Bapak merasa wajib perlu ada nggak?

Jokowi: Ndaak... Ndaak... Siapa yang buatin.

Bapak itu kan nggak romantis. Kalau ke anak-anak tipenya guyon. Sekarang kan anak laki-laki ada 2, dan 1 perempuan. Menurut Ibu, Bapak lebh deket sama anak perempuan atau yang laki-laki?

Iriana: Semua deket, nggak membedakan anak perempuan atau laki-laki.

Wawancara dengan Kahiyang Ayu atau yang akrab dipanggil Ayang, putri kedua Joko Widodo.

Tina Talisa: Mbak Ayang baru lulus kuliah Desember kemarin. Ini di antara ketiga anak Bapak dan Ibu, 2 dari SMP Sudah di Singapura, cuma Mbak Ayang aja. Ini kira-kira karena Mbak Ayang yang nggak mau atau harus dekat orangtua aja karena perempuan?

Ayang: hmmm... (tersipu malu).

Jokowi: Ngak mau. Nggak mau. Kalau mau ya ngak apa-apa. Pingin dekat orangtua. Gitu kan?

Ayang: Iyaaaa... Hehehe... (sambil tetap tersipu malu)

Kalau jurusan kuliah, Bapak dan Ibu mengarahkan atau tipe yang dilakukan demokratis saja?

Ayang: Terserah mau ambil apa.

Jokowi: Saya dan istri nggak pernah mengarahkan. Yang senang mana, itu yang kita dukung.

Tadi Bapak menjelaskan, kalau di rumah hal yang prinsip Bapak tegas, tapi yang lainnya guyonan. Jadi Bapak tipe yang humoris Mbak Ayang?

Ayang: Hahahaa... Iyaaa... Iyaaaa...

Iriana: Sering dagelan, jalannya dibuat-buat... hahahhaa.. Biar kita ketawa... hahaha...

Jokowi: Masa serius terus. Di kantor serius, di rumah serius, ndaaak laahhh... Ketemu ya yang lucu-lucu.

Jadi Bapak suka melakukan gerakan-gerakan yang lucu-lucu.

Soal pilihan karir. Kan Bapak punya usaha di bidang ekspor perkayuan. Mas-nya, anak pertama tidak mengikuti jejak itu. Waktu saya bertanya, ya agak sedikit kecewa karena sebagai orangtua ingin diteruskan. Kalau Mbak Ayang ingin nggak nerusin usaha Bapak?

Ayang: Enggak juga. Hahahaha...

Gimana Pak sejauh ini, nggak ada anaknya yang mau nerusin?

Jokowi: Yaaaa... Tadi saya sampaikan waktu memilih jurusan juga terserah, mau kerja di mana pun. Waktu anak pertama saya kaget juga. Dulu waktu masih SMP, SMA, mahasiswa, sering saya ajak pameran di Singapura, Barcelona, Milan, Paris, pameran-pameran ini, produk-produk kayu. Tapi ya nyatanya sering bergelut dengan mebel dan kayu. Tapi ternyata waktu lulus kuliah.. nggak mau, ya gimana, ya sudah, silakan.

Waktu nggak mau lanjutkan, anak lebih cerita ke Ibu atau langsung ke Bapak? Atau cerita ke Ibu, Bu ini gimana ya, boleh nggak tidak lanjutkan usaha Bapak?

Iriana: Nggak pernah ya... Bareng-bareng.

Kalau Bapak kan kecewa, kalau Ibu gimana, waktu anak bilang, Bu saya mau usaha yang lain.

Iriana: Pasti ada rasa kecewa. Tapi ya terserah anaknya. Kalau dipaksa nanti malah kan nggak baik. 

Sekarang kan usaha katering, dan Bapak malah juga sangat bangga dengan kemajuan usahanya.

Jokowi: Sangat bangga dan sangat senang. Artinya memulai sendiri dari nol, kemudian merangkak, dan sudah dalam jangka waktu 3 tahunan sudah berada di atas. Kita senenglah. Katering kecil-kecilan, tapi saya merasa sudah di atas.

Usaha katering tapi badannya kurus kaya Bapak juga ya Bu? Berarti nggak doyan makan juga ya Bu?

Iriana: Nggak mau makan, makanannya sendiri. Sulit makan.

Buat Mbak Ayang sendiri, pilihanya untuk usaha sendiri, ingin berkarir atau punya usaha yang berbeda?

Ayang: Belum ketemu... Hehehe...

Pasti nggak ingin nerusin usaha Bapak?

Ayang: Enggak. (tersenyum)

Nggak pernah diajak bapak ke pameran seperti mas-nya atau dari awal memang nggak ke situ minatnya?

Iriana: Dari kecil diajak juga. Ke pabrik diajak juga mainan dengan kayu, serbuk kayu atau gergaji... Ya mainan sama tukang-tukang... Hahaha....

Jokowi: Tiap hari, karena dari dulu rumah kita dipakai untuk kerja, jadi tiap hari main di kayu, di pabrik.. Wong rumahnya di situ, ya gimana.

Jadi anak kesatu usaha katering, anak kedua nggak mau lanjutin usaha, masih ada harapan Pak buat anak ketiga?

Jokowi: Masih ada harapan satu.. Hahaha...

Iriana: Tapi kemarin udah minta katering juga.

Jokowi: Saya juga nggak mau kayu loh, jangan ngomong gitu. Tapi kan belum.. Hahaha...

Soal hobi musik, Mbak Ayang suka musik rock?

Ayang: Enggak.

Jokowi: Yang suka anak yang pertama.

Kalau Mbak sendiri suka musik tapi?

Ayang: Ya... Tapi bukan yang keras-keras gitu, enggak.

Kalau sedang menikmati musik rock, Bapak kalau di rumah pakai earphone sendirian atauu...

Ayang: Enggak. Semua diajak bareng-bareng dengerin.. Hahaha...

Jokowi: Semuanya pergi.. Hahaha...

Ibu pernah nggak, aduh Bapak, saya lagi nggak mau dengerin?

Iriana: Sering.. Hahaha...

Kalau di rumah Bapak lagi dengerin musik rock, sambil goyang atau diem?

Iriana: Ya kaya gitu.. Hahaha...

Boleh tahu nggak Bu, lagu sekarang yang Ibu inget dan ibu tahu lagu yang mana?

Iriana: Apa ya de?

Kalau Mbak Ayang apa, musisi Indonesia?

Ayang: Afgan, Vidi Aldiano. Dari luar negeri, Katty Perry.

Kalau Bapak ngerti nggak Katty Perry?

Jokowi: Tahu. Saya kan anter, nonton K-Pop Suju.. Apalagi.. Hahaha... Tapi sering juga kita bareng-bareng nonton Mas Butet Kertaradjasa, yang lucu-lucu. Pokoknya yang menghiburlah.

Soal mendidik memberikan cara yang demokratis, kalau Mbak Ayang sendiri ada nggak didikan, pijakan dari Bapak dan Ibu yang dari kecil jadi betul-betul ditanamkan?

Ayang: Nggak ada..

Jokowi: Hahaha... Nggak ada. Kita itu biasa-biasa saja dan nggak maksa-maksain. Yang penting menurut saya, contohlah. Nggak usah kita terlalu banyak diomongin. Saya kira anak bisa melihat orangtuanya.

Soal pilihan.. Bapak dan Ibu kan pakai baju kotak-kotak, kalau Mbak Ayang ke mana baju kotak-kotaknya?

Ayang: Ada tapi nggak dipake. Biar Bapak Ibu aja yang kembar.. Hehehe...

Nah soal pakaian, kan Bapak ini dikenal sederhana. Karena sederhana sebagian orang jangan-jangan ini pencitraan dari seorang Joko Widodo? Tapi yang Ibu kenal dari dulu memang seperti itu Bapak?

Jokowi: Sekarang yang jahitkan kan istri, ditanya ke istri aja? Yang jahitkan ke mana, beli kainnya di mana? Tanya... Tanya...

Dari dulu memang ibu yang siapkan?

Iriana: Ya dari dulu memang saya jahitkan.

Jadi Ibu punya langganan sudah puluhan tahun?

Iriana: Ya.

Kalau beli bahan di mana sih Bu?

Iriana: Ya di toko-toko. Di toko kain biasa. Kalau Pak Joko saya belikan bahan mahal pasti tahu dan bilang: saya ndak suka. Cuma itu. Akhirnya saya beli yang biasa-biasa, tapi nyaman dipakai.

Jokowi: Kalau terlalu mewah, saya nggak mau.

Nah kalau ke panjahit, boleh tahu nggak Bu kalau langganan Ibu itu, kalau jahit bajuya Bapak berapa Bu?

Iriana: Berapa de... satu berapa? Dulu dari awal Rp 20 ribu. Sekarang berapa ya de?

Jokowi: paling naik Rp 5 ribu.. hahaha...

Iriana: Ngawur... (sambil mencubit dan memukul Jokowi dengan mesra)

Ayang: Rp 50-60 ribu untuk 1 kemeja.

Jadi Bapak pilihannya, baju dan celana dijahit?

Jokowi: dijahitkan, semuanya dijahitkan. Jahitnya di kampung. Kecuali khusus seragam disiapkan dari kantor.

Kalau Mbak sendiri pernah nggak bilang pingin lihat bapak lebih fashionable atau memilahkan baju? Atau belikan kemeja tapi nggak tahunya pernah dipakai sama Bapak?

Ayang: Pernah dibelikan baju tapi nggak dipakai. Warnanya putih yang bahanya nggak disuka, ya nggak dipake.

Jokowi: Putih tapi mewah. Dipake sekali.

Jadi biar sekarang jadi gubernur di Jakarta, ngejahit tetap di Solo, Bu?

Iriana: Masih.. Hehehe... Kemarin masih nyusul-nyusulin... Masih dijahit? Kapan jadinya?

Selain kesederhanaan Bapak soal makanan, pakaian, ada nggak hobi Bapak yang kolektor barang tertentu?

Iriana: Hahaha... Nggak ada. Liat aja di rumah nggak ada? Koleksi kaset ada, tapi nggak terlalu banyak.

Berbicara tentang usaha Bapak, gara-gara usaha Bapak, Bapak dipanggil Jokowi. Bapak menceritakan gara-gara dipanggil buyer dari Prancis. Ibu sempat merasa masih asing nggak dengan nama itu?

Iriana: enggak biasa aja, nggak ada masalah.

Soal nama anak. Nama-nama anak ini kan unik dan punya banyak makna. Apa domainnya Bapak atau ngobrol sama Ibu?

Iriana: Ngobrol enggaklah, langsung Pak Joko.

Jadi itu otoritasnya Bapak ya?

Jokowi: Semuanya 100 persen saya yang beri nama.

Inspirasinya darimana Pak?

Jokowi: Merenenung sebentar pasti ketemu.

Soal nerima Bu. Dalam sisi karir saat Ibu kenal dengan Bapak, dekat, pacaran, lalu menikah, pasti tidak pernah mengira Bapak bisa sampai di titik karir seperti ini. Dalam benak Ibu, apa yang paling Ibu rasakan melihat Bapak seperti sosok saat ini?

Iriana: Ya jalani aja. Memang harus begini.

Jokowi: Hidup kan kita nggak tahu, jadi ya dijalani. Hahaha...

Jadi Bapak nggak pernah bercerita, saya tuh punya ambisi a, b, c, jadi bisa sampai ke titik ini?

Iriana: Nggak pernah. Ini nggak ambisi.

Jokowi: Waktu kita jadi walikota, juga dari pabrik ke walikota juga nggak tahu. Tahu-tahu ada perintah untuk ke Jakarta untuk jadi calon gubernur. Sekarang jadi capres juga nggak tahu. Kita mengalir saja, nggak pernah... Nggak pernah.

Jadi Bapak yang Ibu kenal sampai sekarang bukan tipe yang ambisius?

Iriana: Kelihatan kalau ambisiusnya. Kelihatan... Kelihatan jahat.. Hehehe... Perasaan saat masuk ke DKI sudah terasa, prosesnya kan berjalan. Setelah Gubernur, nanti bisa jadi yang lain.

Jokowi: Ada proses panjang, masyarakat seperti ini, seperti itu. Kita kan nggak tahu, hanya kemungkinan-kemungkinan. Jadi hanya melihat masyarakat, jangan-jangan. Tapi tidak hanya jangan-jangan, setelah diputuskan oleh Ketua Umum, baru jadi capres.

Tanggapan anak-anak bagaimana?

Jokowi: Nggak kaget pas jadi walikota. Gubernur juga begitu. Biasa aja.

Ayang: Nggak kaget. Biasa saja.

Ada yang sangat ingin, ada yang biasa saja, Mbak Ayang pesen ke Bapak dalam menjalani hari ke depannya gimana?

Ayang: Nggak ada.

Jokowi: Anak-anak tidak ingin tahu. Tidak mencampuri tentang politik. Istri juga tidak.

Ibu juga nggak pengin tahu atau pengin cari tahu?

Iriana: Tidak.

Kalau ingin melobi politik lewat keluarga, jadi Ibu nggak bisa ya Pak?

Iriana: Tidak, tidak pernah.

Jokowi:Tidak ada yang melobi lewat istri atau anak. Sampai detik ini, dari dahulu saat jadi walikota atau gubernur, tidak ada yang melobi.

Kalau soal politik, ada ketertarikan?

Ayang: Nggak ada, nggak tertarik.

Kalau kakak? Jadi dari ketiga anak Bapak tidak ada?

Ayang: Nggak ada.

Jokowi: Nggak ada yang tertarik sama sekali.

Mbak Ayang sebagai anak muda, pasti kan punya akun sosial media, twitter, instagram, dan lain-lain, suka perhatikan nggak di timeline ada yang bicarakan tentang Bapak?

Ayang: Awalnya sempet marah kalau ada yang ngomong aneh-aneh, tapi lama-kelamaan udah biasa.

Kan kalau diperhatikan, ungkapan di sosial media itu suka lebih kasar. Nah bagaimana lihatnya? Nggak sampai tersayat-sayat kok Bapak saya sampe diginiin?

Ayang: Nggak.

Jokowi: Nggak marah, tapi paling Ayang suka kasih tahu. Pak ada gambar atau meme di twitter nih. Kalau lucu ya
tertawa bareng. Kalau ada kampanye hitam, black campaign, ya sudahlah, kadang kok orang nggak ada sopan santunnya, nggak ngurusinlah. Saya kerja aja, urusan kerja.

Kalau Ibu? Jengkel juga nggak? Kesel juga?

Iriana: Enggaklah, biasa aja. Udah kebal.

Jadi untuk guyon saja ya? Nah misalnya pas awal terus ada yang bilang Bapak itu capres boneka, itu gimana?

Iriana: Nggak, ketawa aja, biasa aja, udah biasa soalnya.

Mba Ayang punya hobi apa yang kira-kira mirip atau sama dengan Bapak?

Jokowi: Ada, hobi melihara kucing. Dulu kucing-kucing kampung, ada 40-50 kucing. Kucing yang totol-totol gitu.
Sekarang ada berapa de anaknya?

Ayang: Kucing kampung, dulu punya 20 sekarang cuma tinggal 10, yang 10-nya sudah dibagikan ke teman-teman.

Jadi di antara 3 anak, cuma Mbak Ayang aja yang suka kucing?

Jokowi: Iya, cuma itu aja hobinya yang agak sama. Kalau dulu kan kucingnya yang totol-totol gitu, nah kalau yang
sekarang kan kucingnya yang bagus, kucing bersih.

Dulu kan kucingnya ada 40, itu dikasih nama nggak?

Jokowi: Ya enggak, kucing ya kucing. Nggak dikasih nama, lah wis kucingnya juga kucing kampung.

Tapi yang disuka?

Jokowi: Ada yang kembangan, kembang telon, warnanya item kuning keemasan sama putih gitu.

Itu dulu Bapak punya?

Jokowi: Iya.

Dulu pas melihara kucing, orang kasih karena memang tahu Bapak suka atau gimana?

Jokowi: Nggak juga, kadang saya yang minta. Pak, Saya minta ya kucingnya.

Itu tadi kucing yang 10, kalau ditinggal gini ada yang jaga atau gimana?

Ayang: Iya ada.

Makanan kucingnya apa? Nasi bandeng sama kaya Bapak atau gimana?

Ayang: Enggak, biasanya beli langsung yang udah jadi.

Selain kucing, ada lagi nggak yang disuka?

Ayang: Banyak.

Jokowi: Burung, ayam, entok.

Itu dipelihara semua di rumah?

Jokowi: Iya, dulu dipelihara semua di rumah.

Jadi seperti peternakan dong di rumah?

Jokowi dan Iriana: Iya.

Burung apa yang Mbak Ayang suka? Macam-macam?

Ayang: Banyak. Parkit, yang warna-warni, terus ada lagi lupa namanya, asal beli aja.

Jokowi: Dulu anak sama istri sering ke pasar burung. Saya sering diajak. Ini bagus, ini bagus, terus beli.

Jadi Bapak nggak gitu hobi burung? Cuma Mbak Ayang?

Jokowi: Enggak, ada juga yang suka 1-2 burung.

Itu semua di rumah pribadi. Kalau di rumah dinas pernah nggak terpikir melihara hewan juga?

Jokowi: Loh itu juga ada di rumah dinas. Tapi yang spesial dipelihara itu kodok. Bunyinya kan bagus, plentang plentang plentang plentung.

Iriana: Kodok kan nggak usah beli kalau di rumah dulu, banyak.

Jokowi: Kalo di rumah dulu kan banyak katanya, nah kalo di sini kan nggak ada, jadi saya suruh staf buat nyari, beli.

Jadi Bapak suruh staf Bapak yang beli?

Jokowi: Iya

Itu kataknya katak gimana Pak? Apa katak khusus?

Jokowi: Hahaha enggak, katak ya katak aja, biasa aja.

Oh, saya kan nggak ngerti Pak, kali ada katak seperti kucing ada kucing a, b, c.

Jokowi: Hahaha... Enggak, yang penting bisa bunyi plentang plentang plentang plentung.

Iriana: Pengantar tidur aja.

Oh jadi pengantar tidur. Jadi suara pengantar tidur aja ya Pak. Tapi selama ini bunyi terus Pak?

Jokowi: Ya enggak, masa dia nggak mau bunyi disuruh paksa buat bunyi. Hahaha...

Tapi Bapak kan merhatiin Pak, nah katak paling banyak mengeluarkan bunyi pas musim apa Pak?

Jokowi: Ya hujan, kalo pas hujan kan biasanya bunyinya lebih kencang.

Saya baru tahu, pemirsa juga baru tahu kalau Pak Jokowi suka suara katak. Musik rock hobi, kalau tidur pengennya yang alam ya Pak, suara katak.

Jokowi: Iya enak, pikiran jadi tenang.

Kalo ikan? Bapak nggak suka?

Jokowi: Suka, ikan yang biasa aja, tapi nggak yang mahal-mahal. Ikan mujair, ikan yang hitam kecil-kecil gitu, lupa namanya apa.

Baiklah kita lanjutkan di segmen selanjutnya masih bersama keluarga Bapak Jokowi.

Tina Talisa: Mari kita bicara hobi juga. Kalo Bapak kan pernah sampaikan hobinya suka yang murah-murah, kalau nggak sepedaan ya jogging.

Jokowi: Iya cuma 2 itu aja, sepedaan sama jogging. Dua-duanya kan nggak ngeluarin duit.

Sepeda kan tapi ngeluarin duit juga pak buat beli sepedanya, mahal juga kan Pak?

Jokowi: Enggak, enggak. Beli sepeda kan cuma sekali. Sepeda kan juga paling berapa duit, nggak yang mahal-mahal juga. Ya berapa sih beli sepeda.

Nggak yang mahalkah Pak?

Jokowi: Ya enggak, dilihat aja sepeda saya sepeda seperti itu.

Ibu masih suka sepedaan nggak sekarang?

Iriana: Ya kalo sekarang jarang, tapi ya kalo di rumah iya.

Ibu ada olahraga lain nggak yang Ibu suka?

Iriana: Ada, yoga.

Oh yoga, Bapak suka ikutan nggak kalo yoga?

Jokowi dan Iriana: Ndak pernah.

Iriana: Ndak ndak, karena kan saya kalo yoga, yoganya di tempat.

Oh, jadi bukan ngundang gitu?

Iriana: Oh ndak, yoganya rame-rame sama temen-temen.

Oh oke, itu adalah kebiasaan Bapak kalau berolahraga. Nah kalo Ibu sendiri ada nggak kebiasaan Ibu yang Bapak nggak suka? Misalnya Ibu kan sederhana nih kalo berpakaian, apa Bapak juga suka yang seperti itu? Terus kalo Ibu dandannya berlebihan, Bapak suka komentar nggak?

Iriana: Ya sering, bajunya juga. Banyak yang nggak terlalu ribet.

Jokowi: Ya kalo misalnya bajunya ngejreng atau terlalu mewah, ya biasanya saya beritahu. Kok kelihatannya mewah sekali sih? Berapa tuh harganya?

Nah kalo ditanya begitu, Ibu langsung berganti pakaian ya?

Iriana: Iya ganti.

Kalo baju Bapak, selain warna putih, adalagi nggak?

Iriana: Ya putih, putih aja.

Dalam wawancara sebelumnya, Bapak bilang ada kesamaan antara olahraga dan politik. Olahraga perlu pemanasan, politik juga perlu pemanasan. Bapak masih meyakini itu sama nggak Pak?

Jokowi: Ya sama, iya sama. Ya jadi kalo olahraga kan sebelum panas biar panas, biar siap waktu kejar-kejaran. Ya memang seperti itu, sama.

Jadi sekarang Bapak sedang pemanasan?

Jokowi: Ya ndak, sekarang sudah kejar-kejaran.. Hahaha...

Kejar-kejaran sudah terjadi. Nah kalo Ibu sendiri kalo dengan aktivitas Bapak sekarang, Bapak bilang kan bukan pemanasan lagi tapi sudah kejar-kejaran, Ibu lebih mengfungsikan diri seperti apa? Seperti sahabat, teman cerita, atau membiarkan Bapak dengan aktivitasnya tanpa mencampuri sama sekali?

Iriana: Ya kalo itu sudah tugas dan tanggung jawab saya sebagai istri. Ya tetap mengingatkan yang mungkin terlalu berlebihan atau apa.

Dan ibu bisa merasakan itu? Insting Ibu?

Iriana: Iya. Kalo berlebihan saya sampaikan. Saya sering lihat TV, kalo ada bicaranya yang berlebihan atau kurang pas, nanti saya sampaikan gitu.

Kalo yang nggak pas itu gimana menurut Ibu? Apa Bapak yang terlalu berlebihan atau terlalu banyak diem?

Iriana: Ya kadang-kadang kalo sudah cape kan ngomongnya jadi begitu. Kan dari ekspresi muka juga keliatan. Diingatkan itu.

Nah Ibu sendiri gimana kalo ada orang ngomong, ko Pak Jokowi kalo ngomong itu-itu aja, nanti ada yang bilang sebenarnya Pak Jokowi siap nggak sih buat maju, ngomongnya sederhana, itu-itu aja? Apa kalo di rumah juga begitu?

Iriana: Ya kalo pertanyaannya itu-itu aja, ya jawabnya juga itu-itu aja.

Jadi yang salah yang nanya ya Bu?

Iriana: Haha... iya, nanyanya yang lain.

Mbak Ayang dengan kakak dan adik, selain dengan Bapak dan Ibu, ada komunikasi nggak terkait dengan yang Bapak lakukan. Kaya misalnya aduh Bapak tuh kayanya kecapean, harus jalan bareng atau nonton bareng gitu? Merencakan itu nggak dalam waktu dekat?

Ayang: Kalo nonton sering, jalan bareng keluarga sering.

Kalo nonton yang terakhir apa? Yang bareng sama Bapak?

Jokowi: Comic 8.

Ayang: Iya Comic 8.

Iriana: Oh iya sekarang ada apa tuh, marmut merah jambu ya? Rencananya mau saya ajak nonton itu, tapi kapan, ndak tau.

Oh iya, yang filmnya Raditya Dika.

Jokowi: Iya saya suka, yang lucu. Yang lucu dulu apa itu? Salmon apa itu? Cinta Salmon?

Ayang: Iya salmon, apa itu cinta setengah salmon ya?

Oh iya, cinta setengah salmon. Jadi Bapak udah nonton itu? Bapak suka itu?

Jokowi: Iya suka. Kita bareng-bareng, nontonnya malam.

Iriana: Kalo ada film bagus, saya kasih tahu Bapak, kalo senggang ya nonton bareng.

Jokowi: Iya, kan malem nontonnya, nggak ada yang tahu juga masyarakat, nontonnya di mana.

Kalo Bapak ini nonton, menurut Mbak Ayang, Bapak sukanya nonton apa?

Ayang: Yang penting nggak horor, komedi.

Jokowi: Iya dong, yang lucu aja. Masa kita pulang nonton horor, pulang-pulang jadi takut gitu.

Oh yang lucu, kalo film action?

Jokowi: Suka juga, tapi yang sering yang lucu-lucu.

Oh, tapi film Indonesia Pak?

Jokowi, Iriana, Ayang: Iya, Film Indonesia.

Kalo Mbak Ayang, politik nggak mau, yang usaha Bapak juga nggak mau, yang lebih terbayang kalo di antara pilihan-pilihan, ingin berkarir apa?

Ayang: Ya pengennya buka usaha sendiri.

Di bidang apa? Adakah terbayang?

Ayang: Ya lihat-lihat.

Jokowi: Iya baru lihat-lihat, masih lihat-lihat.

Kan kalo dilihat, kakak yang pertama kan juga ditempa, ibaratnya difasilitasnya sedikit, dikasih modalnya dikit, cuma sebidang tanah ya Pak? Dan dari situ bisa berkembang usahanya. Nah Mbak Ayang udah siap kalo perlakuannya sama? Pokoknya kalo mau usaha ya harus mulai dari nol sendiri?

Ayang: Ya harus siap, tapi nanti minta perlakuan khusus aja.

Karena anak perempuan ya?

Ayang: Hahahaaa...

Jokowi: Siap, tapi kok minta perlakuan khusus? Gimana sih? Hahaha...

Perlakuan khususnya apa Mba?

Jokowi: Minta modal? Hahaha...

Oh, hahaha... karena tahu ya kakak yang pertama nggak dikasih modal, jadi perlakuan khususnya minta dikasih modal ya?

Ayang: Iya, hahaha...

Kalo untuk peluang usaha, lebih pengen di mana? Di Jakarta-kah atau di Solo?

Ayang: Di Solo.

Jokowi: Iya, lebih banyak di Solo.

Jadi anak-anak keliatannya memang pengen di Solo ya? Yang kecil kan memang masih di Singapura, yang pertama dari Singapura kembali ke Solo, atau yang menurut Mbak Ayang apa yang ada di Solo nggak ada di tempat lain atau yang Solo banget?

Ayang: Apa ya? Makanannya, kulinernya tuh Solo banget, murah-murah.

Yang paling suka apa sih Mbak Ayang? Kalo jajanannya, kulinernya?

Ayang: Suka semua.

Nggak ada favorit satu?

Ayang: Nggak, suka semua.

Nah kalo itu kan soal kebiasaan, nonton, hobi. Ini soal hubungan dengan Tuhan. Bapak kan waktu itu umroh karena pada saat itu masa Pilgub DKI ya, dan memang ada yang menyatakan kalo Bapak bukan beragama Islam gitu Pak. Dengan segala informasi yang kemudian dikemas, pada saat Bapak umroh, kembali ke masa itu, Bapak sudah berdoa, misalnya memanjatkan kalau memang yang terbaik lebih jauh lagi Bapak ke Jakarta? Sempat terbayang nggak sama Bapak?

Jokowi: Enggak, enggak, kita kan umroh juga nggak sekali dua kali. Kalo Haji tahun 2001, udah lama sekali. Enggak, saya nggak pernah, yang biasanya saya memohon ke Allah ya minta kesehatan untuk anak, istri, orangtua, masa depan anak. Kalo yang berkaitan dengan pemerintahan agar rakyat diberikan kemajuan-kemajuan.

Kalo doa khusus dari Ibu untuk Bapak?

Iriana: Ya diberi kesehatan.

Jokowi: Ya paling penting kesehatan, betul itu.

Kalo Mbak Ayang, untuk Bapak khususnya?

Ayang: Sama, biar diberikan kesehatan. Kalo berdoa biar cepat gemuk kayanya nggak.

Ya Bapak jadi memang cukupnya segini badannya. Jangan-jangan Mbak Ayang bukannya diminta kaya tapi diminta nikah gimana Mba? Bapak udah pengen punya cucu Pak?

Jokowi: Enggak, terserah anak-anak saja.

Jadi nggak ada permintaan khusus Pak?

Jokowi: Ndak, ndak ada.

Iriana: Ndak, terserah Yang Di Atas aja.

Jokowi: Ndak usah dikejar-kejar.

Terima kasih banyak Pak Jokowi, Ibu Iriana, Mbak Ayang sudah mengajak kita untuk ngobrol. Karena ini adalah kesempatan yang kian langka. Selama ini, orang melihatnya hanya Pak Jokowi-nya saja, keluarga menutup diri. Tapi memang tidak munculkan diri karena memang pilihan dan untuk kerjaan.

Sekali lagi terima kasih. Selamat bersiap-siap untuk menjelang Pilpres nanti untuk Ibu dan Anak-anak. Terima kasih.

Jokowi: Terima kasih.

(Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini