Sukses

Laut China Selatan Memanas, China-Vietnam Berisiko Perang

China dan Vietnam, yang sempat berperang di perbatasan pada 1979, terlibat dalam sengketa perairan dan konflik diplomatik Laut China Selatan

Liputan6.com, Beijing - Sengketa wilayah Laut China Selatan antara China dan Vietnam berbuntut panjang. Sekitar 20 orang tewas dalam aksi pembakaran dan penjarahan perusahaan dan pabrik asing oleh warga Vietnam pada Rabu 14 Mei, menyusul insiden penabrakan kapal Vietnam oleh kapal China.

Terkait aksi pembakaran, China mengirimkan tim yang dipimpin Asisten Menteri Luar Negeri Liu Jianchao ke Vietnam untuk menginvestigasi penyerangan tersebut. Wakil Menteri Vietnam bidang keamanan publik Dang Van Hieu pun berjanji akan menjaga keamanan warga China di negaranya.

"Vietnam akan mengambil tindakan tegas untuk memobilisasi semua kekuatan demi memberikan perlindungan dari perusahaan China dan personel," ujar Dang, seperti  dimuat Xinhua, Sabtu (17/5/2014).

Namun teriakan protes saling diluncurkan sejumlah kalangan di kedua negara. Media milik pemerintah China Global Times, dalam editorialnya menuliskan, banyak pihak yang yakin bahwa perang bisa saja terjadi, meski China sebenarnya berniat berdamai.

"Konflik Laut China Selatan memang harus diselesaikan secara damai, tapi tidak berarti China tinggal diam begitu saja dalam menghadapi provokasi dari Vietnam dan Filipina," tulis Global Times.

Senin 12 Mei, ribuan warga Vietnam turun ke jalan dan memenuhi Hanoi untuk memprotes aksi China di wilayah sengketa. Mahasiswa dan veteran perang berkumpul bersama meneriakkan kecaman ke Beijing.

"Ini demonstrasi anti-China terbesar di Hanoi," ujar seorang veteran perang, Dang Quang Thang, seperti dimuat BBC.

"Kesabaran kami ada batasnya. Kami di sini untuk mengekspresikan kedaulatan rakyat Vietnam untuk mempertahankan wilayah. Kami siap mati untuk melindungi bangsa," imbuh dia.

China dan Vietnam, yang sempat berperang di perbatasan pada 1979, terlibat dalam sengketa perairan dan konflik diplomatik menyangkut eksplorasi minyak, hak penangkapan ikan, dan kepulauan-kepulauan Spratly dan Paracel.

China mengklaim hak kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan yang diperkirakan memiliki cadangan-cadangan besar minyak dan gas. Filipina dan Vietnam juga mengklaim laut tersebut sebagai wilayah kedaulatan mereka. Laut China Selatan juga diklaim sebagian negara ASEAN seperti Brunei Darussalam, Malaysia, dan Filipina.

Hubungan Vietnam dan China sebelumnya sempat beberapa kali dirundung ketegangan. Akar perselisihan sudah muncul dalam Perang Vietnam. Pada 1954-1975: Komunis China mendukung Vietnam Utara selama Perang Vienam

Pada 1974, China dan Vietnam Selatan terlibat dalam perang berdarah atas Kepulauan Paracel. China merebut pulau yang dikuasai Vietnam itu. Pada 1975, perang Vietnam berakhir, hubungan Vietnam-China memburuk gara-gara keterkaitan Hanoi dengan Rusia, sementara Beijing mendukung Khmer Merah.

Pada 1979, China dan Vietnam berebut perbatasan, ribuan serdadu tewas. Pada 1988, kedua negara itu memperebutkan Kepulauan Spratly. Sekitar 60 pelaut Vietnam tewas

Pad 1991, hubungan China-Vietnam dinormalisasi, hubungan perdagangan ditingkatkan. Pada 2011, ketegangan meningkat terkait eksplorasi Beijing di Laut China Selatan. (Mvi)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.
    Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.

    China

  • Vietnam adalah negara di Asia Tenggara yang pernah menang dari jajahan Amerika pada April 1975
    Vietnam adalah negara di Asia Tenggara yang pernah menang dari jajahan Amerika pada April 1975

    vietnam