Sukses

Kisah Korban Selamat Boko Haram: Pura-pura Mati...

Serangan 3 tahun silam itu tak akan hilang dari ingatan Nzeribe. Sebab meninggalkan bekas luka pada wajah, leher dan lengannya.

Liputan6.com, Abuja - Aksi penyerangan yang dilakukan kelompok Boko Haram sudah banyak menelan korban jiwa sejak berulah pada 2009 silam. Hanya sedikit yang berhasil selamat dari kekejaman mereka.

Pada penyerangan di sebuah gereja di Nigeria tahun 2012 lalu, satu-satunya yang selamat adalah Ikenna Nzeribe. Pria berusa 33 tahun itu kini bisa bisa melihat masa depan karena memalsukan kematiannya alias berpura-pura mati.

Namun serangan 3 tahun silam itu tak akan hilang dari ingatan Nzeribe. Sebab meninggalkan bekas luka pada bagian wajah, leher dan lengannya.

Nzeribe menuturkan, ketika serangan di gereja yang hanya 60 mil atau sekitar 96,5 kilometer dari tempat para militan menculik lebih dari 200 anak perempuan, letusan peluru di udara pun memecah kekhusyukan ibadah di dalam gereja.

Terdengar pula suara teriakan `Allahu Akbar`. Lalu Nzeribe dan jemaah pun berlindung di lantai. Sambil berpikir bahwa kelompok yang menewaskan 3 penganut Kristen sebelumnya, kini mendatangi mereka.

Tak berapa lama, orang-orang bersenjata dan bertopeng itu menembak 13 jemaah di bagian kepala. Mereka pun tewas seketika. Saat tiba giliran Nzeribe, ia pun hanya bisa pasrah.

"Segera setelah saya melihat orang itu (orang bersenjata), aku tahu itu adalah akhir kehidupanku," ucap Nzeribe. " Satu-satunya hal yang saya bisa lakukan adalah mengucapkan doa terakhir".

Lalu Nzeribe pun turut menjadi korban penembakan. Pria yang berprofesi sebagai bankir sebuah bank berparas tampan itu ditembak di bagian wajah, menggunakan senapan serbu jenis AK-47. Bagian rahang, bibir dan lidahnya pun terluka cukup parah.

Tapi, ketika itu Nzeribe belum mati. Ia masih sadarkan diri. Namun memilih pura-pura mati, meski darah mengalir deras dari luka di wajahnya. "Sampai aksi mereka selesai," kata dia.

"Saya akan mati perlahan-lahan. Tapi Tuhan membawa kembali kehidupanku," jelas Nzeribe saat diwawancara CNN seperti dikutip Liputan6.com, Rabu (14/5/2014).

Tak lama setelah ia berpura-pura mati, tim penyelamat datang dan segera membawanya ke rumah sakit di Mubi, daerah pinggiran kota di timur laut Nigeria. Dia kemudian diterbangkan ke London, Inggris, di mana ahli bedah merekonstruksi wajahnya.

Nzeribe ingat ketika ia melihat cermin untuk pertama kalinya pasca-operasi. "Apa yang aku lihat adalah orang yang sangat berbeda," kata Nzeribe sedih sambil menggelengkan kepalanya. Lalu ia berhenti berbicara dan menyeka air mata, berusaha menenangkan diri.

Sebuah bekas luka zigzag sampai dagu dan bibir atasnya diperoleh Nzeribe. Mulutnya bahkan lebih rusak, tapi setidaknya dia bisa bicara dalam nada lembut. Dan dia bisa tertawa besar, meskipun ia tidak bisa tersenyum.

Untuk mendapati kondisinya seperti sekarang, ia harus menjalani serangkaian operasi. Kini ia telah pulih dan berada di Houston, Amerika Serikat, di mana ia menerima pengobatan dan tinggal bersama istri dan bayinya, bergabung dengan komunitas imigran Nigeria.

"Kami sudah datang dari jauh," kata Nzeribe yang wajahnya sudah direkonstruksi wajahnya menjadi lebih muda. "Ini memberi saya rasa percaya diri. Memberikan saya harapan," tutur dia.

Kisah Nzeribe kini telah banyak dipublikasikan, terutama oleh media-media keagamaan. "Saya telah mengampuni orang-orang bersenjata dari Boko Haram, yang juga menculik siswi-siswi Nigeria yang telah membuat marah masyarakat internasional," ucapnya.

"Hal pertama yang saya lakukan adalah memaafkan mereka," kata Nzeribe.

Tapi Nzeribe tidak naif. Dia memperingatkan dunia tentang bagaimana Boko Haram dan pemimpinnya Abubakar Shekau, melakukan kekejaman dengan impunitas.

"Segala sesuatu yang ia katakan ia akan lakukan, dia benar-benar melakukannya," kata Nzeribe. "Ini memberi mereka rasa puas dan membuat mereka ingin berbuat lebih banyak lagi.

"Sama seperti Al-Qaeda, mereka sangat-sangat merusak," tambah dia.

Meski tak di Nigeria, Nzeribe pun mendoakan agar para penculik lebih dari 200 anak perempuan di Nigeria itu mau membebaskan mereka.(Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.