Sukses

Kasus Kedua MERS Ditemukan di Amerika Serikat

Dengan semakin meningkatnya kegiatan penerbangan antar negara, semakin tinggi pula risiko penyebaran penyakit melalui orang yang bepergian.

Liputan6.com, Orlando (Florida) Penyakit gangguan pernapasan Timur Tengah (MERS) telah merebak ke seluruh penjuru dunia. Dengan semakin meningkatnya kegiatan penerbangan antar negara, semakin tinggi pula risiko penyebaran penyakit melalui orang yang bepergian dari satu wilayah penularan ke wilayah lain menggunakan penerbangan.

MERS bahkan menyebar hingga Amerika Serikat (AS), sudah ada dua kasus, demikian dilansir dari Aol.com, 12 Mei 2014. 

Kasus terkini itu bukan melibatkan warga negara Amerika, melainkan seorang pria pemukim Saudi Arabia yang sedang mengunjungi Florida dan sekarang berada di rumah sakit di Orlando.

Korban mendapat diagnosa penyakit MERS (Middle East Respiratory Syndrome) di hari Minggu lalu. Penyakit pernafasan itu dimulai dengan demam dan batuk seperti flu biasa namun menjurus kepada nafas tersengal-sengal, sakit paru-paru dan kematian.

Untungnya kasus-kasus di AS bukan termasuk yang parah. Dalam kasus pertama, seorang pria di negara bagian Indiana telah keluar dari rumah sakit di akhir pekan lalu. Pasien kedua sedang dalam pemulihan, demikian kutipan dari para pejabat rumah sakit. Dua kasus itu tidak saling berkaitan.

“Risiko kepada khalayak masih sangat rendah,” kata Dr. Anne Schuchat dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Kebanyakan kasus terjadi di Saudi Arabia atau tempat-tempat lain di Timur Tengah, namun kasus pertama di AS didiagnosa di pertengahan bulan lalu pada seorang pria yang bepergian dari Saudi Arabia ke negara bagian Indiana.

Pria tersebut adalah warga negara AS yang pernah bekerja sebagai pekerja kesehatan di sebuah rumah sakit di ibukota Saudi Arabia dan mengambil penerbangan ke AS pada tanggal 24 April.

Penerbangan dimulai dari Riyadh, berhenti di London, dan mendarat di Chicago. Pria itu kemudian menaiki bus ke Munster, Indiana di mana ia kemudian jatuh sakit dan pergi ke rumah sakit pada tanggal 28 April.

Pria itu pulih dan keluar dari rumah sakit di Munster pada hari Jumat. Uji kesehatan terhadap orang-orang di sekitar korban memberikan hasil nihil, demikan kata para pejabat kesehatan.

Para pejabat kesehatan sekarang harus melacak orang-orang yang bepergian bersama pria yang terlibat dalam kasus terakhir, dan sekarang lebih banyak tantangannya karena lebih banyak penerbangan yang terlibat.

Pasien kedua juga seorang petugas kesehatan di tempat penanganan kasus-kasus MERS, kata CDC. Ia bepergian tanggal 1 Mei dari Jeddah di Saudi Arabia, kemudian ke London, lalu Boston (AS), ke Atlanta (AS) dan akhirnya ke Orlando (AS). Ia masuk ke rumah sakit pada tanggal 8 Mei dan dirawat di ruang isolasi.

Penerbangan pertama adalah Saudi Airlines 113 dari London, demikian menurut pengumuman Dinas Kesehatan Inggris. Pemerintah AS tidak menyebutkan informasi penerbangan lainnya saat itu.

Para pejabat kesehatan tidak segera mengumumkan perincian tambahan tentang perjalanan pria ini ataupun kegiatannya selama sepekan di Florida, dan hanya mengatakan bahwa ia tidak pergi ke taman hiburan apapun dan tetap berada di sekitar Orlando untuk menemui keluarganya.

Pria ini berada di Rumah Sakit Dr. P. Phillips di Orlando. Ia tiba di sana dengan gejala yang cukup ringan, dalam keadaan stabil dan segar bugar, namun belum ada jadwal pengeluarannya dari rumah sakit, kata Dain Weister, jurubicara untuk departemen kesehatan negara bagian Florida.

Sejak dari awal perjalanan, pria itu menderita demam, menggigil, dan batuk ringan. Tapi tidak berarti ia telah menulari siapapun. Para ahli memperkirakan MERS akan sangat menular ketika penderita sakit parah, dengan gejala seperti radang paru dan kesulitan bernafas, kata Schuchat.

Namun demikian, para pejabat kesehatan mencoba menghubungi sekitar 500 orang yang berada dalam tiga penerbangan di dalam AS untuk memberitahu mereka tentang keadaan ini dan waspada dengan gejala-gejala. Para penumpang dari Jeddah ke London juga akan dihubungi, demikan ujar para pejabat CDC.

Risiko Kematian

MERS termasuk dalam keluarga coronavirus yang mencakup flu biasa dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang menyebabkan 800 kematian di seluruh dunia di tahun 2003.

Virus MERS telah ditemukan pada onta, namun para pejabat tidak mengetahui bagaimana cara penularannya ke manusia. Penyakit ini juga dapat menular antar manusia, walaupun ini dapat terjadi hanya setelah adanya kontak jarak dekat. Tidak semua yang terpapar virus akan jatuh sakit.

Gawatnya, penyakit ini mematikan—ada beberapa perkiraan yang menyebutkan bahwa penyakit ini telah membawa kematian kepada sepertiga korbannya. Angka taksiran ini menurun setelah para pejabat kesehatan mulai mendiagnosa lebih banyak lagi kasus namun tidak terlalu parah.

Untungnya, penyakit ini tidak menular secepat flu, campak, atau beberapa penyakit lainnya. Belum ada vaksin atau pengobatan untuk penyakit ini dan tidak ada perawatan tertentu kecuali upaya pengurangan gejalanya.

Secara keseluruhan telah ada 538 orang yang dilaporkan sakit pernafasan, termasuk 145 korban tewas. Sejauh ini, semua korban memiliki kaitan dengan kawasan Timur Tengah atau orang yang pernah bepergian ke sana. Sebanyak seperlima kasus terjadi pada para pekerja kesehatan, kata Schuchat. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini