Sukses

Warga Lereng Slamet Ikuti Sosialisasi Jalur Evakuasi

Ini sebagai upaya mitigasi bencana erupsi Gunung Slamet yang berstatus Siaga.

Liputan6.com, Banyumas - Gunung Slamet berstatus Siaga atau Level III sejak 30 April lalu. Pemerintah Kabupaten Banyumas pun menggencarkan sosialisasi jalur evakuasi kepada ratusan warga di zona rawan terdampak erupsi gunung tertinggi di Jawa Tengah.

"Sosialisasi ini diberikan kepada warga dengan tujuan untuk menciptakan masyarakat tanggap bencana. Terutama warga yang hidup dan tinggal di lereng Gunung Slamet yang kini masih aktif dan berstatus Siaga," ujar Didi Rudwianto selaku Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat (Asekbang Kesra) Kabupaten Banyumas di Balai Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Banyumas, Selasa (6/5/2014).

Sementara Sigit Widiadi, Kepala Bidang Geologi Sumber Daya Mineral dan Air Tanah Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Banyumas memberikan penjelasan kondisi terkini Gunung Slamet. Berdasarkan hasil pengamatan maupun sejumlah penelitian terdahulu, karakter erupsi Gunung Slamet cenderung eksplosif lemah.

Menurut Sigit, merujuk pengalaman yang pernah terekam, Gunung Slamet yang mencakup 5 kabupaten, yakni Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, dalam sejarah letusannya memang belum pernah menunjukkan erupsi eksplosif kuat.

Demikian juga berdasarkan bentuknya, Sigit menjelaskan gunung dengan ketinggian 3.432 meter dari permukaan laut (mdpl) ini merupakan gunung dengan tipe stratovolcano. Hingga 1988, Gunung Slamet mengalami erupsi di status Waspada dengan hasil letusan abu dan leleran atau kubah lava.

"Tahun 2009 lalu, status Gunung Slamet juga pernah ditingkatkan menjadi Siaga. Sekarang tahun 2014 ini, Gunung Slamet kembali berstatus Siaga dan erupsinya tidak jauh berbeda," papar Sigit.

Dari beberapa kondisi letusan yang pernah dicatat, secara keseluruhan erupsi Gunung Slamet disimpulkan memiliki karakter cenderung eksplosif lemah dan efusif, yaitu leleran lava yang disertai letusan abu dan scoria atau tipe stromboli.

"Dapur magma Gunung Slamet itu dangkal, tidak lebih dari 5 kilometer atau kurang dari 10 kilometer. Tekanan gasnya juga rendah. Embusan solfatara yang mengeluarkan uap dan gas intensitasnya sedang-tinggi," kata Sigit di hadapan warga Limpakuwus.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, Prasetyo Budi Widodo, berharap setelah mendapatkan pengetahuan secara ilmiah dari ahlinya, warga di lereng Gunung Slamet bisa lebih tenang. Sebab, sudah tahu kondisi sesungguhnya dan tidak mudah percaya dengan isu yang menyesatkan.

"Dengan status Siaga ini warga diharapkan tidak panik dan tetap beraktivitas seperti biasa. Tetapi, sewaktu-waktu warga juga harus siap jika ada rekomendasi dari pos pengamatan untuk mengungsi. Karena itulah, kita sosialisasikan segala sesuatu terkait erupsi Gunung Slamet, termasuk jalur evakuasinya," ujar Prasetyo. (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.