Sukses

Sama-sama Eksplosif, Slamet Beda dengan Merapi dan Kelud

Perbedaan Gunung Slamet dengan Merapi dan Kelud terletak pada sifat letusannya. Lontaran lava pijar Slamet hanya jatuh di sekitar kawah.

Liputan6.com, Pemalang - Letusan Gunung Slamet di Jawa Tengah masuk ke dalam tipe strombolian dengan daya eksplosif, tidak berbeda dengan Gunung Merapi dan Kelud. Kendati demikian, meski sama-sama berjenis stratovolkano (berbentuk kerucut), Gunung Slamet punya perbedaan dengan kedua gunung itu.

"(Slamet) Beda dengan Merapi dan Kelud," kata Pengawas Gunung Api Wilayah Jawa Timur-Jawa Tengah Badan Geologi Kementerian ESDM, Umar Rosadi, di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Gambuhan, Pemalang, Jawa Tengah, Selasa (6/5/2014).

Umar menjelaskan, perbedaan Slamet dengan Merapi dan Kelud terletak pada sifat letusannya. Yakni lontaran lava pijarnya hanya jatuh di sekitaran kawah.

Dengan karakter strombolian, etusannya akan melontarkan lava pijar dan materi vulkanik lain ke udara. Sehingga risiko terbesar adalah munculnya awan panas, hujan material, sampai pada bom vulkanik.

Namun, kata Umar, khusus untuk Gunung Slamet, lontaran lava pijar dan material vulkaniknya hanya jatuh di sekitaran kawah. Itu yang membuat Slamet berbeda dengan Merapi dan Kelud.

"Strombolian, lontaran lava pijar dan material vulkaniknya kaya kembang api. Artinya jatuhnya hanya di sekitar kawah Paling jauh itu kemarin terdeteksi hanya 1,5 kilometer," ujar Umar.

Karena itu, meski status Gunung Slamet naik menjadi Siaga atau Level III, warga sekitar masih tetap beraktivitas seperti biasa. Di Dukuh Sawangan, Tegal, Jawa Tengah, misalnya, warga tetap melakukan kegiatan sehari-hari seperti bertani dan berkebun.

"Tetap, tetap kerja di sini," kata warga bernama Dasim (38), saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin kemarin.

Dasim menuturkan, kedua anaknya juga tetap bersekolah dan belajar seperti biasa. Meski suara gemuruh disertai asap masih sering terjadi di puncak Slamet, yang hanya berjarak 4 kilometer dari Dukuh.

"Anak pertama Kelas VII di SMAN Cirampung dan anak kedua Kelas 5 di SDN Sawangan. Nggak jauh dari sini sekolahnya," kata Dasim.

Dasim juga mengaku tidak terganggu dengan suara gemuruh atau getaran dari Slamet. "Suara gemuruh sering banget, sampai terasa getarannya di sini. Kemarin-kemarin lava pijarnya kelihatan jelas. Apalagi kalau malam, jelas banget di sini," kata Dasim. (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini