Sukses

Merapi, Kisah Salah Satu Gunung Teraktif di Dunia

Sejak 1548, gunung ini telah meletus 68 kali. Letusan Merapi terdahsyat dipercaya terjadi pada 2010.

Liputan6.com, Jakarta - Status Merapi kembali naik menjadi Waspada. Data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan, pada 20-29 April 2014, ada gempa guguran sebanyak 37 kali, multifase 13 kali, hembusan 4 kali, tektonik 24 kali, dan gempa low frequency 29 kali.

Merapi memang aktif secara vulkanis. Bahkan, menjadi salah satu gunung berapi paling aktif di dunia. Celakanya, gunung ini dikelilingi kawasan padat penduduk.

Magelang dan Yogyakarta adalah 2 kota besar terdekat, berjarak 30 km dari puncaknya. Di lereng Merapi, masih terdapat permukiman sampai ketinggian 1.700 meter atau hanya berjarak 4 kilometer dari kawah.

Terkait fakta-fakta itu, Merapi tercakup dalam proyek Decade Volcanoes. Yaitu, sebutan yang diberikan Asosiasi Internasional Vulkanologi dan Kimia Interior Bumi untuk 16 gunung berapi yang dianggap bernilai untuk diteliti berdasarkan pertimbangan sejarah erupsi berskala besar dan merusak, serta lokasinya yang dekat permukiman penduduk.

Sejak 1548, gunung ini telah meletus 68 kali. Letusan Merapi terdahsyat dipercaya terjadi pada 2010. Sejak 25 Oktober 2010 pagi, status Merapi menjadi Awas. Semua penduduk dalam radius 10 km dari puncak mesti dievakuasi.

Erupsi pertama terjadi 26 Oktober sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi 3 kali letusan yang menyemburkan material vulkanik sejauh kurang-lebih 1,5 km, diiringi keluarnya awan panas. 43 orang tewas di beberapa desa di Kecamatan Umbulharjo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Letusan pada 2010 diyakini lebih dahsyat dibanding letusan pada 1872. Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan indeks letusan adalah material vulkanik yang dilontarkan. Pada letusan 1872, jumlah material vulkanik yang dilontarkan Merapi mencapai 100 juta meter kubik. Sementara, jumlah material vulkanik yang dimuntahkan erupsi 2010 diperkirakan 150 juta meter kubik.

Total jumlah korban meninggal dalam erupsi Merapi 2010 mencapai 277 orang --baik yang menjadi korban langsung atau pun tidak langsung.

Merapi kembali meletus pada Senin 18 November 2013 pagi. Muncul asap tebal dan abu vulkanik setinggi 2.000 meter. Meski erupsi, Merapi berstatus normal aktif atau Level I. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa. Namun, ribuan warga harus kembali mengungsi.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, letusan Merapi itu dipicu gempa tektonik lokal di bawah Merapi. "Sebelumnya tidak ada peningkatan aktivitas Gunung Merapi. Tipe letusannya adalah letusan freatik," ujar  Sutopo.

Ada fakta menarik yang dikemukakan pakar geologi Rovicky Dwi Putrohari. "Gunung Merapi memang bukan tipe Gunung yang meletus DUER!!! Bukan tipe gunung api yang galak. Sepertinya Gunung Merapi ini seperti orang Jawa yang lemah gemulai," tulis Rovicky di blognya, rovicky.wordpress.com.

Bahaya utama dari Merapi bukanlah batu-batuan, melainkan awan panas yang dapat menjangkau 6-7 km. Ancaman Merapi juga muncul saat musim hujan.

Pada saat musim hujan sering terjadi aliran lahar berupa pasir serta batu-batuan bercampur air hujan. "Aliran lahar ini yang dulu diduga sebagai penimbun beberapa candi," jelas Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia itu. (Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini