Sukses

Tragedi Sewol, Rakyat Korsel: Gadis Cantik Ini Pahlawan

Park Jee Young meninggal saat berusaha menyelamatkan para penumpang Kapal Sewol. Sikap heroik dan hatinya yang mulia dipuji rakyat Korsel.

Liputan6.com, Incheon - Park Jee Young mati muda di usia 22 tahun. Sebagai pahlawan. Nyawa gadis cantik itu melayang setelah membantu para penumpang melarikan diri dari Kapal Sewol yang karam dan terbaring miring 45 derajat pada Rabu 16 April 2014. Dengan cekatan, ia membagi-bagikan jaket pelampung pada para siswa yang dilanda panik, satu demi satu, hingga tak tersisa untuk dirinya sendiri.

Saat ditanya, mengapa ia tak memakai jaket, Park mengatakan, adalah tugasnya sebagai awak kapal untuk mengutamakan keselamatan para penumpang. Padahal, perempuan itu 'hanya' pegawai kafetaria, tapi rasa tanggung jawabnya melebihi kapten kapal dan awak lain yang justru ngacir duluan.

Park kini terbaring kaku di rumah pemakaman di Incheon.

Suatu ketika, seorang pria dengan luka di kepalanya masuk ke ruangan duka. Saat ditanya oleh keluarga Park, pria tersebut mengaku, ia terluka dalam musibah kecelakaan feri Sewol. Dan ia berutang budi pada perempuan muda itu, yang menaruh handuk di kepalanya yang berlumuran darah, lalu menolongnya saat air mulai naik.

"Dia begitu bertanggung jawab, anak yang baik," kata nenek Park, Jung Jee Kwon, seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Selasa (22/4/2014). Sang nenek tak mampu berdiri, terduduk di lantai, beban duka terlalu berat bagi jiwanya. Anggota keluarga lain ikut bersimpuh di dekatnya, mereka berpegangan tangan dan menangis bersama.

Bunga krisan putih dan lili, yang mewakili rasa duka, mengalir dari orang-orang tak dikenal yang bersimpati atas keberanian gadis ini. Hingga memenuhi lorong menuju ruang pemakaman. "Kami tak akan melupakan jiwa muliamu", demikian salah satu pesan yang ditulis. "Kami akan selalu mengenang pengorbananmu, pahlawan," tulis yang lain.

Sebuah petisi online dibuat, mendesak agar pemerintah memberikan penghargaan bagi mendiang Park Jee Young. Mengakuinya sebagai pahlawan.

Kerabat Park mengatakan, gadis muda itu sebenarnya ingin melanjutkan kuliah. Namun, ia merasa bertanggung jawab membantu keluarganya setelah sang ayah meninggal dunia 2 tahun lalu. Keputusan sulit pun diambil, ia berhenti kuliah dan bekerja di perusahaan angkutan laut pada 2012. Ia kemudian ditugaskan ke kapal yang lebih besar -- Sewol-- enam bulan lalu karena dianggap berprestasi.

Kejadian tenggelamnya Kapal Sewol menunjukkan kualitas pribadi Park yang luar biasa. Ia tak seperti kapten kapal dan kru lainnya yang kini menghadapi dakwaan kriminal atas tindakan mereka yang diduga tak bertanggung jawab.

"Sangat tak adil, Jee Young kami harus tewas sementara sang kapten melarikan diri," kata seorang tante Park yang tak mau disebut namanya.

Aku Tak Bisa Bicara Sekarang...

Fakta membuktikan, tak semua awak Sewol mengabaikan para penumpangnya. Saat air mulai masuk dalam feri, chief officer Yang Dae-hong (44) menelepon istrinya untuk kali terakhir.

"Kapal miring sekarang," kata Yang pada sang istri, Ahn So-hyun, 90 menit sebelum kapal tenggelam seperti Liputan6.com kutip dari Independent. "Pakai uang yang ada di rekening untuk bayar sekolah anak-anak."

Istrinya yang bingung sontak panik. "Apa yang sedang terjadi," desaknya.

Yang menjawab, "Aku tak bisa bicara banyak sekarang, aku harus keluar dan membantu anak-anak." Itu kata-kata terakhirnya.

Kepahlawanan juga ditunjukkan seorang guru, Nam Yun-cheol (36), yang meninggal saat berusaha membantu murid-muridnya. Saat kapal mulai tenggelam, ia justru berlari turun ke dek bawah untuk menyelamatkan para murid dan melemparkan jaket pelampung.

"Itu kali terakhir aku melihatnya hidup," kata seorang murid. Jasad Pak Guru berhati mulia itu ditemukan Kamis lalu. (Yus Ariyanto)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini