Sukses

Diamankan Pemerintah, Kapten Kapal Sewol Diduga `Lepas Tangan`

Liputan6.com, Seoul - Kapten Kapal Sewol yang terbalik dan kandas di perairan Korea Selatan pada Rabu 16 April 2014, kini ditahan. Ia menjadi bulan-bulanan publik, setelah diketahui bersama 6 awak kapal lainnya menjadi yang pertama diselamatkan ketika bahtera itu tenggelam.

Dilansir dari Korea Times, Jumat (18/4/2014), Kapten Lee Joon - seok bersama dengan chief engineer bermarga Sohn dan beberapa kru lainnya berhasil menyelamatkan diri dari kapal seberat 6.835 ton itu sekitar pukul 9.30 pagi. Sekitar 40 menit setelah feri dilaporkan menghantam karang dan karam.

Sejumlah korban mengatakan kepada wartawan bahwa mereka menyaksikan kapten menunggu di dek untuk diselamatkan. Mereka juga mengatakan bahwa Lee adalah di antara yang pertama melompat ke dalam kapal penyelamat.

"Aku tidak bisa melihat apapun ketika awak kapal itu akan turun. Penumpang dewasa di sekitarku mengatakan kepadaku untuk memakai jaket penyelamat," kata seorang korban yang merupakan murid Danwon High School kepada media Korea, SBS.

Sekitar 30 awak kapal memang sempat diselamatkan termasuk kapten, kecuali Park Ji -young. Awak kapal cantik itu ditemukan tewas. Park menunjukkan profesionallisme kerjanya, dengan bertanggung jawab atas keselamatan penumpang di kapal. [Baca: Kisah Awak Cantik Pertaruhkan Nyawa Demi Penumpang Kapal]

Tak sampai di situ, kemarahan keluarga selanjutnya terhadap Lee dipicu laporan bahwa ketika Lee ditanya oleh wartawan tentang penyebab tenggelamnya di rumah sakit, dirinya justru mengeringkan uang kertas basah di atas tempat tidurnya.

Lee diduga melanggar UU Pelayaran, yang menetapkan bahwa seorang kapten dan perwira senior tak boleh meninggalkan kapal sebelum semua penumpang selamat dari kapal.

Dari hasil penyelidikan sementara, tim penyelamat juga mengungkap bahwa sekoci rusak sebagai penyebab utama banyaknya korban yang jatuh. Salah satu foto dari insiden kapal tenggelam menunjukkan, hanya satu perahu penyelamat dikerahkan, sementara 2 lainnya baru bisa dioperasikan setelah terlepas dari kapal.

Feri Sewol yang terbalik sudah memasuki hari ketiga. Pada Jumat sore, kapal dilaporkan telah sepenuhnya tenggelam. Seperti dilansir dari CNN, korban tewas pun bertambah menjadi 28 orang dengan korban selamat 178 orang. Sementara sekitar 270 lainnya masih belum diketahui nasibnya.


Kapten 'Lepas Tangan'?

Penyidik ​​juga menduga bahwa Kapten Lee memberikan kemudi pada orang ketiga, sebelum kapal mulai tenggelam di lepas pantai barat daya Korea Selatan. Mungkinkah kapten 'lepas tangan'?

Hal itu diungkapkan dari hasil penyelidikan jaksa dan polisi, terkait penyebab terbaliknya feri seberat 6.825 ton yang membawa 476 orang itu.

"Kami telah memastikan bahwa kapten Sewol menyerahkan kemudi kepada orang ketiga sebelum kapal mulai tenggelam," kata kepala penyidik ​​Park Jae - Eok sambil mengumumkan hasil sementara penyelidikan di Markas Barat Korea Coast Guard di Mokpo, 410 kilometer selatan Seoul.

"Kami sedang menyelidiki apakah sang kapten meninggalkan ruang kemudi," jelasnya.

Pejabat mengatakan mereka mungkin akan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap kapten berusia 69 tahun itu, untuk dilakukan interogasi lebih lanjut.

Politisi Beradatangan

Pascaberita kandasnya Kapal Sewol tersebar, entah megnapa banyak politisi yang bergegas mengunjungi Provinsi Jindo County di selatan Jeolla, sebuah pulau di dekat lokasi di mana feri terbalik. Mereka melakukan inspeksi dadakan.

Diantaranya adalah Hwang Woo - ya, ketua Partai Saenuri yang berkuasa. Ada juga satu politisi dari partai republik bernama Ahn Cheol - soo. Banyak dari mereka yang berbut kursi pada pemilu lokal yang digelar 4 Juni mendatang.

Apa yang dilakukan para politisi dalam situasi putus asa itu tetap menjadi tanda tanya besar. Entah benar-benar bermaksud untuk memberikan bantuan, atau sekedar mencari simpati dari para korban.  "Kami melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan orang-orang," kata para politisi itu.

Perlakuan khusus terhadap politisi Lee Yoon - seok dari NPAD jug menuai kritik. Sebab ia diperkenankan masuk ke dalam kapal laut yang sedang dalam proses evakuasi, sementara orangtua yang anak-anaknya berada di dalamnya tak boleh masuk.

Keluarga penumpang Kapal Sewol juga sempat melampiaskan kemarahan, dengan melempari Perdana Menteri Korea Selatan Chung Hong - won dengan botol air minum. Ketika itu ia mengunjungi sebuah tempat di Jindo, di mana anggota keluarga menungu kabar dari upaya evakuasi. (Elin Yunita Kristanti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.