Sukses

Kapal Tenggelam Sewol Dinakhodai Kapten Pengganti

Kapten Sewol diketahui bermarga Lee. Ia disebutkan sebagai veteran, dengan 8 tahun pengalaman mengoperasikan kapal.

Liputan6.com, Seoul - Penyebab tenggelamnya kapal Sewol di perairan Korea Selatan, 20 km dari bibir pantai Pulau Byungpoong pada Rabu 16 April 2014, masih belum diketahui pasti. Namun spekulasi penyebabnya mulai bermunculan, mulai dari kapal berlayar di luar jalur, hingga akibat nakhoda yang membelokkan kapal secara drastis.

Dari spekulasi itu, penyelidikan pun mengarah kepada sang pengatur kapal. Sebab kendali utama kapal berada di tangannya.

Dilansir dari Korea Herald, Kamis (17/4/2014), Kapten Sewol diketahui bermarga Lee. Ia disebutkan sebagai veteran, dengan 8 tahun pengalaman mengoperasikan kapal di rute Pulau Incheon-Jeju.

Pria 69 tahun itu dilaporkan bergabung dengan Chonghaejin Marine pada bulan November 2006.  Menurut seorang karyawan Chonghaejin, ia adalah kapten yang paling berpengalaman dari 3 kapten di perusahaan feri besar itu.

Kapten bermarga Lee itu dilaporkan telah menahkodai sebuah kapal seberat 6.325 ton yang berbeda, sebelum ia beralih ke Sewol pada Maret 2013.

Lee bertugas mengoperasikan Sewol pada hari kecelakaan, guna mengisi posisi kapten utama yang tengah berlibur.

"Lee adalah seorang kapten pengganti, mengisi posisi kapten kapal yang beroperasi dengan rute Pulau Incheon - Jeju. 2 Kapten yang bertugas sedang pergi berlibur," kata seorang pejabat Chonghaejin Marine.

Ia menambahkan, seharusnya tidak ada masalah dengan pengoperasian kapal yang dilakukan oleh Lee. Terlebih, Lee telah memenuhi kualifikasi untuk seorang kapten pengganti, yang memerlukan persetujuan dari badan berwenang Incheon Regional Maritime Affairs and Port Administration.

Perusahaan ini mengoperasikan 4 kapal termasuk Sewol pada 3 rute --yang berangkat dari Incheon baik atau Yeosu-- serta taksi sungai di Sungai Hangang.

Musibah yang terjadi pada Sewol, adalah kecelakaan kedua yang melibatkan kapal milik Chonghaejin Marine dalam kurun waktu 3 minggu.

Sebelumnya pada  28 Maret, feri lain milik Chonghaejin menabrak perahu nelayan yang bobotnya mencapai 7,93 ton dalam perjalanan ke Pulau Baengnyeongdo di Laut Barat dari Incheon. Beruntung tak ada korban dalam kecelakaan feri seberat 396 ton itu. 140 Penumpang di dalamnya selamat, tidak ada satu pun yang cedera.

Pada pemeriksaan keamanan yang dilakukan bulan Februari, tidak ditemukan masalah pada Sewol.

PM Dilempari Botol

Mendengar musibah tenggelamnya kapal Sewol, Perdana Menteri Korea Selatan Chung Hong - won segera mendatangi lokasi di Jindo. Kedatangannya untuk memberikan semagat dan menghibur kerabat para penumpang kapal pada Kamis dini hari.

Namun kedatangannya justru disambut dengan serangan caci-maki para kerabat penumpang Kapal Sewol. Mereka marah terhadap musibah yang menimpa kerabatnya.

Orangtua siswa di kapal Sewol meneriaki PM Chung, melempari, dan menarik-narik pakaiannya.

"Apa gunanya perdana menteri berada di sini?" teriak salah satu orangtua.

"Ada kabar bahwa siswa masih hidup di feri," teriak lainnya kepada sang PM.

Sesaat kehadirannya, kondisi memanas. Chung pun telah meminta maaf berulang kali dan mencoba untuk meninggalkan gimnasium karena ketegangan meningkat. Namun puluhan orang tua mengepungnya.

Beberapa anggota keluarga melemparkan botol air dan kaleng kosong pada PM Chung.

Chung berkunjung ke sebuah gimnasium di Provinsi Jeolla Selatan, beberapa jam setelah kembali dari kunjungan luar negeri ke China dan Pakistan.

Chung mengatakan, sangat disesalkan dan menyakitkan bahwa kecelakaan seperti itu bisa terjadi di Korea. "Aku akan melakukan semua yang bisa kulakukan untuk membantu para korban," kata dia.

Sebelumnya pada hari Rabu 16 April 2014, sekitar 250 orangtua melakukan protes di Danwon High School di Ansan, Provinsi Gyeonggi. Mereka menuntut daftar penumpang yang telah diselamatkan, karena berita tentang korban masih simpang siur.

Beberapa orangtua juga dilaporkan ikut dalam upaya evakuasi oleh tim penyelamat. Mereka naik kapal dan berangkat ke lokasi kecelakaan di dekat Pulau Jindo pada Kamis pagi sekitar pukul 09.00.

Sejauh ini, seperti dilansir dari Korea Herald, korban tewas berjumlah 9 orang dari total 476 penumpang. 176 Orang telah diselamatkan, 287 lainnya masih belum diketahui nasibnya.

325 Di antaranya adalah murid Ansan Danwon High School dan 14 staf pengajar di sekolah tersebut.

Upaya pencarian di hari kedua ini pun masih dilakukan, guna membebaskan orang-orang yang diyakini terperangkap di bawah kapal terbalik itu. (Elin Yunita Kristanti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini