Sukses

Densus 88 Selidiki Paket Bom di Trenggalek

Polisi saat ini menyidik lokasi perakitan bom pipa dan bom dalam kemasan plastik seperti pengakuan Galih.

Liputan6.com, Trenggalek - Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror dijadwalkan tiba di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, untuk menyidik paket bahan peledak (handak) yang diidentifikasi terkirim dari biro jasa ekspedisi JNE wilayah Kecamatan Panggul pada 18 Februari 2014.

"Informasi yang kami terima begitu. Hari ini Densus akan melakukan pendalaman sekaligus pengembangan kasus tersebut," kata Kapolres Trenggalek AKBP Denny Setya Nugraha Nasution, Minggu (23/3/2014).

Salah satu fokus penyidikan adalah rumah orangtua terduga teroris Galih Satria alias Hari Rahayu (29) di Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek.

Selain mendalami kemungkinan keberadaan jaringan teroris lain di wilayah Trenggalek dan sekitar, polisi saat ini menyidik lokasi perakitan bom pipa dan bom dalam kemasan plastik seperti pengakuan Galih. Karena polisi belum menemukan material atau sisa peledak pada Jumat 22 Maret kemarin, pengembangan akan dilakukan di luar wilayah tersebut.

Kapolri Jenderal Polisi Sutarman sebelumnya mengumumkan, Galih Satria ditangkap tim Densus 88 Antiteror pada 13 Maret 2014 di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Pemuda asal Panggul, Trenggalek, itu diidentifikasi sebagai pelaku pengiriman paket berisi 2 unit bahan peledak jenis bom pipa dan bom dalam kotak plastik dari kampung halaman orang tuanya tersebut dengan tujuan Singkang Wajo, Sulawesi Selatan.

Galih merupakan mantan narapidana kasus terorisme pada awal Januari 2011, karena kedapatan membawa bahan peledak saat dilakukan operasi cipta kondisi di depan Mapolres Magetan, Jawa Timur.

Ia kemudian dijatuhi hukuman 2 tahun 3 bulan (27 bulan) oleh Pengadilan Negeri Magetan mulai 3 Mei 2011 dan bebas bersyarat pada 11 Juli 2012.Keberadaan dan aktivitas Galih yang tercatat pernah bekerja sebagai buruh kebun di wilayah Sulawesi Selatan ini, pascalepas dari penjara, sebenarnya terus dipantau oleh intelijen kepolisian maupun TNI.

Di lingkungan rumah orangtuanya di Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, Galih dikenal sebagai pribadi yang tertutup, bahkan terhadap keluarga dan kedua orangtuanya.

Menurut pengakuan Kepala Dusun Wonocoyo Utara, Misdi, aktivitas Galih lebih banyak dilakukan di dalam rumah serta beribadah di masjid, meski secara penampilan dan cara berpakaian dikatakan tidak lagi menyolok dengan mengenakan baju gamis panjang ataupun memelihara jenggot, seperti sebelum tertangkap polisi di Magetan. (Ant/Raden Trimutia Hatta)

Baca juga:

Polisi Geledah Rumah Terduga Teroris di Trenggalek

Kapolri: Densus 88 Gagalkan Penyelundupan Bom ke Makassar

Kapolri: Makassar Target Teror Bom Teroris Santoso

Menjelang Pemilu, Polda Sulteng Beri Pengamanan Ekstra di Poso

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini