Sukses

Temuan Spektakuler! Ilmuwan Kuak Jejak Pembentukan Alam Semesta

Peneliti mengklaim telah menemukan bukti baru yang luar biasa untuk mendukung Teori Big Bang yang menjelaskan asal usul alam semesta.

Liputan6.com, Cambridge Ada beragam teori tentang asal usul alam semesta. Salah satunya Teori Big Bang (Ledakan Dahsyat) yang menyebut dentuman maha besar mengawali pembentukan alam semesta sekitar 13,7 miliar tahun lalu.

Kini, para peneliti mengklaim telah menemukan bukti baru yang luar biasa untuk mendukung Teori Big Bang yang menjelaskan asal usul jagad raya.

Orang-orang cerdas itu yakin, mereka telah menemukan sinyal yang tersisa di langit, yang ditinggalkan oleh ekspansi ruang angkasa yang sedemikian cepat yang terjadi hanya sepersekian detik setelah segala sesuatu menjadi ada. Dari ketiadaan.

Sinyal itu berupa simpul khusus yang berada di cahaya paling tua di jagad raya, yang bisa terdeteksi teleskop manusia.

Memang, hasil penelitian masih harus dikaji secara serius, namun sudah ada suara-suara soal kelayakan menerima Penghargaan Nobel. "Ini adalah temuan spektakuler," kata Profesor Marc Kamionkowski dari Johns Hopkins University.

"Aku telah melihat riset itu, argumennya sangat persuasif, dan para ilmuwan yang terlibat di dalamnya adalah orang-orang paling teliti, hati-hati, dan konservatif yang saya ketahui," kata dia kepada BBC News, seperti dikutip Liputan6.com, Selasa (18/3/2014).

Terobosan ilmiah itu diumumkan tim Amerika Serikat yang mengerjakan sebuah proyek yang dikenal sebagai BICEP2 -- yang menggunakan teleskop di Kutub Selatan untuk membuat pengamatan rinci dari sebuah potongan kecil langit.

Tujuannya adalah untuk mencoba mencari penanda sisa 'inflasi' (inflation)  -- gagasan bahwa alam semesta mengalami percepatan pertumbuhan eksponensial dalam seper-triliun pertama dari triliun per triliun dari sedetik.

Teori ini menyatakan bahwa 'bayi alam semesta' berasal dari sesuatu -- yang sama sekali terbayangkan -- kecil yang hanya sebesar ukuran kelereng. Lalu, alam semesta terus mengembang selama hampir 14 miliar tahun sejak saat itu.

Gagasan Inflasi (inflation) kali pertama diajukan pada awal 1980-an untuk menjelaskan sejumlah aspek dari Teori Big Bang yang tampaknya tidak cukup lengkap, seperti untuk menjelaskan mengapa angkasa terlihat sama luasnya di semua sisi langit. Anggapannya, ekspansi yang sangat cepat sejak awal bisa merapikan ketidakseimbangan.

Namun, inflasi datang dengan prediksi sangat spesifik -- bahwa itu akan dikaitkan dengan gelombang energi gravitasi. Dan riaknya akan meninggalkan jejak abadi atau tak terhapus pada cahaya tertua di langit -- yakni Cosmic Microwave Background (CMB) yang merupakan sisa radiasi yang terjadi saat Big Bang melahirkan alam semesta.



Tim BICEP2 kini telah mengidentifikasi sinyal tersebut. Para ilmuwan menyebutnya sebagai  B-mode polarisation. Yang merupakan simpul khusus dalam sifat arah CMB. Hanya gelombang gravitasi yang bergerak melalui alam semesta dalam fase inflasi yang bisa menghasilkan penanda tersebut. Mirip-mirip smoking gun alias pistol asap.

Dalam konferensi pers yang mengumumkan temuan tersebut, Profesor John Kovac dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, sekaligus ketua tim BICEP2 mengatakan, "Temuan ini membuka cakrawala pada apa yang kita yakini sebagai rezim baru fisika -- fisika yang terjadi di fraksi kecil, yang amat luar biasa, terjadi dalam sepersekian detik pada alam semesta."

Sinyal tersebut dilaporkan lebih kuat dari apa yang dibayangkan dan diharapkan para ilmuwan. Temuan tersebut menyederhanakan banyak hal. Ini berarti model yang lebih eksotis alias aneh-aneh terkait bagaimana inflasi bekerja tidak lagi dapat dipertahankan.

Hasil itu juga membatasi energi yang terlibat pada 10.000 gigaelectronvolts yang sesuai dengan gagasan Grand Unified Theory, di mana fisikawan partikel percaya tiga dari empat gaya fundamental di alam bisa diikat bersama-sama.

Namun, dengan menghubungkan gelombang gravitasi dengan masa ketika efek kuantum yang begitu dominan, para ilmuwan meningkatkan prospek bahwa suatu hari ia bisa kekuatan keempat -- gravitasi itu sendiri. Grand Unified Theory menjadi Theory of Everything -- Teori Segalanya.

Sifat sensasional penemuan tersebut berarti data BICEP2 bisa menjadi rujukan dan telaah. Juga menjadi dasar temuan lain yang mungkin bisa menghasilkan sesuatu yang spektakuler.  (Yus)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini