Sukses

`Suami Setia` 3 Tahun Cari Jasad Istri Korban Tsunami Jepang

Tiga tahun berlalu, namun kerinduan Yasuo Takamatsu terhadap istrinya, Yuko tak kunjung padam.

Liputan6.com, Onagawa - 3 Tahun berlalu, namun kerinduan Yasuo Takamatsu terhadap istrinya, Yuko tak kunjung padam. Pria 57 tahun itu terus menjadi pasangan hidupnya yang terseret tsunami Jepang yang terjadi pada 11 Maret 2011. Meski tinggal jasad.

Gagal mendapatkannya di darat, Yasuo kini menyelami lautan. Ini adalah cara yang terakhir.

Penyelaman terakhir  dilakukan beberapa hari sebelum peringatan 3 tahun bencana 'Gempa Tohoku' yang menyebabkan setidaknya 18 ribu nyawa melayang. Lindu dengan kekuatan 9,0 skala Richter itu juga membuat reaktor PLTN Fukushima Dai-ichi luruh.

Bagi Yasuo, pencarian dan kerja kerasnya selama ini  pantas. Bagi istrinya yang 'lembut dan sangat baik'. "Ia selalu berada di sisi saya, secara fisik dan mental," kata dia, seperti dimuat Daily Mail, 9 Maret 2014. "Aku merindukannya, merindukan bagian terpenting dari hidupku."

Yasuo masih ingat pesan terakhir yang disampaikan istrinya lewat pesan pendek (SMS), setengah jam setelah gempa dahsyat mengguncang Jepang.  

"Dia berkata, 'Aku ingin pulang'. Itu yang tertulis dalam pesan terakhirnya" kata Yasuo. "Yang membebani pikiranku, ia masih berada di luar sana. Aku ingin membawanya pulang secepat mungkin."

Petugas evakuasi menemukan telepon genggam Yuko saat menyisir puing-puing tsunami. Setelah mengeringkannya, Yasuo baru menyadari istrinya menulis SMS terakhir yang tak pernah ia terima -- hampir bertepatan dengan saat ketika ombak menerjang. "Isi pesan terakhir itu, 'Tsunami besar'," kata Yasuo.

Kala itu, sang istri berlindung di atap sebuah bank lokal ketika tsunami melanda. Bersama sejumlah orang.

"Saya tidak terlalu khawatir setelah gempa karena dia dengan rekan-rekannya di bank, meskipun aku merasa resah tak bisa menghubungi dia," kata Yasuo.

Namun keesokan harinya, Yasuo mengetahui, para karyawan bank, termasuk istrinya, hanyut terbawa gelombang. "Saya merasa lutut saya lemas" kata dia.

Yasuo, yang seorang sopir bus, mengatakan dirinya bukan seorang penyelam. Namun, memikirkan istrinya, ia memberanikan diri terjun ke laut. "Aku sangat ingin menemukannya, aku juga merasa mungkin ia tak bakal ditemukan. Lautan terlalu luas, aku akan terus berusaha mencari.

Di masing-masing penyelaman, Yasuo mengenakan tangki selam di punggungnya, menggunakan pakaian karet, dan menyeburkan diri di lautan dingin dengan bantuan instruktur selam, Masayoshi Takahashi.

Takahashi, yang memimpin relawan penyelam untuk mencari korban hilang tsunami mengatakan, amat penting untuk membantu Yasuo menemukan istrinya.

"Selama pencarian di bawah air, tak seperti penyelaman rekreasi, kami harus menyelam di air yang keruh. Juga menghadapi risiko terjebak di reruntuhan.

Nyonya Yuko Takamatsu (47) adalah salah satu dari ribuan orang yang masih dinyatakan hilang 3 tahun setelah gempa keenam terdahsyat dalam sejarah menghancurkan sebagian Jepang. Guncangan besar itu memicu tsunami mematikan di lautan Pasifik -- menyapu orang, rumah, dan menenggelamkan desa-desa.

Yasuo tak sendirian mencari. Tiga tahun setelah malapetaka melanda, Jepang belum secara resmi menghentikan proses pencarian korban. Ribuan polisi, penjaga pantai, dan relawan, masih menyisir area berlumpur di sekitar mulut sungai dan menjelajahi dasar laut. (Ismoko Widjaya)

Baca juga:

5 Murid Jadi Korban Tsunami, TK di Jepang Harus Bayar Rp 20 M

Terkuak, Kunci Asal Usul `Cahaya Gempa` Pertanda Lindu Dahsyat

Bom Lava Dahsyat dan Tsunami: Gambaran Akurat `Horor` Pompeii?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.