Sukses

Kisah-kisah Asmara Berujung Maut

Asmara, seperti halnya dua mata pisau. Tak jarang membuat orang 'berunga-bunga', tak jarang pula membuat orang buta mata.

Liputan6.com, Jakarta - Asmara, seperti halnya dua mata pisau. Tak jarang membuat orang 'berunga-bunga', tak jarang pula membuat orang buta mata. Karena cemburu, orang bisa bertindak nekat. Karena cinta ditolak, dukun pun bertindak, bahkan hingga membunuh secara biadab.

Meski hukuman berat menanti, namun pembunuhan keji bermotif asmara ini terus saja terjadi. Umumnya, para pelaku pembunuhan ini melakukan dengan cara cukup sadis. Dari mulai penganiayaan berat hingga pembunuhan mutilasi.

Kasus terbaru dilakukan sepasang kekasih, Ahmad Imam Al Hafitd (19) dan Assyifa Ramadhani alias Sifa (19). Sejoli ini menghabisi Ade Sara Angelina Suroto (19). Ade Sara merupakan mantan kekasih Hafitd semasa masih berada di bangku SMA.

Motif pembunuhan ini juga asmara. Hafitd merasa kecewa karena sejak putus Ade Sara sangat sulit dihubungi. Apalagi diajak bertemu. Sementara Sifa cemburu kekasihnya masih saja berusaha menghubungi Ade Sara meski sudah tidak berpacaran.

Pembunuhan ini termasuk sadis. Ade Sara dipukuli oleh Sifa di dalam mobil dengan menggunakan sepatu. Tak hanya dipukuli, mulut mahasiswi Universitas Bunda Mulia itu juga disumpal menggunakan kertas koran dan tisu. Ade Sara juga disetrum.

Kisah cinta segitiga berujung maut ini hanyalah satu di antara banyak pembunuhan berlatar asmara. Liputan6.com berusaha merangkum sejumlah kasus pembunuhan berlatar asmara. Berikut catatannya:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Jasad Bergelang 'Java Jazz'

1. Jasad Bergelang 'Java Jazz'

Beberapa hari ini, warga di Bekasi digegerkan dengan penemuan mayat perempuan yang belakangan diketahui bernama Ade Sara Angelina Suroto. Jenazah mahasiswi berumur 19 tahun itu ditemukan Rabu, 5 Februari dini hari, tergeletak di pinggir TOl JORR Km 49, Bintara, Bekasi, Jawa Barat. Atau 2 hari setelah pembunuhan.

Saat ditemukan, gelang 'Java Jazz Festival' melingkar di salah satu pergelangan tanganya. Jazadnya langsung dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM) guna dilakukan otopsi.

Sehari setelah penemuan jenazah Sara, polisi menangkap Assyifa Ramadhani (18) saat mendatangi rumah duka di RSCM dan Ahmad Imam Al Hafitd (19) di rumahnya di kawasan Pulo Gebang, Jakarta Timur. Keduanya ternyata sebagai pelaku pembunuhan sadis itu.

Sebelum akhirnya tewas, Sara mendapat penganiayaan dari keduanya di dalam mobil KIA Visto bernomor polisi B 8328 JO itu. Selain disterum, dijerat dengan tali tas, mulut Sara juga disumbat dengan dengan tisu dan koran. Penganiayaan tersebut dilakukan keduanya di dalam mobil sambil berkeliling di kawasan ibukota. Setalah dicekik, Sara pun tewas dan jenazahnya dibuang di pinggir tol.

Cinta segitiga menjadi latar belakang pembunuhan berencana ini. Hafitd dan Sifa telah merencanakan pembunuhan ini seminggu sebelumnya. Alasan sakit hati lantaran tidak mau bertemu, menjadi motif Hafitd melakukan pembunuhan ini. Cemburu buta juga menjadi motif Sifa turut melakukan pembunuhan ini.

Dari hasil pemeriksaan penyidik, Hafitd sudah lama diputus oleh Sara. Namun Hafitd tetap mendekati Sara. Padahal, Hafitd sudah menjalin hubungan dengan Sifa, hingga cemburu pun muncul dari Sifa kepada Sara. Ketiganya sudah saling mengenal sejak di bangku SMA.

Keduanya kini menyesali perbuatannya dan meminta maaf kepada keluarga Sifa. Namun, keduanya kini dijerat Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. Dengan ancaman hukuman maksimal 20 tahun penjara, atau hukuman mati.

3 dari 6 halaman

Pembunuhan Holly

2. Pembunuhan Holly

Beberapa bulan lalu, mayat Holly Angela ditemukan tergeletak mengenaskan di Tower Ebony, Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan pada Senin 30 September 2013 malam. Jenazah Holly ditemukan berlumuran darah dengan luka jerat di lehernya.

Tak lama penemuan jenazah Holly, polisi mengendus para pelaku. Belakangan diketahui, kematian Holly dilakukan 5 pembunuh bayaran. Otak pelaku pembunuhan ini ternyata tak lain adalah auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Gatot Supiartono. Gatot menyewa pembunuh bayaran dengan merogoh kantong Rp 250 juta.

Polisi sempat kesulitan mencari keberadaan gatot lantaran bersembunyi. Gatot diduga sempat melarikan diri ke Australia. Bahkan, Gatot sempat meminta bantuan dukun untuk menyembunyikan jejak perbuatan jahatnya itu. Bersemedi di makam pun dilakukan agar kasusnya tidak diketahui pihak berwajib.

Motif asmara menjadi latar belakang pembunuhan ini. Holly ternyata istri siri Gatot. Holly dinikahi Gatot tanpa sepengetahuan istri pertamanya. Namun, belakangan Holly banyak menuntut Gatot. Dari minta apartemen, mobil, rumah, hingga minta menceraikan istri pertama Gatot. Gatot pun tertekan hingga pembunuhan pun dilakukan.

Selain Gatot, polisi juga menahan Surya Hakim, Abdul Latief, dan teranyar Pago Satria Permana. Satu tersangka lain, Ruski masuk Daftar Pencarian Orang.  Sedangkan tersangka El Risky Yudhistira tewas setelah terjatuh dari balkon kamar Holly saat mencoba melarikan diri.

Para tersangka terancam dijerat dengan pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup atau 20 tahun penjara. Selain itu, Gatot juga terancam dipecat dari jabatanya di BPK jika terbukti bersalah di persidangan. Hingga kini kasus ini masih dalam proses pemberkasan dan segera dilimpahkan ke pengadilan.

4 dari 6 halaman

Mayat di Bagasi Nissan March

3. Mayat di Bagasi Nissan March

Pada 28 Januari 2014 lalu, Feby Lorita ditemukan tewas di dalam bagasi mobil Nissan March, mengenakan gaun panjang putih dengan motif bunga hijau dan merah muda. Mobil bernomor polisi F 1356 KA itu ditemukan di samping TPU Pondok Kelapa, Jakarta Timur.

Pihak keluarga pun datang ke Polsek Duren Sawit dan RS Polri Kramatjati untuk melihat jasad itu. Keluarga pun membenarkan jasad itu adalah Feby Lorita. Tapi, polisi masih harus menunggu tes DNA untuk memastikan itu.

Selang beberapa hari, polisi menangkap Asido Simangunsong alias Edo. Ternyata dialah tersangka pembunuhan Feby Lorita. Sebelum menghilang, Edo sempat terlihat seperti orang linglung. Selain Edo, polisi juga menangkap adiknya, Daniel, karena berperan memantu Edo membuang jenazah Feby.

Belakangan, motif pembunuhan pun terungkap. Edo yang tinggal berbeda blok dengan Feby di Apartemen Cibubur Comfort itu ternyata menaruh hati kepada Feby. Rasa cinta itu diungkapkan saat keduanya berada di flyover UKI Cawang, Jakarta Timur. Namun sayang, cinta itu bertepuk sebelah tangan. Feby menolak karena Edo sudah punya pasangan.

Pertengkaran pun terjadi di dalam mobil Feby itu hingga bertengkar dengan kata-kata kasar. Tak hanya kata-kata kasar, pertengkaran itu juga menggunakan kekerasan fisik. Edo memukul wajah Feby sebanyak 2 kali di dalam mobil.

Dianiaya, Feby mengancam melaporkan Edo ke polisi. Mendapat ancaman itu, Edo kemudian merayu Feby untuk membatalkan niatnya itu. Sehingga Feby luluh. Edo membawa Feby ke rumah saudaranya di Bojong Gede, Depok.

Sampailah mobil yang ditumpangi itu di rumah saudara Edo. Jarum jam menunjuk pukul 23.00 WIB. Namun, beberapa saat berada di rumah berukuran 6x6 meter itu, Edo dan Feby kembali terlibat cekcok. Cekcok itu terjadi sekitar pukul 03.00 WIB, Rabu 22 Januari dini hari.

Edo naik pitam. Ditambah lagi Feby Lorita melemparnya dengan ponsel dan mencakarnya. Edo kalap dan mencekik Feby sampai lemas. Edo mengambil pisau dapur dan menusuk Feby di bagian leher hingga urat nadi di leher Feby terputus. Mayat Feby dibuang selama sepekan.

Usai membunuh Edo menjual sejumlah perhiasan milik Feby dan barang berharga lainnya. Menurut pengakuan Edo kepada penyidik, Edo sengaja menjadikan Feby kekasih hanya untuk memanfaatkan Feby meski niatnya itu kandas. Selain untuk menguras barang berharaga Feby, Edo juga mengaku agar lebih mudah mendapat pekerjaan. Karena Feby diketahui banyak memiliki teman rekanan.

Akibat perbuatannya, Edo terancam hukuman penjara selama 15 tahun lebih dan dikenakan pasal berlapis yaitu Pasal 338 tentang Pembunuhan, 351 tentang Penganiayaan, 365 tentang Pencurian dengan Kekerasan dan 363 tentang Pencurian dengan Pemberatan.

5 dari 6 halaman

Mayat Mahasiswi di Tepi Cisadane

 4. Mayat Mahasiswi di Tepi Cisadane

Dilaporkan hilang sejak Lebaran hari pertama, Kamis 8 Agustus 2013 lalu, Siti Halimah Tsu'diyah (21) ditemukan pada Minggu pagi 11 Agustus sore. Gadis yang tinggal di Pondok Aren ini baru ditemukan tewas di pinggir Sungai Cisadane dalam kondisi tidak bernyawa di dalam karung dengan leher terjerat.

Sebelum menghilang, Siti diketahui sempat menulis status Facebook. Lewat akunnya 'Shitychephecex Rastafarauyeeh', pada Kamis 8 Agustus lalu, pukul 16.37 WIB, Siti menulis dirinya sedang naik getek di sebuah sungai dengan air deras.

Belakangan, pembunuh Siti akhirnya terungkap. Tak lain adalah kekasihnya, Suali alias Ali (25). Pembunuhan ini berawal saat Siti pamit kepada orangtuanya pada hari pertama Idul Fitri, 8 Agustus lalu. Gadis ini izin kepada bapak ibunya untuk bersilaturahmi Lebaran ke rumah gurunya. Tapi Siti ternyata menemui pacarnya, Ali.

Kemudian Siti dan Ali naik getek di Sungai Cisadane, Bogor. Dan pindah ke perkebunan kelapa Rumpin. Mengetahui nomor kontak ponselnya dihapus Siti, Ali pun marah karena merasa cemburu.

Ali yang pacaran putus sambung dengan Siti sejak tahun 2010 itu semakin emosi dan mereka terlibat cekcok mulut. Pertengkaran semakin panas. Saat itu juga Ali memutuskan hubungannya.

Siti pun mengancam akan menyebarluaskan soal hubungan intim yang pernah mereka lakukan, melalui media jejaring sosial Facebook. Hingga akhirnya, Ali pun membunuh Siti. Ali membenamkan wajah Siti ke tanah. Setelah melihat Siti terkapar lemas di tanah, Ali kemudian menjerat leher Siti dengan kerudung biru yang dikenakan mahasiswi itu.

Ali yang ditangkap pada Sabtu 17 Agustus 2013 lalu itu kini diganjar Pasal 338 KUHP dan pasal lainnya. Sebab Ali yang berprofesi sebagai tukang kebun ini juga membawa ponsel genggan serta laptop sang pacar.

6 dari 6 halaman

Pemutilasi Istri, Benget Situmorang

5. Pemutilasi Istri, Benget Situmorang


Selasa 5 Maret 2013, polisi menemukan potongan tubuh di Tol Cawang Jakarta arah Bekasi. Potongan tubuh tersebut belakangan diketahui bernama Darna Sri Astuti (32) atau Ati. Pembunuhan mutilasi ini terungkap setelah polisi menciduk Benget dan Tini (39), pembantu di rumahnya di kawasan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur.

Benget Situmorang (36) tega menghabisi nyawa pasangan kumpul kebonya, Ati dengan cara memutilasi tubuhnya menjadi beberapa bagian. Kepada penyidik, motif mutilasi Benget dilandasi api cemburu karena Ati berselingkuh dengan pria lain.

Polisi tak menampik pengakuan tersebut. Benget memang menceritakan kepada polisi saat melihat Ati pernah jalan bermesra-mesraan dengan pria lain. Kejadian itu dilihat Benget beberapa waktu sebelum dia menyiksa, membunuh, lalu memutilasi Ati.

Tujuan Benget menyiksa Ati agar Ati mengaku siapa laki-laki yang dilihatnya bermesraan. Namun Ati tetap tak mengakui sampai dirinya tewas. Tak puas, benget memotong menjadi beberapa bagian sebelum akhirnya dibuang di Tol Jagorawi dibantu pembantunya Tini.

Tak hanya dimutilasi, benget juga mencampurkan bagian tubuh Ati sebagai campuran daging mie ayam jualanya. Bahkan, dalam persidangan benget mengaku memakan jantung kekasihnya itu.

Benget terancam hukuman mati atau penjara minimal 20 tahun karena melanggar Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana juncto Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan. Sedangkan Tini dikenai Pasal 55 KUHP jo Pasal 56 KUHP jo Pasal 340 KUHP karena turut serta membantu Benget melancarkan aksinya.

Benget diduga mengalami sakit kejiwaan. Maka itu pihak pengacara meminta Benget tidak dihukum penjara, namun direhabilitasi. Namun menjelang pembacaan vonis Benget mengalami sakit. Akibatnya, sidang vonis sempat tertunda sebanyak 2 kali. Sampai akhirnya Benget meninggal dunia pada Senin, 30 September 2013. Benget meninggal karena sakit jantung dan paru-paru. (Eko Huda Setyawan)

Baca juga:

Cinta Segitiga Berujung Maut

Pembunuhan Sara Angelina, Hafitd Pernah Tampar Sifa

Usai Bunuh Sara, Sifa Tetap Beraktivitas Biasa

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini