Sukses

Ludruk Dihadang Regenerasi

Para penyuka ludruk bersiap-siaplah kehilangan panggung kesenian tradisional itu, karena regenerasi di kalangan senimannya terseok-seok.

Liputan6.com, Jember: Para penyuka ludruk bersiap-siaplah kehilangan panggung kesenian tradisional itu. Karena sangat sedikit generasi muda yang menyukai ludruk hingga regenerasi di kalangan senimannya terseok-seok.

"Tidak banyak generasi muda yang mau menjadi pemain ludruk. Salah satunya, karena faktor ludruk yang ndeso atau ketinggalan zaman," kata Akhmad Taufik, pakar ludruk dari Pusat Penelitian Madura dan Jawa Lembaga Penelitian Universitas Jember, Selasa (16/9).

Para pemain ludruk umumnya hanya lulusan SD, kata Akhmad, dan mereka yang berpendidikan lebih tinggi kurang berminat menekuni kesenian itu. "Kalau untuk juragan atau pemilik grup, regenerasi relatif berjalan dengan baik. Meskipun masih bersifat kekeluargaan," katanya.

Menurut Akhmad, pemerintah daerah perlu melibatkan diri untuk melestarikan kesenian khas Jawa Timur itu. Terlebih lagi di kawasan tapal kuda atau ludruk "wetanan", katanya, yang kurang mendapat perhatian.

"Tahun lalu ada Mbah Karno, guru dan juga seniman di Desa Gumuk Mas, Jember Selatan, yang membina anak-anak untuk bermain ludruk. Saya kira ini merupakan terobosan, yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah daerah," katanya.

Ia masih yakin, apresiasi masyarakat terhadap ludruk masih tergolong tinggi, terutama di kawasan pedesaan. Bentuk apreasi yang dimaksud AKhmad, misalnya, dengan memasukkan kesenian itu dalam muatan lokal.

"Saya kira, hal itu akan sangat membantu untuk menghidupkan ludruk," katanya.(SHA/ANTARA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini