Sukses

Jalur Utara Kereta Api Kembali Normal

Kereta api sudah dapat melintasi jalur utara, menyusul kecelakaan di Stasiun Kejaksaan Cirebon, Jawa Barat. Korban tewas mencapai 39 orang dan puluhan lainnya cedera berat atau ringan.

Liputan6.com, Cirebon: Jalur utara kereta api yang terhambat lantaran kecelakaan di Stasiun Kejaksaan, Cirebon, Jawa Barat, sudah normal kembali sejak Ahad (2/9) pukul 22.00 WIB. Soalnya, sejumlah petugas PT Kereta Api Indonesia telah memindahkan dua lokomotif --kepala kereta-- dan satu gerbong yang menghalangi jalur kereta tersebut. Kereta pertama yang melintasi adalah KA Argo Bromo Anggrek jurusan Surabaya-Jakarta. Sebelumnya, kereta tersebut telah menunggu di Stasiun Prujakan, Cirebon.

Ahad kemarin, KA Empu Jaya menabrak lokomotif KA Cirebon Ekspres di Stasiun Kejaksaan Cirebon. Sekurangnya 39 jiwa melayang, 28 orang cedera berat, dan 20 lainnya luka ringan akibat kecelakaan tersebut. Sejauh ini, pemerintah dan PT KAI menyatakan bahwa musibah itu lantaran kelalaian masinis KA Empu Jaya Suwanto, yang turut tewas dalam tragedi mengenaskan tersebut.

Tak ada yang menyangka bakal terjadi peristiwa tragis yang menelan puluhan korban tewas tersebut. Apalagi, saat itu sebagian besar penumpang KA Empu Jaya jurusan Jakarta-Yogyakarta sedang terlelap, di tengah udara pagi yang dingin. Kondisi ini juga dialami sebagian penumpang yang terpaksa duduk berhimpitan di lorong gerbong serta sambungan kereta.

Ironisnya, sebagian besar penumpang tak menyadari maut sedang mengintai dan mengusik tidur mereka. Saat kereta memasuki Stasiun Kejaksaan Cirebon, masinis yang mengantuk itu tak mengindahkan sinyal larangan. Tak pelak, kereta naas itu menghantam keras lokomotif Cirebon Ekspres yang sedang langsir --mengatur sambil menggandeng-gandengkan gerbong. Musibah pun terjadi, sejumlah korban tewas seketika dan puluhan lainnya tergencet di sela-sela gerbong.

Menurut seorang petugas stasiun, sebenarnya sinyal berhenti telah dinyalakan, namun sang masinis tetap memacu laju keretanya. Ia mengungkapkan, saat benturan keras itu KA Empu Jaya langsung terguling. Ketika itulah sekian puluh penumpang langsung meregang nyawa. Sementara para penumpang yang selamat segera berhamburan keluar. Warga sekitar yang melihat kejadian itu segera menolong mereka yang bisa diselamatkan.

Dengan susah payah, para petugas stasiun dan warga sekitar mengevakuasi korban. Soalnya, sebagian korban terjepit di antara bongkahan kereta. Saat evakuasi masih berlangsung, Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi Agum Gumelar beserta Direktur Utama PT KAI Badar Zaini meninjau lokasi. Mereka menyimpulkan sebab musabab kecelakaan itu lantaran human error atau kelalaian masinis. Biasanya, bila terbukti bersalah, pegawai bersangkutan bakal dipecat. Namun apa daya, ternyata yang membuat salah turut menjadi korban.

Selanjutnya para petugas membawa para korban ke Rumah Sakit Gunung Jati, RS Ciremai, dan RS Pelabuhan. Berikut nama 12 korban meninggal yang terindentifikasi, yakni Supriatin (28) Desa Beji Ujung-Kebumen, Parwono (40) Desa Pasuruan-Kebumen, Amat Sopan (45) Desa Kaligintung-Kulon Progo, Yogyakarta, Dra. Musran (35) Pondok Kopi, Jaktim, Rudiyem (50) Kaligintung-Yogyakarta, Nugroho Sulistio (21) Kramat Pulo-Jakarta Pusat, Pitono Agung (21) Pondok Raya, Bekasi. Selain itu, Suwardi (40) alamat tak diketahui, Suwanto (54) masinis KA Empu Jaya, Sudarto (40) asisten masinis, Ipuk atau Budi Larasati (40) Taman Trijaya, Bekasi, Fitri Asiari (18) Kampung Pulo Gundul-Jakpus, dan seorang bayi. Sedangkan 27 korban tewas lainnya belum terindentifikasi.

Dampak kecelakaan itu, sejumlah pemberangkatan kereta melalui Stasiun Cirebon menjadi terhambat. Bahkan, jalur utara kereta menjadi terhambat dan mengalami pengalihan selama beberapa jam. Misalnya, tiga kereta kelas bisnis tujuan Jakarta, yaitu KA Tegal Arum, Fajar Bisnis, dan Tawang Mas, gagal diberangkatkan dari Stasiun Semarang, Jawa Tengah. Sedangkan KA Argo Muria jurusan Surabaya-Jakarta dialihkan ke jalur selatan, yakni melalui Purwokerto-Banjar-Jakarta.

Tak hanya itu, para calon penumpang kereta di Stasiun Tegal, Jateng, terpaksa harus mengantre cukup panjang di depan loket penjualan tiket. Sebab, jajaran PT KAI setempat mengembalikan uang seharga tiket kepada calon penumpang KA Arum, Fajar, dan Tawang Mas. Sementara itu, meski KA Argo Muria tetap berangkat melalui jalur selatan, para penumpang lebih memilih turun di Stasiun tersebut. Lantas, mereka melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus.

Sehubungan dengan musibah itu, Agum menyatakan bahwa departemennya belum merasa perlu melibatkan aparat kepolisian untuk menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut. Kendati begitu, jajaran Dephubtel beserta PT. KAI akan terus menyelidiki hal itu. Agum melanjutkan, berbagai faktor bisa menjadi penyebab tragedi itu. Karena itu, ia akan menyerahkan penyelidikan tersebut secara internal kepada Komite Nasional Kecelakaan Transportasi.

Berdasarkan catatan SCTV, selama tahun 2000 hingga 2001 terjadi empat kecelakaan serupa yang mengakibatkan lebih dari 60 jiwa melayang. Bahkan, musibah kali ini adalah yang terbesar sejak tragedi Bintaro yang menelan 151 orang tewas dan 174 cedera berat, 19 Oktober 1987. Saat itu musisi Iwan Fals sempat merekam peristiwa tersebut dalam lagu berjudul 1910. Seakan menyindir, Iwan melantunkan sejumlah bait tentang tragedi tersebut.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.