Sukses

Yayasan Adikaka, Mendidik Komunitas <i>Underground</i>

Phaerly Maviec Musadi memiliki basis usaha sendiri yang beromzet Rp 100 juta per bulan. Dana itu lalu digunakan bagi sebuah yayasan pendidikan dan pengembangan anak-anak serta remaja undergroud.

Liputan6.com, Bandung: Citra Keras, Kasar, dan negatif lainnya selama ini akrab dengan komunitas underground. Citra yang kadang terbukti, seperti kericuhan konser musik di Bandung, Jawa Barat, awal tahun ini, yang menelan korban. Tapi dari kota yang sama pula, muncul upaya pembersihan stereotip komunitas underground. Bahkan lebih dari itu, berkembang aksi sosial berbasis bisnis kaos ala distro dengan omzet penjualan Rp 100 juta per bulan.

Penggagasnya Phaerly Maviec Musadi. Pria yang semasa remaja harus sembunyi-sembunyi menggemari musik underground itu kini menemukan keberanian untuk muncul di permukaan. Bahkan, jalan hidupnya kini semata untuk membantu anak-anak underground berekonomi lemah.

Inovasi Phaerly ini diganjar dengan Danamon Award 2008. "Kalau mau hidup enak, kita harus bisnis," kata pria yang tak lulus bangku kuliah ini. Dengan modal Rp 225 ribu, Phaerly merintis usaha pembuatan kaos dan pernak-pernik grup band underground. Sukses, dana pun mengalir bagi Yayasan Adikaka yang didirikan Phaerly pada 2006.

Menurut Phaerly, tujuan yayasan ini menghilangkan komunikasi atau culture gap yang ada antara orangtua dan anak. "Saya selalu dianggap negatif karena culture gap itu. Dan itu bisa terjadi antara saya dan anak saya," ucap Phaerly. Yayasan Adikaka punya dua program, yaitu kampanye bermain untuk orangtua dan tempat bermain gratis buat anak-anak ekonomi lemah.

Bermain untuk orangtua maksudnya meluangkan waktunya bermain bersama anak-anak selama 15 menit sehari. Sedangkan yang kedua, anak-anak dapat bermain gratis dan difasilitasi tapi dengan tiga syarat. "Jaga kebersihan, jaga antrean, dan jangan ngomong anjing," kata Phaerly. "Dan mereka juga harus punya cita-cita."

Setiap hari, Phaerly terlibat langsung dalam desain dan pembuatan produk sambil mendidik anak-anak yang tergabung di yayasan. Tujuan hidup Phaerly kini mengembangkan usaha dan yayasan. Tampaknya, si mantan remaja underground sudah menemukan identitas dirinya. Tetap sebagai seorang anak underground. "Saya hanya kepanjangan tangan saja, mereka yang berkaya," ucap Phaerly.(BOG/Teguh Dwi Hartono)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini