Sukses

Bocah Tunanetra dan Pertandingan Catur

Seorang bocah tunanetra berupaya membuktikan kemampuannya dalam lomba catur SLB Junior tingkat nasional di Jakarta. Bagi Fakhri, keterbatasan penglihatan bukan berarti tak bisa mengukir prestasi.

Liputan6.com, Jakarta: Fakhri Ahmad Triadi, bocah penyandang tunanetra asal Riau, terpilih sebagai peserta lomba catur Sekolah Luar Biasa (SLB) Junior Tingkat Nasional. Kompetisi yang perdana di Indonesia itu digelar di Jakarta, belum lama ini.

Bocah delapan tahun itu mengalami gangguan penglihatan sejak menjalani operasi kista pada otak, tiga tahun silam. Hal itu sempat membuat Fakhri depresi, bahkan putus asa. Namun, berkat dorongan sang bunda, Fakhri akhirnya bangkit dari keterpurukan dan terpacu untuk berprestasi di bidang olahraga catur.

Saat kompetisi tersebut, Fakhri terlihat santai saat bertanding melawan pesaingnya yang berusia 23 tahun. Namun Fakhri tetaplah seorang bocah dengan keluguannya. Itu terlihat saat ia membawa ular karet dalam pertandingan. Menurut Fakhri, ular mainan itu untuk menakut-nakuti lawannya. Tentu hal itu membuat sang ibu harus memberi pengertian bahwa pesaing Fakhri juga penyandang tunanetra.

Keluguan khas bocah makin terlihat saat SCTV mengundang Fakhri dalam acara dialog Liputan 6 Pagi, Jumat (8/8). Ketika diwawancarai, Fakhri mengaku tertarik dengan permainan catur karena arahan orangtua. "Mama nyuruh aku main catur akhirnya aku main di sekolah," kata Fakhri. Meski begitu, ia mengaku senang dan bertekad menjadi pecatur tunanetra yang handal.

Saat diminta menceritakan jalannya pertandingan, Fakhri mengatakan hasilnya remis sebanyak tiga kali. Keesokan harinya, imbuh Fakhri, pesaingnya menolak tawaran remis padahal Fakhri memprediksi hasilnya demikian. Karena hal itu, Fakhri kemudian mengaku lelah dan melarikan diri dari jalannya pertandingan. "Aku udah kecapekan, jadi kabur aja" ucap Fakhri.

Selain catur, Fakhri juga mengaku hobi bermain drum. Bahkan, ia bertekad menang di lomba catur demi membeli sebuah drum impiannya. "Kalo menang kan aku dapat lima juta dari Diknas (Departemen Pendidikan Nasional), bupati dan camat serta 10 juta dari Pemerintah Tanjung Pinang," ucap Fakhri.

Menurut Fakhri, kini ia menggantungkan cita-cita menjadi master catur dan penggebuk drum terkenal. Bagi bocah tersebut, permainan catur bisa mengasah kemampuan berpikirnya dalam bidang ilmu pasti. Adapun kompetisi catur yang diikuti 25 peserta itu adalah program dua tahunan. Rencananya, pemenang lomba akan mengikuti pertandingan serupa tingkat internasional pada tahun 2009 [baca: Fakhri Ingin Menjadi Master Catur].(IKA/Tim Liputan 6 SCTV)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.