Sukses

Tuntutan Pembubaran FPI Kian Marak

Unjuk rasa anti-FPI masih marak di berbagai daerah. Di Pekalongan, Jateng, ribuan orang tak hanya turun ke jalan, tapi juga menyambangi rumah Ketua FPI setempat. Sedangkan di Banyumas, massa menggelar apel siaga sebagai tanda kesiapan mereka diberangkatkan ke Jakarta menghadapi anggota FPI.

Liputan6.com, Pekalongan: Gelombang aksi menentang keberadaan Front Pembela Islam masih marak di berbagai daerah. Di Pekalongan, Jawa Tengah, misalnya. Jumat (6/6), ribuan orang tak hanya turun ke jalan. Mereka juga menyambangi rumah Ketua FPI setempat.

Diawali orasi di depan Masjid Agung, usai salat Jumat ribuan orang turun ke jalan-jalan utama di Kota Pekalongan, sembari meneriakkan tuntutan pembubaran FPI. Rute perjalanan kemudian diarahkan ke rumah Ketua FPI Pekalongan Abu Ayaz di Kelurahan Panjang.

Namun belum lagi sampai, gerakan massa dihadang aparat kepolisian. Polisi akhirnya mengizinkan massa melintasi wilayah Panjang setelah mereka berjanji tak akan bertindak anarkis. Karena polisi menjaga ketat setiap jalan menuju rumah pimpinan FPI, massa hanya bisa berorasi di depan gang kediaman Abu Ayaz. Rumah Abu Ayaz sendiri sejak demonstrasi anti-FPI marak, ditinggalkan penghuninya dan dijaga sejumlah polisi.

Sementara di Banyumas, Jateng, ratusan orang menggelar apel siaga di Kantor Nahdlatul Ulama setempat. Selain mengecam tindakan FPI, mereka menyatakan siap diberangkatkan ke Jakarta untuk membubarkan FPI. Mereka juga menyempatkan diri untuk membakar foto Habib Rizieq Shihab dan Munarman. Dua tokoh FPI yang mungkin saat ini menjadi orang paling mereka benci.

Demonstrasi menuntut pembubaran FPI juga terjadi di depan Kantor DPRD Bone, Sulawesi Selatan. Menurut pengunjuk rasa, organisasi massa itu harus dibubarkan karena cara-cara kekerasan yang dipilih selama ini dinilai merusak citra Islam yang sebenarnya mengajarkan perdamaian.

Pun demikian sikap Komite untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras). Mereka menyatakan dalih FPI di balik kebrutalan di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Ahad silam, dengan alasan keberadaan Ahmadiyah yang tak kunjung dibubarkan pemerintah dianggap tidak tepat.

Koordinator Kontras Usman Hamid mengatakan, alasan yang disampaikan FPI itu mengada-ada dan sengaja mengalihan isu. Sebab, tindakan kekerasan dan berdalih keberatan dengan eksistensi Ahmadiyah adalah dua pokok permasalahan yang berbeda. Kontras pun memuji cara kerja polisi dalam memproses hukum pelaku kekerasan. Usman juga meminta polisi bersikap tegas dan memberikan hukuman untuk memberikan efek jera.

Kendati gelombang unjuk rasa anti-FPI marak, sejumlah organisasi massa justru mendukungnya. Forum Umat Islam (FUI), misalnya. Mereka menyatakan dukungannya kepada FPI, Jumat siang, mereka menggelar tablig akbar yang dihadiri sekitar seratus orang di Masjid Al-Azhar, Jakarta Selatan [baca: Soal FPI, FUI Nilai Polisi Berlebihan].

Tablig akbar ini diisi ceramah dari para tokoh Hizbut Tahrir Indonesia, Gerakan Persaudaraan Muslim, dan sejumlah ormas Islam lainnya. Di penghujung acara, FUI mengumpulkan dana untuk disumbangkan kepada anggota FPI yang hingga sekarang masih ditahan.

Sementara di Petamburan, Jakarta Pusat, Jumat siang, ratusan perempuan dari Mujahidah FPI meminta Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Polisi Adang Firman segera membebaskan Habib Rizieq Shihab dari tahanan Polda Metro Jaya. Mereka sekaligus mengecam pihak kepolisian yang menahan Ketua Umum FPI itu di ruangan tahanan narkotik. Mereka juga menuntut agar Ahmadiyah dibubarkan.

Mereka bertekad terus menggelar demonstrasi, terutama bila aparat kepolisian juga tak mengusut Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) sebagai pihak paling bertanggung jawab dalam peristiwa yang mengakibatkan Rizieq Shihab ditahan.

Sedangkan di Palembang, Sumatra Selatan, pengunjuk rasa dari Front Garda Bangsa dan Partai Kebangkitan Bangsa membakar boneka kertas Rizieq Shihab sebagai sikap kekecewaan mereka kepada Ketua Umum FPI itu. Mereka mensinyalir Rizieq Shihab merupakan aktor di balik insiden Monas. Selain mendesak proses hukum dilakukan terhadap Rizieq, demonstran juga meminta FPI dibubarkan. Pemrotes menilai aksi kekerasan oleh massa FPI telah merusak citra Islam sebagai agama yang cinta perdamaian.

Lain lagi kejadian di Jember, Jawa Timur. Usai membubarkan diri beberapa hari lalu, FPI Jember kembali mendeklarasikan diri di Pondok Pesantren Nurul Mukmin di Desa Jati Koong, Jember. Alasannya, langkah pembubaran diri itu tak sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) organisasi [baca: FPI Jember Minta Maaf].

Deklarasi pengurus baru FPI Jember dipersiapkan sejumlah santri Ponpes Nurul Mukmin di antaranya dengan papan nama dan umbul-umbul. Sementara sejumlah simpatisan FPI, termasuk salah seorang anggota Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Ambulu, Jember, juga sudah hadir.

Dalam pertemuan itu, mereka menyatakan pembubaran FPI Jember beberapa hari lalu tak sesuai prosedural dan terkesan dipaksakan. Atas dasar itulah, mereka didesak sejumlah kiai untuk kembali mendeklarasikan FPI. Sedangkan Ketua GP Ansor Jember Babun Hariyanto menyayangkan sikap polisi yang tidak proaktif karena tidak menindak deklarasi FPI tanpa izin tersebut.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.