Sukses

Demonstrasi Mahasiswa Semarang Berakhir Bentrok

Gelombang protes menolak kenaikan harga BBM masih muncul di sejumlah daerah. Di Semarang, Jawa Tengah, unjuk rasa diwarnai bentrok antara mahasiswa dan polisi. Adapun Kapolri mengancam akan menindak tegas mahasiswa yang bertindak anarkis.

Liputan6.com, Semarang: Bentrokan kembali mewarnai unjuk rasa menentang rencana kenaikan harga bahan bakar minyak. Di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (23/5), puluhan mahasiswa yang menolak kenaikan harga BBM terlibat baku hantam dengan aparat kepolisian. Bentrokan ini dipicu pelemparan batu ke dalam Kantor DPRD Jateng oleh mahasiswa.

Bahkan, sejumlah mahasiswa yang tertangkap tak luput dari pemukulan dan tendangan polisi. Ada delapan mahasiswa yang ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Sementara, puluhan mahasiswa yang mencoba menghadang mobil polisi tak bisa menahan teman mereka dibawa ke Markas Kepolisian Resor Semarang Selatan.

Di Bandung, Jawa Barat, mahasiswa menggelar aksi menolak kenaikan harga BBM dengan membakar ban bekas di depan Gedung Sate. Akibat aksi ini polisi terpaksa mengalihkan jalan untuk menghindari kemacetan. Aksi mahasiswa ini sudah berlangsung sejak kemarin.

Sementara di Medan, Sumatra Utara, mahasiswa memprotes rencana kenaikan harga BBM dengan turun ke jalan. Puluhan mahasiswa berkonvoi dan berjalan kaki melawan arus kendaraan di jalanan pusat kota. Alhasil, lalu lintas macet total karena mereka berjalan melawan arah. Mahasiswa menuntut pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla membatalkan rencana kenaikan harga BBM yang dampaknya akan memberatkan masyarakat.

Dalam sebulan terakhir, gelombang protes menolak kenaikan harga BBM marak di sejumlah daerah. Tak jarang, unjuk rasa tersebut berujung dengan kericuhan dan bentrokan. Menjelang pengumuman kenaikan harga BBM, bentrokan antara mahasiswa dan polisi pun kerap terjadi.

Kericuhan saat berunjuk rasa seperti terjadi di depan Kampus Universitas Sahid, Jalan Supomo, Jakarta Selatan. Saling dorong antara polisi dan pengunjuk rasa terjadi setelah polisi hendak menggagalkan upaya mahasiswa yang ingin membakar ban bekas di tengah jalan. Lima mahasiswa pun ditahan dalam peristiwa ini.

Demonstrasi menentang rencana kenaikan harga BBM yang telah cenderung anarkis pun disesalkan Kepala Polri Jenderal Polisi Sutanto. Bahkan, Kapolri mengancam akan menindak tegas mahasiswa yang bertindak anarkis. Ketua DPR Agung Laksono mendukung langkah Polri. Hanya saja, ia meminta agar penanganan terhadap unjuk rasa mahasiswa tidak diterapkan secara berlebihan.

Sementara itu, sekitar dua ratus mahasiswa berbagai universitas menggelar demonstrasi menuntut pembebasan 20 rekan mereka yang ditahan di Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya. Buat menghindari kemacetan panjang, polisi membiarkan para mahasiswa berunjuk rasa di halaman Mapolda Metro Jaya.

Dua puluh mahasiswa yang sudah ditetapkan sebagai tersangka itu ditangkap usai berdemonstrasi di seberang Istana Merdeka, Jakarta Pusat dan di depan Kampus Mercubuana, Selasa dan Rabu silam. Kendati begitu, polisi menyatakan tetap akan menahan mereka. Bahkan, seorang di antara mereka terancam dikenai Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Senjata api dan Bahan Peledak dengan ancaman di atas 15 tahun penjara. Ia kedapatan membawa bom molotov [baca: Dua Puluh Demonstran Masih Ditahan].(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini