Membangun Semangat Anak-anak Korban Tsunami

Liputan6.com, Jakarta: Tsunami menerjang tanpa mengenal siapa korbannya. Anak-anak pun kerap menjadi korban dalam setiap bencana. Prihatin dengan masa depan anak-anak korban tsunami yang kehilangan sanak saudara tercinta, Draga Rangkuti tergerak mendirikan sekolah bagi mereka.

Di Sekolah Fajar Hidayah, ratusan siswa korban tsunami menggantungkan cita-cita pendidikannya. Bukan hanya itu, gizi siswa korban tsunami pun diperhatikan. Kini, trauma anak-anak keganasan tsunami sedikit terobati. Keceriaan mulai terlihat di wajah para anak didik Draga Rangkuti.

Selain di Banda Aceh, bocah korban tsunami pun ditampung di Sekolah Fajar Hidayah di Kota Wisata Cibubur. Draga Rangkuti awalnya mendirikan sekolah hanya bermotif bisnis. Namun sejak bencana tsunami melanda Aceh pada 2004, Draga menampung lebih 100 anak korban gelombang tsunami.

Pilihan Draga menikah di usia 36 membuatnya harus menanggung risiko rawan punya keturunan. Tiga kali mengalami keguguran, dokter akhirnya mengangkat rahimnya pada 2004. Mengasuh anak-anak korban tsunmai sekaligus sebagai pelipur lara atas kegagalannya tak bisa memiliki keturunan.

Namun memang butuh kesabaran berlipat ganda mengasuh anak yang trauma pascabencana. Sekolah serta asrama gratis dibangun untuk menjamin pendidikan anak. Meski peran orangtua kandung tidak tergantikan tetapi mereka mendapatkan ilmu serta belajar menjadi mandiri untuk bekal nanti.

Membantu korban tsunami untuk terus berdiri tegak bukanlah tugas ringan. Selain memberikan pendidikan memadai, semangat para anak korban tsunami juga harus terus digelorakan supaya bisa menggapai masa depan yang lebih baik.(JUM/Anastasya Putri dan Edison Simarmata)