Sukses

Widodo Sutiyo, Pendamping Setia Pak Harto

Widodo Sutiyo selama 30 tahun setia mendampingi Pak Harto menjadi penerjemah saat menerima tamu-tamu negara. Pekerjaan Widodo tidak ringan karena dia harus bisa menjaga rahasia negara.

Liputan6.com, Jakarta: Mantan Presiden Soeharto banyak memiliki pendamping setia. Apalagi saat Pak Harto masih menjabat sebagai Presiden. Salah satunya adalah Widodo Sutiyo. Pria ini adalah penerjemah Pak Harto saat menerima tamu-tamu negara. Karena itu, tak heran tempat duduk Widodo disediakan secara khusus selalu di antara Pak Harto dan tamunya.

Widodo mengaku menjadi penerjemah Pak Harto secara kebetulan. Saat itu Sekretariat Negara membutuhkan orang dari Departemen Luar Negeri yang menguasai bahasa asing. "Dengan mendadak, tanpa ada presentasi apa-apa saya diminta ke Istana untuk mendampingi Pak Harto," kata Widodo.

Sejumlah album foto kenangan menjadi saksi kiprah Widodo yang telah 30 tahun mendampingi Pak Harto sebagai penerjemah. Karir sebagai diplomat pun harus ia pendam karena Pak Harto tetap menginginkannya sebagai penerjemah.

Menjadi saksi pembicaraan antara kepala negara tentu saja bukan tugas ringan. Ini karena dia harus bisa menjaga rahasia negara yang mungkin para menteri Pak Harto pun tidak ada yang mengetahui. "Satu kalimat pun tidak akan keluar dari mulut saya," ujar Widodo.

Tapi, Widodo membuka sedikit rahasia. Ternyata Pak Harto juga lancar berbahasa Inggris. Namun, untuk tugas kenegaraan fungsi ini tetap diberikan kepadanya.

Seolah menjadi pengetahuan umum, orang dekat Pak Harto saat Orde Baru pastilah berlimpah fasilitas. Namun, anggapan ini dibantah Ery Sugiharto, putra Widodo. Menurut dia, ayahnya tidak meminta keiistimewaan seperti itu. "Dia hanya menjalankan amanah sebagai penerjemah," kata Ery. Salah satu penghargaan yang diterima Widodo yang masih dikenangnya adalah beberapa bintang jasa atas pengabdiannya.

Pada bagian lain, Widodo sempat menceritakan ekpresi Pak Harto ketika Jakarta terbakar akibat kerusuhan. Ketika itu Widodo berada di samping Pak Harto di atas pesawat sepulang dari lawatan ke Mesir. Menurut dia, meski Pak Harto terlihat sangat sedih tetapi tetap berusaha tenang. "Pak Harto orangnya tenang tidak pernah menunjukan emosi," kata Widodo.

Mundurnya Pak Harto dari jabatan Presiden, Mei 1998 tidak berarti karir Widodo juga berakhir. Widodo kembali bertugas di Deplu. Baru pada 2000 cita-citanya sebagai diplomat terwujud dengan menjadi Duta Besar Indonesia di Vatikan.

Saat Pak Harto masih berjuang melawan penyakitnya, kenangan Widodo terus melayang mengenang aktivitasnya menemaninya berdiplomasi di dalam dan luar negeri. Dengan menjunjung tinggi profesionalitas, rahasia negara dan kenangannya bersama Pak Harto tetap disimpannya rapat-rapat.(IAN/Teguh Dwi Hartono)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini