Sukses

Myanmar Dituduh Merekrut Bocah Jadi Tentara

Kelompok pengamat HAM yang berbasis di New York, AS, menuduh Myanmar telah merekrut anak-anak di bawah umur untuk menjadi anggota tentara. Di antara mereka ada yang baru berusia sepuluh tahun.

Liputan6.com, New York: Kelompok pengamat Hak Asasi Manusia, Human Right Wacth, belum lama ini menyatakan, junta militer Myanmar sengaja merekrut anak-anak di bawah umur untuk dijadikan tentara. Dalam laporannya yang berjudul Sold to be Soldier, anak-anak tersebut dipaksa dan diancam agar bersedia didaftarkan menjadi tentara.

Laporan yang dibuat kelompok yang berbasis di New York, Amerika Serikat ini berdasarkan penyelidikan di Myanmar juga di Thailand, dan Cina. Laporan juga merinci peran pemerintah dan kelompok bersenjata di luar pemerintah dalam mendaftarkan anak anak ke dalam militer secara ilegal.

Menurut Jo Becker, Direktur Advokasi Hak Anak di Human Right Watch mengatakan, anak-anak di Myanmar diperlakukan layaknya seperti komoditi. Mereka diperjualbelikan secara terbuka dan telah berlangsung beberapa dekade. Bahkan, ada yang dibawa militer untuk ditukar dengan uang atau barang.

Saat ini ribuan anak di Myanmar menjadi anggota militer. Di antara mereka ada yang baru berusia sepuluh tahun. Umumnya, setelah 18 pekan pelatihan anak-anak ini langsung dikirim ke medan tempur.

Terkait dengan itu, Human Right Watch mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa segera menjatuhkan sanksi pada Myanmar karena telah melanggar hukum internasional. Namun, tudingan ini dibantah Ye Htut, Deputi Direktur Jenderal Kementerian Informasi Mynamar. Menurut dia, laporan tersebut bias.

Sementara itu, radio dan televisi Democratic Voice of Burma, melaporkan ratusan biksu Budha kembali berunjuk rasa di Pakokku, Myanmar utara selama hampir satu jam. Pakokku yang terletak 630 kilometer dari Yangon mempunyai lebih dari 80 biara. Daerah merupakan pusat belajar bagi para biksu sekaligus lokasi pertama unjuk rasa biksu bulan silam yang kemudian menyebar hingga ke Yangon [baca: Aksi Antipemerintah Myanmar Terus Berlanjut].(IAN)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.