Sukses

Malaysia "Merebut" Kekayaan Indonesia

Malaysia mematenkan sejumlah produk dan kebudayaan asli Indonesia sebagai miliknya. Setelah lagu Rasa Sayange, pemerintah Negeri Jiran juga mengklaim kepemilikan angklung dan rendang.

Liputan6.com, Jakarta: Kontoversi lagu Rasa Sayange yang digunakan untuk promosi wisata Malaysia belum berakhir. Bahkan, pemrintah Negeri Jiran telah mematenkan lagu tersebut. Padahal, masyarakat Indonesia mengenal Rasa Sayange sebagai lagu daerah Maluku.

Menteri Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Malaysia Datok Seri Doktor Rais Yatim seperti dikutip harian The Star menyatakan Indonesia tak akan bisa membuktikan pencipta Rasa Sayange. Guna menghindari kasus tersebut tidak terulang, pemerintah tengah menginventarisir berbagai produk kekayaan intelektual bangsa. Termasuk Rasa Sayange untuk didaftarkan dan dipatenkan oleh negara [baca: Pemerintah Akan Menginventarisir Lagu Indonesia].

Bukti-bukti dicari untuk mendukung klaim Indonesia terhadap Rasa Sayange. Pakar telematika Roy Suryo menemukan tembang itu dalam film dokumenter tentang kehidupan di Batavia atau Jakarta antara 1927 hingga 1940 berjudul Insulide Zooals Het Leeft en Werkt. Rekaman asli film ini tersimpan di Gedung Arsip Nasional, Jakarta Selatan. Lagu Rasa Sayange juga pernah direkam perusahaan rekaman negara Lokananta di Solo, Jawa Tengah pada 1962 bersama sejumlah lagu lainnya [baca: Rasa Sayange Sudah Direkam Tahun 1962].

Penemuan kedua bukti tersebut menunjukkan Rasa Sayange sudah terdokumentasikan sejak 1940-an. Namun, Roy mengingatkan dalam membuktikan klaim lagu itu, Indonesia tidak terjebak oleh permainan Malaysia.

Kasus Rasa Sayange menggugah kesadaran warga untuk peduli dan melindungi kekayaan budaya bangsa dengan cara mematenkannya agar tidak diklaim pihak lain. Pasalnya, tidak sedikit produk, budaya, dan karya anak bangsa dipatenkan pihak lain.

Malaysia juga mengklaim kepemilikian angklung, alat musik tradisional dari Jawa Barat. Pengakuan ini sangat mengagetkan pengelola Saung Angklung Udjo, Taufik Udjo. Padahal ia mengetahui dari orang tuang angklung berasal asli Tanah Pasundan. Meski dibayangi klaim Malaysia, Taufik bertekad membuktikan angklung merupakan kesenian Indonesia. Ia akan terus mengelola Padepokan Saung Angklung Udjo sekaligus memperkenalkan angklung di dalam maupun luar negeri.

Berbicara tentang angklung memang tak lepas dari nama Udjo Ngalagena. Maklum, jasa almarhum terhadap keberadaan musik tradisional asal Tanah Pasundan ini sangat besar. Dia mendirikan pusat pelatihan, pembuatan, dan pergelaran musik angklung. Tidak hanya membuat angklung terkenal di Tanah Air melainkan hingga mancanegara.

Sejak didirikan 40 tahun silam oleh Udjo Ngalagena, Saung Angklung Udjo menjadi salah satu benteng pelestari angklung. Padepokan seni ini senantiasa membuka pintu bagi setiap orang yang ingin belajar angklung, tidak terkecuali orang asing. Menurut Taufik Udjo, salah satu peminatnya adalah Malaysia. Selain mengimpor, Malaysia banyak mengirim warganya untuk belajar angklung.

Malaysia rupanya perlahan-lahan berniat menguasai semua produk Indonesia. Makanan khas Indonesia kini juga menjadi ajang pertikaian dalam masalah hak paten dengan pemerintah Negeri Jiran. Salah satunya rendang dari Sumatera Barat. Makanan asli Minangkabau ini telah dipatenkan Malaysia. Sayang, pemerintah Indonesia kurang cepat menanggapi masalah seperti ini. Rendang yang hendak dipatenkan Pemerintah Provinsi Sumbar sejak 2004 hingga kini belum terlaksana.

Saat menikmati rendang, mungkin tidak terbayangkan proses panjang pembuatannya. Jika berniat memasak rendang Anda harus menyediakan waktu tiga hingga empat jam. Waktu yang lama memang membuat rendang semakin gurih. Ada satu kiat menghasilkan rendang yang gurih dan lezat yaitu menggunakan kayu untuk memasaknya. Bara api dari kayu memang membuat proses memasak menjadi lebih lama. Namun, ini membuat bumbu rendang semakin meresap ke daging. Makanan tradisional ini memiliki empat bahan utama yaitu daging, santan kelapa, cabe dan bumbu.

Dalam budaya Minang rendang memiliki tempat terhormat. Pada upacara pengukuhan seorang datuk, sang pemimpin adat harus menghidangkan rendang. Sayang, hidangan lezat yang biasa disajikan ketika Lebaran ini direbut negara lain, yaitu Malaysia.(RMA/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini