Sukses

Blawong, Identitas Jawa yang Mulai Dilupakan

Masyarakat Jawa mulai melupakan Blawong sebagai bagian dari tradisi mereka. Dulu, orang Jawa meyakini Blawong mampu menambah kharisma dan pelengkap identitas mereka.

Liputan6.com, Yogyakarta: Banyak tradisi yang mulai dilupakan orang Jawa seiring dengan perkembangan zaman. Satu di antaranya "Blawong", tempat pajangan keris berbentuk segi yang terbuat dari papan berukir. Padahal, Blawong diperkirakan telah ada sejak Kerajaan Mataram dipimpin Sultan Agung, yakni sekitar tahun 1860. Demikian informasi yang diperoleh SCTV dalam pameran di Bentara Budaya, Yogyakarta, baru-baru ini.

Sebetulnya, bagi masyarakat Jawa, Blawong tak sekedar berfungsi sebagai tempat pajangan keris. Namun, lebih dari itu: bisa menambah kharisma bagi pemilik. Tak ayal, para pemilik keris di Jawa kerap menghiasi Blawong dengan ornamen-ornamen tertentu.

Ornamen ini seringkali menyiratkan makna-makna tertentu yang berkait dengan keris atau keinginan pemiliknya. Misalnya, tokoh-tokoh dalam wayang kulit dan klithik. Dari wayang kulit, tokoh yang banyak dipilih adalah Pandawa. Soalnya, sikap Pandawa melambangkan kebaikan dan kepahlawanan. Sedangkan dari wayang klithik, tokoh dalam cerita "Panji Asmara Bangun" yang sering kali menghiasi Blawong.

Selain menambah kharisma, Blawong juga dianggap sebagai pelengkap identitas masyarakat Jawa. Itu sebabnya, dulu, hampir disetiap dinding rumah masyarakat Jawa selalu memajang Blawong dengan dua keris terpasang secara vertikal. Bagi pemilik rumah, pajangan Blawong dan keris itu menujukan kalau si pemilik rumah telah memenuhi syarat sebagai wong jowo (orang Jawa).(AWD/Wiwik Susilo dan Mardiyanto)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.