Sukses

Malaysia Tetap Tak Meminta Maaf

Ketua DPR Agung Laksono meminta pemerintah menghentikan sementara kunjungan delegasi Indonesia ke Malaysia. Menegpora Adhyaksa Dault menyesalkan sikap Malaysia yang dinilai arogan.

Liputan6.com, Jakarta: Kasus penganiayaan Ketua Dewan Wasit Kontingen Karate Indonesia, Donald Luther Colopita berbuntut panjang. Ketua DPR Agung Laksono meminta pemerintah menghentikan sementara kunjungan delegasi Indonesia ke Malaysia. Departemen Luar Negeri juga memanggil Duta Besar Malaysia Datu Zainal Abidin pada Rabu (29/8).

Usai pertemuan, Dubes Malaysia menegaskan kembali pernyataan Menteri Luar Negeri Malaysia, Dato Seri Syed Hamid Albar, yang menyatakan rasa penyesalan atas pemukulan Donald oleh Kepolisian Diraja Malaysia. Namun, tak terucap sepatah pun permintaan maaf terhadap Indonesia.

Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault menyesalkan sikap Malaysia tersebut. Adhyaksa yang baru saja menengok Donald kembali mengecam Malaysia yang arogan. Demikian pula dengan mantan Ketua Umum PB Forki yang menilai pemerintah terlalu lunak.

Saat ini, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) menuntut kasus ini diproses secara adil. KOMI juga mengancam akan menarik seluruh atlet maupun kegiatan olahraga Indonesia yang diadakan di Malaysia jika sanksi yang diberikan tidak memenuhi rasa keadilan.

Donald ternyata bukanlah korban pertama kekerasan polisi Malaysia. Budiman Bachtiar Harsa, eksekutif sebuah BUMN di Jakarta mengirim e-mail tentang pengalaman pahit berwisata ke Malaysia.

Ketika tengah berjalan-jalan di tengah kota, Budiman tiba-tiba didatangi polisi berpakaian preman yang meminta dokumen dan menunjukkan kunci hotel. Budiman mengajak polisi ke hotel namun menolak. Polisi itu justru berkata, "Indon..don`t lie to us. Saya kurung kalian," tiru Budiman.

Budiman akhirnya bersepakat dengan polisi preman dan polisi berseragam yang datang belakangan menuju ke hotel. Namun polisi preman yang hampir memukul Budiman tadi sempat berkata, "If those Indon run, just shoot them," ujarnya sambil menunjuk istri Budiman.

Rupanya pengalaman pahit kebrutalan polisi Malaysia tak hanya dialami warga Indonesia. BBC pada 2005 memberitakan pelecehan seksual turis Cina oleh polisi wanita Malaysia. Dalam rekaman handphone itu terlihat turis wanita itu ditelanjangi dan diminta scot jump berkali-kali. Insiden ini sempat memicu protes keras dari pemerintah Cina.

Jika warga biasa saja diperlakukan kasar seperti itu, bagaimana dengan para tenaga kerja Indonesia. Yang legal dan ilegal seolah dianggap sama. TKI adalah pendatang haram. Imbauan Irene Fernandez agar pemerintah Indonesia bersikap tegas tampaknya perlu dipertimbangkan. Jika tidak, harkat martabat bangsa Indonesia dipertaruhkan [baca: Irene Fernandez: Tiada Ruang Menyuarakan Hak Pekerja].

Kasus Donald juga mengundang protes sejumlah pihak. Ratusan orang dari organisasi beladiri dan kepemudaan berunjuk rasa di Kedutaan Malaysia di Jakarta Selatan. Mereka mendesak Malaysia meminta maaf atas penganiayaan Ketua Dewan Wasit Kontingen Karate Indonesia, Donald Luther Colopita, oleh polisi Malaysia. Jika hingga 3 September belum meminta maaf, pengunjuk rasa akan merazia warga Malaysia di Jakarta [baca: Malaysia Didesak Meminta Maaf].

Aksi serupa dilakukan sejumlah organisasi kepemudaan dan karate di Pontianak. Mereka berdemonstrasi di Konsulat Malaysia di Jalan Sultan Syarif Abdurahman. Konsulat Jenderal Malaysia di Medan, Sumatra Utara pun tak luput dari aksi massa.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini