Sukses

Mewaspadai Permen Asal Cina

Kendati sudah dinyatakan berbahaya, permen asal asal Cina masih bebas diperdagangkan. Apalagi produk impor tersebut banyak disukai anak-anak padahal masih ada makanan buatan tangan yang lebih aman dikonsumsi.

Liputan6.com, Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) beberapa waktu silam mengumumkan tentang ditemukannya enam merek permen asal Cina yang positif mengandung formalin. Dua di antaranya adalah permen white rabbit dan black current [baca: BPOM: Enam Merek Permen Buatan Cina Berformalin].

Menurut Kepala BPOM, Husniah R. Thamrin, selain produk permen, BPOM juga menemukan pasta gigi berbahaya yang juga berasal dari Cina. Dari 13 pasta gigi itu empat di antaranya mengandung dietilen glikol yang sangat beracun. Senyawa kimia tersebut merupakan zat antibeku yang biasa digunakan sebagai pelarut. "Ternyata bukan kita saja yang mengalaminya," kata Husniah.

Awalnya, penemuan ini merebak dari Filipina. Pemerintah Filipina melarang impor sejumlah produk asal Cina menyusul ditemukannya formalin dalam permen dan sejumlah produk makanan. Selain itu juga ditemukan kandungan metal dalam sebuah merek pasta gigi.

Meski sudah dinyatakan berbahaya, kenyataannya produk-produk Cina itu masih beredar di pasaran. Ini berdasarkan hasil razia BPOM yang dilakukan di berbagai daerah. Di Padang, Sumatra Barat, misalnya. Ternyata masih banyak permen white rabbit yang masih bebas diperdagangkan. Bahkan ada yang diberi kemasan lagi seolah-olah seperti permen yang dibuat di dalam negeri [baca: Ditemukan, Permen asal Cina Diberi Kemasan Baru].

Namun, kondisi ini dipicu pula oleh lambatnya respon pejabat daerah terhadap temuan BPOM. Akibatnya produk-produk asal Cina yang dianggap berbahaya masih dijual bebas. Sejumlah pedagang mengaku tidak mengetahui bahwa produk tersebut tidak aman dikonsumsi.

Produk-produk terlarang tadi memang masih banyak dijumpai bahkan ada yang disukai anak-anak, seperti permen white rabbit. Padahal masih ada makanan buatan tangan yang juga sangat digemari mereka. Makanan yang rasanya merah dan manis ini bahkan aman untuk dikonsumsi. Namanya, gulali.

Kendati keberadaan gulali kini sudah tersingkir oleh berbagai produk permen modern, tapi masih ada saja penjual makanan ini. Salah satunya, Yandi warga Serang, Banten. Pagi itu dia mangkal di depan Taman Kanak-Kanak Artha Kencana, Serang. Saat waktu istirahat tiba sejumlah siswa segera berkerumun di sekitar Yandi untuk memilih gulali yang diinginkannya.

Namun apabila bentuk yang dicari tidak ada Yandi pun siap membuatkannya. Pertama ia mengambil satu bagian gulali selanjutnya dipilin dan dibentuk lingkaran. Kemudian ia menambahkan tangkai dan jadilah sebuah gulali berbentuk sepeda.

Berbagai bentuk gulali memang disediakan oleh Yandi. Tujuannya agar dagangannya menarik dan disukai anak-anak. Strategi itu memang terbukti berhasil. Begitu sekolah usai, Yandi melanjutkan berdagang dengan berkeliling kampung sebelum pulang menjelang sore ke rumah kontrakannya.

Yandi menutup harinya dengan beristirahat sembari menghitung uang yang berhasil ia kumpulkan. Hari itu Yandi memperoleh Rp 20 ribu, jumlah yang pas-pasan untuk menutup kebutuhannya.(IAN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini