Sukses

Malam Paskah di Katedral Berlangsung Khidmat

Ribuan umat Katolik menghadiri misa malam Paskah di Gereja Katedral yang dibawakan Romo Stefanus Broto Kartono. Suasana dalam gereja berlangsung khusyuk.

Liputan6.com, Jakarta: Gereja Katedral Jakarta tampak berbeda pada Sabtu (7/4) petang. Semua lampu di dalam gereja padam. Suasana hening. Itulah awal upacara cahaya atau prosesi penyalaan api baru sebagai perlambang kehidupan baru saat Yesus Kristus bangkit dari kematian di hari ketiga.

Prosesi penyalaan api baru dimulai dengan doa pemberkatan api dan lilin suci. Lilin dan api ini melambangkan Yesus sebagai penerang dunia. Seluruh umat yang hadir menerima api baru sebagai perlambang hidup yang baru dicurahkan dalam hati dengan membaharui janji Baptis.

Misa malam Paskah yang dibawakan oleh Romo Stefanus Broto Kartono berlangsung lancar. Ribuan umat Katolik menghadiri misa tersebut. Suasana dalam gereja berlangsung khusyuk. Pengamanan gereja juga terlihat normal.

Jauh dari keramaian Kota Kediri di Jawa Timur, terdapat sebuah gereja tua yang sudah berumur 73 tahun. Gereja di Desa Puhsarang ini dikenal pula sebagai Gereja Batu karena konstruksinya terbuat dari batu kali dan bata merah. Gereja Batu dibangun Hendricus MaClaine Port dan Pastor Humbertus Walters di atas lahan seluas 10 hektare semasa penjajahan Belanda.

Gereja ini memiliki arsitektur yang berbeda dengan gereja-gereja biasa. Pengunjung dapat melihat ukiran perpaduan budaya Jawa dan Buddha pada relief-relief di dinding dan meja altar. Semua masih asli dan dipertahankan sesuai bentuk semula. Relief umumnya menggambarkan kisah-kisah di Alkitab.

Konon, perekat batu-batu bangunan gereja ini menggunakan gula merah dan tetes tebu molase selain kapur dan batu gamping. Keunikan lainnya adalah reng dan usuk atap gereja yang terbuat dari kawat baja. Bahan ini memungkinkan genteng bergerak bila diembus angin kencang. Gereja ini juga dilengkapi dengan Gua Maria Lourdes replika gua serupa di Prancis.

Sejak 2000, kawasan ziarah Puhsarang memiliki fasilitas baru yakni columbarium, crematorium, dan mausoleum. Columbarium adalah tempat penyimpanan abu jenazah berupa loker-loker di dinding. Sedangkan mausoleum merupakan makam khusus uskup dan romo. Salah satu yang dimakamkan adalah abu mantan Uskup Surabaya Monsignor Yohannes Hadiwikarta.

Gereja ini menggelar misa tirakatan setiap malam Jumat Legi di pelataran Gua Maria Lourdes. Misa ini biasa diikuti ribuan umat Katolik dari berbagai daerah. Sebelum mengikuti misa, jemaat menggelar prosesi jalan salib. Prosesi kemudian dimulai dengan menyanyikan Derek Maria atau dalam Bahasa Jawa berarti Ikut Bunda Maria. Prosesi dilanjutkan dengan penggotongan patung Maria menuju gua sambil diiringi Salam Maria. Mengadaptasi tradisi masayarakat Jawa sebelum kedatangan Belanda, Misa Tirakatan dilengkapi iringan musik gamelan.

Setiap kali memasuki pekan Paskah, umat Kristiani kembali diingatkan akan pengorbanan Yesus menebus dosa manusia. Hiasan yang mengisahkan tentang perjamuan terakhir maupun jalan salib banyak terpajang. Salah satunya di Gereja Kepanjen. Tata interior yang indah dan hiasan berupa patung langsung menyambut. Berbagai penggalan cerita Alkitab menjadi tema patung-patung penghias dinding gereja. Cerita jalan salib yang mengisahkan kesengsaraan Yesus tampak terukir jelas.

Adalah Antonius Sunarto yang membuat patung-patung hiasan Gereja Kepanjen. Tak hanya itu, karya Sunarto juga menghiasi sejumlah gereja di Indonesia. Semua karya Sunarto bermula dari rumah sekaligus bengkel seni miliknya di kawasan Campurejo, Bojonegoro, Jatim.

Karier Sunarto bermula dari pematung honorer dengan penghasilan tak menentu. Semua itu berubah setelah dia mengerjakan pesanan patung dari sebuah gereja pada 1991. Pesanan demi pesanan pun datang dari berbagai gereja di Tanah Air di antaranya meja altar yang diambil dari kisah perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridnya. Dia juga pernah membuat tabernakel atau tempat untuk menyimpan hosti yang menyatu dengan salib Yesus.

Bagi Sunarto, membuat patung bukan sekadar mencari nafkah tapi juga sebagai bentuk pelayanan. Karena itu dia bekerja dengan hati dan iman. Setiap kali menegok ke belakang, Sunarto merasakan betul kasih Tuhan mengalir melalui pekerjaannya. Sunarto kini mempekerjakan 13 karyawan yang dididik dari nol. Dia juga menurunkan ketrampilan yang dimilikinya kepada anak-anaknya.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.