Sukses

Malari, Kerusuhan 33 Tahun Lalu Itu

Insiden Malari terjadi setelah mahasiswa menentang kunjungan PM Jepang Kakuei Tanaka ke Tanah Air. Kerusuhan meletup menelan 11 korban jiwa, ratusan luka-luka, dan menghancurkan ratusan bangunan.

Liputan6.com, Jakarta: Peristiwa Malari atau Malapetaka 15 Januari 1974 mencuat lagi setelah sejumlah aktivis yang dikoordinir Hariman Siregar memanfaatkan momen ini untuk berunjuk rasa. Dalam demonstrasi di Jakarta, Senin (15/1), mereka menyerukan pencabutan mandat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono [baca: Demonstrasi Mencabut Mandat SBY-JK Digelar].

Malari berawal dari unjuk rasa mahasiswa yang menentang kunjungan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka ke Indonesia. Mereka menolak kedatangan Tanaka karena ia dianggap akan menguatkan hegemoni modal asing, termasuk Negeri Sakura di Tanah Air.

Selain itu, ada tiga tuntutan mahasiwa yang mengemuka yaitu pembubaran asisten pribadi (aspri) Presiden Soeharto, salah satunya Mayor Jenderal Ali Moertopo, turunkan harga, dan berantas korupsi.

Kerusuhan pun kemudian meletup dan terjadi perusakan kendaraan bermotor, barang-barang buatan Jepang, dan sejumlah bangunan. Sebuah catatan menyebutkan, selain menelan 11 korban jiwa, 100 lebih luka-luka, 807 mobil, dan 187 sepeda motor rusak atau hancur, serta 144 bangunan rusak.

Usai Malari, Presiden Soeharto memberhentikan Soemitro sebagai Panglima Komando Operasi Pelaksanaan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) serta membubarkan aspri. Sejumlah demonstran ditahan, di antaranya Hariman Siregar,  Dorodjatun Kuntjoro-Jakti , dan Fahmi Idris.(MAK/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.