Sukses

Ruang Isolasi RS Persahabatan Penuh

Ruang isolasi RS Persahabatan, Jakarta Timur, yang hanya berkapasitas delapan orang telah penuh diisi pasien rujukan flu burung. Pihak rumah sakit berencana menyiapkan ruang tambahan.

Liputan6.com, Jakarta: Banyaknya pasien kasus flu burung yang dirujuk ke Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur, memunculkan masalah baru, Ahad (14/1). Rumah sakit ini hanya memiliki ruang isolasi berkapasitas delapan orang. Namun ruang yang dilengkapi dengan alat bantu pernapasan atau ventilator itu kini telah penuh diisi pasien. Walau demikian, pihak rumah sakit masih tetap akan menerima pasien rujukan H5N1 karena mereka akan menyiapkan ruangan tambahan [baca: Enam Orang Sekeluarga Diduga Flu Burung].

Sejauh ini kondisi delapan pasien yang dirawat di ruang isolasi dilaporkan stabil. Arif yang dinyatakan positif terjangkit avian influenza dirawat di ruang perawatan khusus. Sedangkan ayahnya, Yusuf akan diperbolehkan pulang dalam dua hari ke depan. Enam pasien yang berasal dari satu keluarga kondisinya juga membaik. Tapi pengamatan khusus diberikan kepada Muftah, pasien yang demamnya tak kunjung reda.

Di Bandung, Jawa Barat, pasien yang diduga terkena penyakit maut ini terus bertambah. Pasien terakhir yang dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung adalah Iis Sugiarti, warga Kampung Cimantar, Desa Cinta Karya, Sindangkerta, Kabupaten Bandung. Pelajar kelas tiga sekolah menengah atas ini dirujuk kemarin malam setelah menderita demam tinggi mencapai 40,5 derajat Celsius. Asep Sunjaya, ayah Iis mengatakan anaknya terjangkit demam sejak Sabtu siang.

Iis diduga terjangkit flu burung karena pernah kontak dengan 15 ayamnya yang mati dalam dua hari berturut-turut. Uji sampel petugas Dinas Peternakan menunjukkan unggas-unggas tersebut positif terkena avian influenza. Selain RS Persahabatan dan Hasan Sadikin Bandung, rumah sakit lain yang menjadi rujukan pasien flu burung adalah RSU Abdul Moeloek, Bandar Lampung, Lampung.

Sementara itu Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengakui kesulitan untuk melarang warga memelihara unggas di pemukiman karena belum adanya undang-undang dari pemerintah. Padahal untuk memutus mata rantai penyebaran virus flu burung adalah dengan memisahkan unggas dengan manusia. Sayangnya masih banyak warga yang memelihara unggas di lingkungan permukiman tanpa menerapkan keamanan memelihara unggas untuk kesehatan.

Beno, misalnya, warga Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Banten, ini tetap memelihara ayam. Ia bahkan membiarkan unggas-unggas tersebut bebas berkeliaran. Padahal di kawasan Beno tinggal sudah dua orang yang meninggal akibat positif flu burung yakni Ina Sholati dan Sri Wahyuni. Bahkan usai memegang unggas, Beno langsung mengambil piring untuk makan.

Lain lagi di kawasan Salemba, Jakarta Pusat. Penduduk yang menjadikan burung dara sebagai mata pencaharian menempatkan kandang di kawasan tempat tinggal. Kandang pun hanya dibersihkan sepekan sekali tanpa disinfektan. Selain itu, unggas hanya diberi suntikan obat dari pasar bebas.

Di Kelurahan Tiga dan Empat Ulu Palembang, Sumatra Selatan, warga yang takut tertular flu burung memusnahkan ayam yang mati mendadak. Tapi langkah ini tanpa menerapkan prosedur pemusnahan unggas flu burung seperti menggunakan sarung tangan dan masker. Malahan bangkai ayam dibuang begitu saja di Sungai Musi tanpa arahan dari petugas Dinas Peternakan setempat.(MAK/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini