Sukses

Sebagian Besar Dana Subsidi BBM Sudah Digulirkan

Pengalihan dana subsidi bahan bakar minyak sebesar Rp 800 miliar telah tersalur di atas 98 persen. Solar masih langka di Banjarmasin. Sudah sebulan Batam krisis minyak tanah.

Liputan6.com, Jakarta: Kenaikan harga bahan bakar minyak Oktober 2000 silam, telah menghemat dana subsidi BBM sebesar Rp 800 miliar. Duit itu telah disalurkan melalui tiga mekanisme, Program Dana Bergulir untuk Koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro, Program Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat Prasarana, serta Program Dana Tunai Bagi Penduduk Miskin. Hal tersebut dikemukakan Ketua Tim Pengarah Dana Subsidi BBM Deswandi Agusman di Jakarta, baru-baru ini.

Deswandi menyebutkan, selama tiga bulan, realisasi target penyaluran rata-rata di atas 98 persen. Tapi, angka tersebut semata-mata menggambarkan keberhasilan penyaluran dana dan belum bisa merekam kesuksesan program. Sebab, waktu penyaluran baru berlangsung tiga bulan. Kendala yang dihadapi, tambah dia, terutama terkait dengan jangkauan wilayah program yang luas dan sangat terpencil serta kondisi keamanan setempat.

Sementara itu, kelangkaan solar masih saja terjadi di Tanah Air. Kerawanan solar juga mulai dirasakan masyarakat Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sejak Sabtu silam, terjadi antrean panjang di hampir semua stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Para sopir dan mobil angkutan umum kesulitan mendapatkan pasokan solar yang juga terbatas. Akibatnya, banyak kendaraan yang terpaksa pulang tanpa bahan bakar.

Yani, petugas sebuah SPBU mengatakan, sebenarnya jatah solar yang diterima dari Pertamina setiap hari normal antara dua sampai tiga tangki atau sekitar 10 ribu sampai 15 ribu liter. Tapi, kenyataannya, tambah dia, jatah itu tetap saja tak mencukupi. Dia menduga, ada spekulan yang sengaja mencadangkan dan memperdagangkan solar ke luar kota pada perusahaan-perusahaan atau diselundupkan ke luar negeri.

Ternyata, kerawanan solar itu tidak hanya terjadi di Kota Banjarmasin. Namun, juga dikeluhkan warga kabupaten lain di Kalsel. Bahkan, dampak kelangkaan solar itu sudah dirasakan warga di pedalaman yang pasokan kebutuhan pokok mereka terus tersendat. Sementara itu, Pertamina Banjarmasin yang dikonfirmasi soal kelangkaan solar ini tak bersedia memberi keterangan.

Krisis bahan bakar juga terjadi di Batam. Penduduk di Pulau Batam kesulitan mendapatkan minyak tanah selama sebulan. Selain harganya meningkat Rp 2.500 per liter, minyak tanah juga sulit diperoleh. Akibatnya, penduduk di sejumlah kawasan perumahan seperti Batu Merah, Batu Ampar, dan Bengkong mengeluhkan peredaran minyak tanah bercampur solar yang menghitamkan periuk nasi.

Harga minyak tanah yang melangit membuat sebagian besar konsumen beralih ke kompor gas. Tapi, dua minggu terakhir, persediaan gas elpiji di sejumlah distributor mulai berkurang dan harganya naik Rp 500 per tabung. Kelangkaan ini menyebabkan pembelian minyak tanah dibatasi. Tiap keluarga dijatah dua liter dan mereka harus bersedia antre untuk mendapatkan minyak tanah. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Pertamina Batam memasok lebih dari 2 juta kiloliter minyak tanah per bulan. Namun, Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) setempat menyatakan pasokan tersebut masih kurang dari kebutuhan.(TNA/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini