Sukses

Kisah Tragis Pensiunan Serdadu

Warga Perumahan Vijaya Kusuma, Cibiru, Bandung, tersentak kaget setelah mengetahui Haji Andi meninggal karena dibunuh. Mereka lebih kaget karena mendengar istri korban berada di balik kasus ini.

Liputan6.com, Bandung: Akhir Maret silam, warga Kompleks Vijaya Kusuma, Kecamatan Cibiru, Bandung, Jawa Barat, dikagetkan dengan kabar meninggalnya Haji Andi M. Anwar. Semula warga menduga purnawirawan tentara ini meninggal karena sakit setelah terjatuh saat mengawasi tukang bangunan yang bekerja di rumahnya. "Waktu itu kakinya memang kelihatan bengkak," kata Yeti, tetangga korban.

Tapi warga merasa ada kejanggalan di balik kematian Haji Andi. Apalagi istri almarhum--sebut saja namanya Kirana--hanya sebulan sepeninggal suaminya sudah menikah lagi dengan laki-laki lain bernama Herman. Pernikahan kilat Kirana ini keruan saja melahirkan isu tak sedap. Berembus kabar bahwa Haji Andi meninggal bukan lantaran sakit tetapi dibunuh.

Teka-teki kematian Haji Andi akhirnya mulai terkuak ketika Dede, laki-laki paruh baya datang ke Kantor Kepolisian Sektor Pameungpeuk, Garut, Jabar. Kedatangan Dede sangat mengejutkan polisi yang bertugas saat itu. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek ini tanpa tedeng aling-aling mengaku sebagai pembunuh Haji Andi.

Pengakuan Dede ini segera dikonfirmasikan ke Markas Kepolisian Daerah Jabar. Tidak lama kemudian beberapa personel Satuan Reserse dan Kriminal Polda Jabar datang menjemput Dede. Mereka tak ingin desas-desus yang berkembang di tengah warga berkembang tak tentu arah.

Saat diperiksa Dede mengaku telah membunuh Haji Andi bersama lima orang temannya. Dede menyerahkan diri ke polisi lantaran dihantui perasaan bersalah. "Saya merasa berdosa dan menyesal setelah mendengar suara pengajian di sebuah masjid," kata Dede.

Namun polisi tak serta merta mempercayai begitu saja apa yang dikatakan Dede. Polisi kemudian bergerak ke beberapa wilayah di Garut untuk meringkus satu per satu nama yang diduga terlibat pembunuhan. Saat itu juga empat orang berhasil ditangkap polisi. Mereka adalah Asep, Hendy, Muslim, dan istri korban Kirana.

Untuk memastikan latar belakang kematiannya, polisi terpaksa membongkar makam Haji Andi. Sebenarnya saat akan dikuburkan sejumlah orang sempat heran melihat kondisi jenazah yang penuh luka. Menurut Rais, tetangga lainnya, muka korban terlihat hitam dan membengkak. "Kepalanya juga mengeluarkan darah," kata Rais.

Akhirnya misteri kematian Haji Andi yang sempat terpendam selama hampir lima bulan terbongkar. Menurut Kepala Satuan Operasi I Direktorat Reskrim Polda Jabar Ajun Komisaris Besar Polisi Wahyu Hadiningrat, kematian Haji Andi memang akibat pembunuhan yang direncanakan. Wahyu menambahkan, di tubuh korban ditemukan luka di bagian rusuk dan tulang belakang leher. "Namun korban tewas
setelah disekap dengan bantal," kata Wahyu.

Berdasarkan hasil pemeriksaan polisi terungkap pula masing-masing tersangka memiliki peran. Ada yang menjadi eksekutor. Ada pula yang sekadar mengantar ke tempat kejadian. Pembunuhan dilakukan Dede dan Asep. Sedangkan yang lainnya hanya berjaga-jaga di luar rumah. Sebuah bantal dan sepeda motor disita polisi untuk dijadikan barang bukti.

Yang cukup mengherankan adalah keterlibatan Kirana. Istri korban dicurigai bekerja sama dengan seseorang bernama Herman. Pria ini diduga menjadi kekasih gelapnya. Sampai saat ini laki-laki perantauan asal Palembang, Sumatra Selatan ini masih diburu polisi. Menurut pengakuan para tersangka, mereka diajak Herman membunuh Haji Andi dengan iming-iming uang. Semula dia ingin memakai dukun tapi urung dilakukan. "Mau berapa pun akan saya berikan," kata Dede mengutip ucapan Herman.

Pembunuhan terhadap Haji Andi dilakukan pada malam hari. Pemilihan waktu ini sengaja dilakukan karena keluarga dan korban pasti tengah tertidur. Dua eksekutor datang dan sudah ditunggu istri korban. Mereka sempat berbicang-bincang sambil menunggu kesempatan. Sementara Kirana sesekali mengecek keberadaan suaminya. Ketika korban diyakini sudah tertidur pulas, Dede dan Asep pun masuk serta langsung membunuhnya.

Menurut Wahyu, keterlibatan Herman memang berhubungan erat dengan Kirana. Meski belum diketahui siapa yang memiliki ide, tapi polisi berkeyakinan keduanya memiliki kepentingan untuk melenyapkan nyawa Haji Andi. "Mereka sempat berkomunikasi sebelum pembunuhan dilakukan," kata Wahyu.

Terungkapnya kasus pembunuhan Haji Andi tentu saja membuat warga Perumahan Vijaya Kusuma tersentak. Mereka tak pernah mengira korban yang semula diperkirakan meninggal lantaran sakit ternyata dibunuh.

Warga mengenal Haji Andi sebagai tetangga yang ramah. Korban adalah pensiunan tentara dengan pangkat terakhir pembantu letnan satu (Peltu). Belakangan meski tak lagi aktif dia ditugaskan di Detasemen Intel Komando Daerah Militer III Siliwangi, Jabar."Nggak nyangka kematiannya sangat tragis," kata Yeti.

Selain ramah, warga juga tak pernah melihat pasangan yang menikah delapan tahun silam itu terlibat konflik. Meski begitu, beberapa warga sebenarnya ada yang mengetahui hubungan Kirana dan Herman. Bahkan mereka sempat mengingatkan Haji Andi agar lebih berhati-hati. "Tapi almarhum hanya mengatakan biar saja saya ingin mati dengan tenang," kata Wiwin, warga lainnya.

Sementara, Kirana kini mesti menjalani hari-harinya di tahanan Polda Jabar. Ibu dua anak ini tak lagi bisa sebebas dulu mengurus bisnis butik dan mini market miliknya. Rumahnya juga sepi karena kedua anaknya sibuk sekolah dan kuliah sembari mengurus usaha yang dirintisnya.

Kirana mengaku sangat menyesali perbuatannya. Namun dia juga kecewa kepada Herman sang kekasih gelap yang telah menipunya. "Saya tak hanya ditipu tapi juga diancam akan dibunuh," kata Kirana.

Namun Kirana membantah telah selingkuh. Herman, kata dia, hanyalah teman bisnis yang sering diminta mendengar curahan hatinya. Kirana berharap Herman bisa segera tertangkap agar hukumannya bisa berkurang.

Ternyata tidak hanya Kirana yang kecewa kepada Herman. Muslim, sang kakak kandung juga menyatakan kekecewaannya. Muslim mengaku tak pernah mengetahui rencana pembunuhan yang diotaki Herman. Saat itu dia hanya meminjamkan sepeda motor. "Kenapa dia [Herman] tega memanfaatkan saudaranya. Saya sakit hati," kata Muslim.

Meski menyesal, para tersangka kini hanya bisa pasrah sambil menanti digelarnya persidangan. Mereka dituduh telah melanggar Pasal 340 Kitab Undang-undang Hukum Pidana tentang pembunuhan berencana. Ancaman hukumannya maksimal hukuman mati atau seumur hidup.(IAN/Tim Derap Hukum)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini