Sukses

Jepang dalam Kenangan Romusa

Solikun masih ingat betul saat dipukuli tentara Jepang saat menjadi romusa untuk pembangunan kereta api dan bandara di Pekanbaru, Riau. Hingga detik ini, Jepang tak meminta maaf, apalagi memberi uang kompensasi.

Liputan6.com, Pekanbaru: Indonesia memang "hanya" tiga setengah tahun dijajah Jepang. Namun penderitaan yang dialami rakyat Indonesia tak jauh berbeda dibandingkan dengan masa Belanda yang menjajah sekitar 350 tahun. Romusa atau kerja paksa adalah salah satu bukti nyata kekejaman Jepang. Kenangan pahit ini masih membekas di antara mantan romusa seperti Solikun. "Pukulnya sama bambu, dipukul di punggung," kata Solikun di Pekanbaru, Riau, baru-baru ini.

Dalam benak Solikun, akhir 1942 adalah bermulanya mimpi buruk bagi dia dan rakyat Indonesia. Jepang datang ke Indonesia dengan praktik kerja paksa yang diawali dengan dikumpulkannya tenaga sukarela oleh Sukarno. Saat itu, perwira Jepang menempati posisi yang lebih tinggi. Sementara tingkat rendah ditempati oleh orang Indonesia. Sulaiman adalah satu di antaranya. Pria berumur 96 tahun ini bertugas mengawasi romusa membangun rel kereta di Simpang tiga, Pekanbaru.

Selama tiga bulan menjadi romusa, Solikun menuturkan ia juga ikut membangun bandar udara untuk Jepang di Pekanbaru. Pahit getirnya menjadi romusa pun dirasakan Solikun. Beruntung bagi dia, bisa selamat dibandingkan ratusan ribu romusa lain yang nyawanya tak terselamatkan akibat kekejaman Jepang. Ironisnya, hingga hari ini pemerintahan Jepang tak meminta maaf atau memberi kompensasi kepada orang-orang seperti Solikun.(YAN/Dwi Anggia)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini