Sukses

Segawe Menangis

Dono tidak mengerti kenapa dia dengan enteng menghabisi nyawa tetangganya sendiri. Pria paruh baya ini diduga mengalami gangguan jiwa setelah bertengkar dengan istrinya yang dituduh berselingkuh.

Liputan6.com, Tulungagung: Sulit menerka apa sebenarnya yang terpikir dalam benak Dono warga Dusun Krajan, Desa Segawe, Kecamatan Pager Wojo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Pria paruh baya ini tanpa sebab yang jelas tiba-tiba kalap dan mengamuk. Emosinya semakin tak terkendali. Tiga orang tetangganya, dua korban di antaranya seorang ibu dan anaknya yang baru berusia dua setengah tahun, dibacok hingga tewas.  

Tragedi memilukan ini terjadi 6 April silam. Hari itu, warga Dusun Krajan dikejutkan dengan kabar kematian Sapar. Kakek berusian 70 tahun ini tewas dengan kondisi mengenaskan di belakang rumahnya. Dalam waktu bersamaan, warga kembali dibuat kaget ketika menemukan Astuti ibu rumah tangga berusia 23 tahun bersama Riski anaknya tewas terkapar di dalam rumahnya. Sementara Sripin  nenek Riski dan Kutik didapati warga dalam keadaan luka parah [baca:  Diduga Stres, Seorang Lelaki Membunuh Tetangga]

Sambil menahan sakit, Sripin menyebut nama Dono tetangganya sebagai pelaku pembunuhan anak dan cucunya. Peristiwa ini kemudian dilaporkan warga ke polisi. Personel Kepolisian Resor Malang, Jatim, yang datang ke lokasi kejadian bersama warga selanjutnya menyisir seluruh penjuru kampung untuk mencari korban lain.  

Sedangkan jenazah Sapar, Astuti dan Riski langsung dibawa ke Rumah Sakit Islam Orpeha Tulungagung. Begitu pun Sripin dan Kutik yang menderita luka di bagian leher juga turut diangkut ke rumah sakit.

Sripin menceritakan, setelah membunuh Astuti dan Riski, Dono sempat mengejarnya sambil menghunus celurit. Dono kemudian mendekap dan menjambak rambutnya seraya menempelkan senjata tajam itu ke lehernya. Untungnya, Sripin berhasil meloloskan diri setelah mendorong Dono hingga terjatuh. "Terus saya kembali ke rumah. Sambil membopong Riski saya berteriak-teriak minta tolong, tapi tak ada yang mendengarkan," tutur Sripin.

Sementara itu, Dono yang dituding penyebab semua kejadian ini dengan mudah ditangkap polisi. Rupanya, usai membantai tetangganya Dono kembali mengamuk dan merusak kaca sebuah musala. Setelah itu dia tak sadarkan diri. Dono pun kemudian dibawa mobil patroli polisi dengan tangan dan kaki terikat.
 
Namun, polisi mengalami kesulitan saat akan memeriksanya. Pasalnya, Dono terlihat seperti kebingungan dan stres. Selanjutnya, pelaku dibawa ke RS Bhayangkara untuk mengobati luka-luka di tubuhnya. Untuk mencegah kejadian yang tak diinginkan, Dono sengaja ditempatkan dalam sel khusus karena jiwanya masih belum stabil. Dia selalu menunjukkan kemarahan saat ditanya. "Apa kamu, apa! Kamu itu tidak tahu masalahnya," kata Dono.     

Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Malang Ajun Komisaris Polisi Slamet Riadi SH, polisi belum bisa memeriksa Dono karena kondisi fisik dan mentalnya masih belum sehat. Guna memastikan apakah pelaku memang mengalami gangguan jiwa, polisi akan mengirimnya ke rumah sakit jiwa di Lawang, Jatim. "Dia di sana akan diobservasi oleh dokter jiwa. Setelah diketahui hasilnya, baru kami akan memeriksanya," kata Slamet. 

Untuk memperoleh keterangan awal, polisi akhirnya membawa Anton sahabat Dono. Pemuda Kampung Krajan inilah yang mampu meredam kemarahan Dono. Tak hanya itu, sebagai teman dekat Anton juga dianggap cukup tahu persoalan yang dihadapi Dono sebelum peristiwa itu terjadi.

Dengan sabar Anton membujuk Dono agar mau menceritakan kejadiannya. Tak lama kemudian Dono pun mengakui segala perbuatannya. Menurutnya, dia melakukan itu karena merasa ada yang menyuruh untuk membunuh orang. Namun, saat dikatakan bahwa orang yang dibunuhnya adalah tetangganya sendiri, Dono dengan singkat hanya menjawab. "Aku juga bingung bagaimana ini bisa terjadi. Sapar itu orang baik, Sripin juga bahkan Kutik. Aku masih bingung ini nyata tidak sih?" ucapnya. 

Dijelaskan Anton, sebelum tragedi memilukan ini terjadi Dono sempat bertengkar dengan istrinya. Dono marah karena menuduh istrinya telah berselingkuh. Namun ketika itu kemarahan Dono bisa diredam setelah Anton menyuruhnya salat dan mengaji. Tapi, tiba-tiba Anton mendengar sahabatnya mengamuk dan melukai beberapa tetangganya. "Padahal, saya yakin Dono tak memiliki masalah sebelumnya dengan para korban," kata Anton.  

Meski Dono telah diamankan polisi, warga Kampung Krajan masih tetap merasakan kesedihan. Musala yang kacanya pecah-pecah dan beberapa lokasi yang berkaitan dengan peristiwa pembantaian masih belum dibersihkan dan dibiarkan apa adanya.

Sementara itu, anak dan istri Dono kini tak lagi tinggal di rumahnya. Rupanya, kejadian pahit ini menyisakan kemarahan warga terutama keluarga korban. "Saya tak terima kalau dia (Dono) masih hidup. Kalau dia kembali ke desa, lebih baik keluarga saya yang pergi," kata Sripin. Ditambahkan, Nyoto warga lainnya, semua warga desa merasa trauma dan ketakutan pascakejadian itu. "Warga tak  mau menerima kalau Dono dipulangkan," kata Nyoto.(IAN/Tim Derap Hukum) 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.