Warga terlihat khidmat menonton arak-arakan gamelan yang dikawal dua pasukan prajurit Patang Puluhan dan Jagakaryan. Wakil Wali Kota Yogyakarta H.M. Syukri Fadloli kemudian menerima Kiai Naga Wilaga dan Kiai Guntur Madu di depan Regol Masjid Gede Kauman. Gamelan dibunyikan setiap hari sampai Hari Maulid Nabi tiba.
Biasanya ritual saat perayaan Maulid Nabi dimeriahkan dengan Sekaten. Kata Sekaten berasal dari Syahadatin atau pembacaan kalimat syahadat. Keraton Yogya awalnya menggunakan sarana Sekaten untuk menarik minat warganya yang masih menganut animisme untuk memeluk Islam. Warga yang ingin pindah agama diminta membaca syahadat bersama-sama diiringi gamelan pusaka. Cara ini dianggap cukup efektif dan mudah dipahami masyarakat.(KEN/Wiwiek Susilo)
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.