Sukses

Janda Itu Tewas Tanpa Busana

Seorang karyawati Departemen Kesehatan ditemukan tewas tanpa busana. Fainurmah Rivai meninggal setelah ditusuk beberapa kali oleh Roy Ramadhan yang kepergok akan mencuri barang milik korban.

 Liputan6.com, Jakarta: Ahad, 5 Maret silam, keriuhan terdengar di depan rumah di Gang Farmasi Nomor 2, Kompleks Departemen Kesehatan, Jalan Percetakan Negara II, Johar Baru, Jakarta Pusat. Beberapa personel reserse dan kriminal Kepolisian Resor Jakpus, tampak sibuk memeriksa sebuah kamar di rumah itu. Dengan cermat dan teliti, polisi memeriksa seluruh ruangan. Tak hanya itu, satu persatu barang yang ada diperhatikan dengan seksama.

Malam itu, polisi memang tengah sibuk menyelidiki kasus pembunuhan di tempat itu. Seorang perempuan berusia 53 tahun ditemukan tewas mengenaskan di kamar kos di lantai dua. Korban adalah Fainurmah Rivai, karyawati Departemen Kesehatan. Wanita paruh baya ini meninggal dalam kondisi telanjang dengan berbagai luka tusuk. Fainurmah yang akrab disapa dengan nama Tante Fai ini sudah lama tinggal sendiri di rumah itu  semenjak ia menyandang status janda [baca: Janda Tewas Mengenaskan di Rumahnya]

Jasad Tante Fai langsung dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Salemba, Jakpus. Kerabat dekat korban tak mampu menahan tangis saat mengurus jenasah korban.

Sementara itu, untuk mengungkap kasus ini upaya pertama yang dilakukan polisi adalah mencari barang yang hilang milik korban. Tapi polisi menyimpulkan, tak satu pun barang berharga milik Tante Fai yang raib.

Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Jakarta Pusat Komisaris Polisi Prasetyo yang memimpin penyelidikan di lokasi kejadian menduga pelaku masuk ke dalam kamar melalui atap rumah. Ini terlihat dengan ditemukannya beberapa ceceran darah. "Pelaku sempat terlibat pergumulan dengan korban," kata Prasetyo.

Polisi kemudian mengembangkan penyelidikan. Selain memeriksa beberapa saksi mata, beberapa barang bukti seperti, sandal dan tas milik korban serta sprei dan kasur yang berlumuran darah turut diamankan.

Menurut Prasetyo, dari hasil olah tempat kejadian perkara ditambah berbagai keterangan saksi, polisi memperoleh gambaran pelaku diperkirakan adalah orang dekat. Polisi curiga karena pelaku begitu mudah melarikan diri. "Tak ada seorang pun saksi yang melihat pelaku keluar dari pintu gerbang," kata Prasetyo.  

Sejumlah warga berpendapat, kematian Tante Fai kemungkinan terjadi saat semua tetangga tengah tidur lelap. Salam, tetangga korban mengaku sempat mendengar teriakan. "Saya cuma mendengar dua kata, Bapak Upi...Bapak Upi! Setelah itu tidak ada suara lagi. Begitu keluar, saya lihat dari pintu gerbang sudah banyak ceceran darah," kata Salam.

Markus anggota keamanan setempat menjelaskan, saat itu dia tidak mengetahui dengan jelas korban sudah mati atau belum. Dia langsung melaporkan kejadiannya ke polisi. Sedangkan Atom Kosasih, Ketua Rukun Tetangga mengaku mengetahui peristiwa ini setelah diberitahu istrinya. "Saat itu juga saya langsung memanggil keamanan," ujar Atom. 

Karena keterangan dari beberapa warga dinilai masih kurang memadai, polisi kembali memeriksa lokasi kejadian. Penyelidikan yang cermat selayaknya dilakukan agar kasus ini terungkap dengan cepat dan tuntas. "Penyelidikan tidak boleh berhenti tapi harus dilakukan secara kontinyu tapi dengan keseriusan yang tinggi," tutur Kapolres Jakarta Pusat Komisaris Besar Bambang Hermanu.

Agar lebih akurat, kali ini penelusuran di tempat kejadian perkara dibantu beberapa anjing pelacak dari tim K9 Kepolisian Daerah Metro Jaya. Hasilnya memang tidak sia-sia. Polisi mulai mendapatkan titik terang mengenai sosok pelaku. Selanjutnya, penyelidikan diarahkan ke rumah Isma yang persis berhadapan dengan rumah korban. Dari pemeriksaan di rumah ini, polisi kian mendapat sinyal bahwa pelakunya memang orang dekat dari korban.

Mulanya, polisi menduga Indra adik Isma sebagai pelakunya. Namun, bukti yang ada justru mengarah kepada Roy Ramadhan anak laki-laki Isma. Terlebih setelah beberapa teman tersangka yang sempat begadang bersama Roy di mulut gang ketika peristiwa pembunuhan terjadi turut diperiksa. 
 
Kepada polisi, akhirnya remaja berusia 20 tahun ini mengaku dialah sang pembunuh Tante Fai, tetangga di depan rumahnya. Roy menjelaskan, awalnya ia hanya berniat mencuri barang berharga milik Tante Fai yang punya nilai jual. Tapi, niat itu berubah seketika saat korban terbangun dan melihat wajahnya. Roy menjadi panik dan kalut. Dia langsung membabat korban dengan sebilah pisau yang didapat di meja makan. Rupanya, membunuh adalah pilihan yang ia tempuh. "Saya nggak tahu tiba-tiba saja sudah terjadi. Saya benar-benar khilaf," kilah Roy.

Pengakuan ini tentu saja mengagetkan Isma. Dia tak pernah membayangkan bahwa suatu saat anak tercintanya bakal melakukan pembunuhan. Apalagi, korbannya adalah tetangganya sendiri. "Saya sangat terpukul dengan kejadian ini. Secara batin, saya pun harus memikul beban kepada keluarga korban," kata Isma.

Tak hanya Isma, kerabat tersangka Mansyur juga tak percaya jika Roy bisa senekat itu. Pasalnya, selama ini Mansyur mengenal Roy sebagai sosok yang tak banyak tingkah. "Kelakuan dia biasa-biasa saja. Sungguh diluar dugaan," tutur Mansyur.

Apa pun alasan dan penilaian terhadap Roy, yang jelas kini tersangka tengah menghadapi ancaman hukuman 15 tahun penjara. Polisi menjeratnya dengan Pasal 339 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yakni pembunuhan disertai kekerasan. "Dengan kejadian ini saya benar-benar terpukul. Saya mohon maaf kepada keluarga almarhumah. Saya orang yang tak bisa menjaga kekhilafan itu," ujar Roy lirih.(IAN/Tim Derap Hukum)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini