Para petani setempat mengaku telah berusaha membasmi hama ini. Namun mereka mengaku kewalahan menanggulangi penyebarannya. Soalnya, pengaruh musim hujan membuat hama cepat tumbuh dan sulit dibasmi. Selain itu, keterbatasan dana dan pestisida membikin usaha mereka tidak membuahkan hasil. Setiap harinya jumlah lahan padi yang terserang hama ulat grayak di kawasan ini semakin meluas. Kini mereka hanya berharap pemerintah setempat membantu membasmi hama ini. Apalagi harga pestisida cukup tinggi dan tidak terbeli oleh mereka.
Di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, hama juga menyerang sedikitnya 350 hektare tanaman cabai milik petani setempat. Serangan yang terjadi sejak sebulan lalu itu membuat tanaman cabe yang mulai berbuah mati. Awalnya, tanaman cabe menguning kemudian layu. Lantas buah cabe mulai membusuk serta berguguran hingga tanaman mati.
Untuk menghindari kerugian lebih besar, para petani terpaksa memanen cabe yang masih berwarna hijau. Hal ini misalnya dilakukan Aminah. Sebab, bila menunggu cabe berwarna merah, dapat dipastikan akan cepat busuk. Sementara harga jual cabe hijau masih mencapai Rp 6 ribu atau selisih Rp 4 ribu dari cabe merah.
Advertisement
Sebagian petani sempat mencoba membuang tanaman cabe yang layu dan membusuk. Tapi cara itu tak cukup efektif karena tidak lama berselang tanaman cabe lain juga terserang. Para petani mengaku sejauh ini telah berupaya melakukan penyemprotan menggunakan obat antihama. Tapi upaya ini tidak membuahkan hasil.(MAK/Tim Liputan 6 SCTV)
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.