BRR terbentuk April 2005. Sejak itu, serangkaian program kerja disusun BRR. Mereka mengemban tugas inti antara lain, mengelola dana yang mengalir dari kas negara dan berbagai lembaga serta negara donor, kemudian menyalurkannya dalam bentuk pembangunan sarana-sarana publik.
BBR tidak bekerja sendirian. Lembaga ini menggandeng 120 lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional, 430 LSM lokal, belasan lembaga donor bilateral dan multilateral. Sejumlah badan-badan pemerintah pusat dan daerah termasuk masyarakat Aceh dan Nias juga dilibatkan dalam proyek rehabilitasi.
Dalam bidang perumahan, misalnya, BRR tercatat selesai membangun 15 ribu unit. Sementara sisanya 15 ribu rumah lagi dalam tahap penyelesaian. "Akhir tahun ini, sekitar 30 ribu unit rumah terbangun. Pertengahan 2007 semua target perumahan selesai," kata Deputi Informasi dan Komunikasi BRR Sudirman Said [baca: Evaluasi Kinerja Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh]..
Advertisement
Namun, tidak sepenuhnya kerja keras BRR dirasakan warga Tanah Rencong. Sejumlah pengungsi di Aceh Jaya, misalnya, mengaku belum mendapat jatah rumah ataupun barak. "BRR itu tidak berfungsi karena belum pernah memberikan barak atau rumah," kata seorang pengungsi. Keluhan serupa juga dilontarkan pengungsi dari belahan wilayah Aceh yang lain. Kinerja pelaksana BRR dinilai buruk. "Jangan ngomong aja, apalagi duduk-duduk saja di kantor," ucap pengungsi lain.
Menyimak keluhan para pengungsi, boleh jadi, BRR harus lebih giat membeberkan program kerja, karena tugas belum selesai sampai di sini. Lembaga yang dikomandani Kuntoro Mangkusubroto itu juga diminta mewujudkan program tersebut agar rakyat Aceh bisa kembali tersenyum.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.