Sukses

Detik-Detik Proklamasi Diperingati di Istana Merdeka

Upacara dimulai pukul 10.00 WIB dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mantan Presiden Abdurahman Wahid dan bekas Wapres Try Sutrisno hadir di Istana Merdeka. Upacara kemerdekaan di Aceh berlangsung damai.

Liputan6.com, Jakarta: Pengibaran bendera Merah Putih dalam rangka peringatan Ulang Tahun ke-60 Kemerdekaan RI di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (17/8) dimulai pukul 10.00 WIB. Rangkaian acara peringatan Detik-Detik Proklamasi disertai letusan meriam sebanyak 17 kali dan pukulan beduk serta bunyi lonceng gereja selama satu menit. Upacara dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sementara Ketua MPR Hidayat Nur Wahid bertugas membacakan naskah Proklamasi.

Para undangan yang hadir antara lain, mantan Presiden Abdurahman Wahid, mantan Wakil Presiden Hamzah Haz, Try Sutrisno, Nyonya Nelly Adam Malik, dan Nyonya Umar Wirahadikusumah. Sejumlah duta besar dari negara sahabat termasuk Menteri Luar Negeri Belanda Bernard Bot juga hadir. Kedatangan Bot sekaligus menandai pengakuan Hari Proklamasi RI jatuh pada 17 Agustus 1945, bukan lagi 27 Desember 1949 seperti diklaim pemerintah Belanda. Bot mewakili Den Haag juga meminta maaf kepada Indonesia atas aksi militernya di masa lampau.

Bagi Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla, menghadiri peringatan HUT RI adalah kali pertama diikuti mereka sebagai pucuk pimpinan negara. Pada masa pemerintahan Megawati Sukarnoputri, Yudhoyono mau pun Kalla tidak diundang hadir di Istana Merdeka. Undangan untuk mereka tanpa alasan jelas ditarik lagi oleh Sekretariat Negara selaku penanggung jawab peringatan Detik-Detik Proklamasi [baca: Undangan Peringatan RI SBY-Kalla di Istana Ditarik]. Kala itu, keduanya tengah bertarung memperebutkan kursi presiden dan wapres.

Perayaan kemerdekaan ke-60 juga dinilai istimewa karena Senin silam, perjanjian damai antara Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka telah terwujud. GAM mengakui Nanggroe Aceh Darussalam tetap berada di pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebaliknya, pemerintah Indonesia memberikan sejumlah kompensasi atas kesepakatan itu. Hasil perundingan mendapat respons positif dari masyarakat Tanah Rencong yang lama mendambakan perdamaian.

Upacara pengibaran bendera di Lhokseumawe dipusatkan di Lapangan Irak. Dari pantauan reporter SCTV Bayu Sutiyono, acara sudah dimulai sejak pagi tadi. Walikota Lhokseumawe M. Amin bertindak selaku inspektur upacara. Pasukan pengibar bendera (Paskibra) yang bertugas kali ini adalah siswa sekolah menengah atas yang dilatih khusus oleh tentara.

Sementara upacara di tingkat kabupaten digelar di Kota Lhok Sukon, Aceh Utara. Situasi dilaporkan aman dan tertib. Namun, tidak seorang pun anggota GAM dilaporkan hadir di sana. Tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Lhokseumawe juga merayakan hari kemerdekaan RI. Rencananya, sebanyak 55 terpidana makar atau yang terlibat GAM akan dibebaskan.

Untuk memeriahkan hari kemerdekaan banyak cara dilakukan warga. Misalnya, pengibaran bendera Merah Putih raksasa ukuran 156 x 56 meter persegi dan berat 1.300 kilogram di Pasar Tanahabang, Jakarta Pusat. Bendera raksasa itu masuk dalam Guinnes Book of World Records dan Museum Rekor Indonesia, mengalahkan rekor yang dipegang Brasil, yaitu 100 x 70 meter persegi.

Bendera dibentangkan para pemanjat tebing yang bekerja keras sejak pagi tadi. Sayang, embusan angin kencang dan beratnya helaian kain mengakibatkan bendera itu terkoyak-koyak. Kain yang robek lantas dijahit kembali agar terlihat sempurna. Rencananya bendera akan diturunkan pada 25 Agustus mendatang. Acara tersebut disaksikan para pedagang dan warga Tanahabang. Arus lalu lintas menuju kawasan itu ditutup mulai pukul 07.00 WIB.

Proses pembuatan bendera raksasa sejatinya juga baru selesai dikerjakan tadi pagi. Helaian kain katun warna merah diimpor dari Korea Selatan, sedangkan kain warna putih mengambil bahan lokal. Untuk membuatnya dikerahkan sebanyak 24 penjahit. Mereka bekerja selama 89 jam dengan diselingi istirahat selama dua jam. Para penjahit menghabiskan 300 gulung benang sepanjang 1.500 meter dan 100 lusin jarum.

Panitia pemancangan Merah Putih raksasa menolak menyebut biaya yang dikeluarkan. Mereka mengaku dana diperoleh dari sumbangan para pedagang yang akan menempati Pasar Tanahabang Blok A.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini