Sukses

Ikat Pinggang Kulit buatan Tegal Laris

Seorang perajin kulit bisa memproduksi sekitar 200 lusin ikat pinggang yang dijual antara Rp 40 ribu hingga Rp 180 ribu per buah. Dia telah mendapat pesanan ekspor ke Singapura dan Belanda.

Liputan6.com, Tegal: Boleh-boleh saja ikat pinggang imitasi dari luar negeri membanjiri pasaran. Tapi bukan berarti ikat pinggang kulit asli dilupakan. Begitulah yang dirasakan perajin kulit di Desa Pesayangan, Tegal, Jawa Tengah, saat ini. Ikat pinggang buatan mereka tetap diminati. Sebagai bukti, omzet setiap perajin bisa mencapai Rp 40 juta per bulan.

Industri kerajinan kulit di Desa Pesayangan sudah ada sejak puluhan tahun. Para perajin di sini menggunakan bahan baku kulit sapi untuk membuat ikat pinggang. Salah satunya adalah Eko Susilo. Ia sudah menggeluti usaha ini lebih dari 10 tahun. Bermodalkan uang Rp 1,7 juta, Eko memulai usaha ini. Dengan uang itu ia membeli sebuah mesin jahit, mesin pencetak logo, gunting, dan pewarna serta bahan baku kulit sapi dari Tangerang, Banten.

Bermacam model dan berbagai ukuran ikat pinggang mampu diproduksi. Untuk bisa bersaing dengan ikat pinggang imitasi dari luar negeri, Eko rajin terjun ke pasar. Jika perlu, ia membeli produk impor untuk perbandingan. Kini, usaha pria tamatan sekolah menengah atas ini sudah membuahkan hasil.

Dalam sebulan, Eko bisa memproduksi sekitar 200 lusin gesper yang dijual antara Rp 40 ribu hingga Rp 180 ribu per buah. Pasarnya tidak hanya di wilayah Tegal, melainkan meluas ke berbagai kota, seperti Jakarta, Medan, Padang, dan Tangerang. Lebih jauh lagi, Eko telah mendapat pesanan ekspor ke Singapura dan Belanda, November mendatang.(AWD/Sugihartono)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini